Sunan Tirmidzi no.26 – Istintsar dan Istinsyaq (Menghirup dan Mengeluarkan Air Ke Dan Dari Hidung) Serta Istijmar

Dari Kitab:
Sunan Tirmidzi
Oleh: Abū ‘Īsá Muḥammad ibn ‛Īsá as-Sulamī aḍ-Ḍarīr al-Būghī at-Tirmidhī

سنن الترمذي ٦٢: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ وَ جَرِيْرٌ عَنْ مَنْصُوْرٍ عَنْ هِلَالِ بْنِ يَسَافٍ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ قَيْسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِذَا تَوَضَّأْتَ فَانْتَثِرْ وَ إِذَا اسْتَجْمَرْتَ فَأَوْتِرْ. قَالَ وَ فِي الْبَابِ عَنْ عُثْمَانَ وَ لَقِيْطِ بْنِ صَبِرَةَ وَ ابْنِ عَبَّاسٍ وَ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِيْ كَرِبَ وَ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ وَ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ أَبُوْ عِيْسَى حَدِيْثُ سَلَمَةَ بْنِ قَيْسٍ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَ اخْتَلَفَ أَهْلُ الْعِلْمِ فِيْمَنْ تَرَكَ الْمَضْمَضَةَ وَ الْاِسْتِنْشَاقَ فَقَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ إِذَا تَرَكَهُمَا فِي الْوُضُوْءِ حَتَّى صَلَّى أَعَادَ الصَّلَاةَ وَ رَأَوْا ذلِكَ فِي الْوُضُوْءِ وَ الْجَنَابَةِ سَوَاءً وَ بِهِ يَقُوْلُ ابْنُ أَبِيْ لَيْلَى وَ عَبْدُ اللهِ بْنُ الْمُبَارَكِ وَ أَحْمَدُ وَ إِسْحَاقُ و قَالَ أَحْمَدُ الْاِسْتِنْشَاقُ أَوْكَدُ مِنَ الْمَضْمَضَةِ قَالَ أَبُوْ عِيْسَى وَ قَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ يُعِيْدُ فِي الْجَنَابَةِ وَ لَا يُعِيْدُ فِي الْوُضُوْءِ وَ هُوَ قَوْلُ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ وَ بَعْضِ أَهْلِ الْكُوْفَةِ وَ قَالَتْ طَائِفَةٌ لَا يُعِيْدُ فِي الْوُضُوْءِ وَ لَا فِي الْجَنَابَةِ لِأَنَّهُمَا سُنَّةٌ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَلَا تَجِبُ الْإِعَادَةُ عَلَى مَنْ تَرَكَهُمَا فِي الْوُضُوْءِ وَ لَا فِي الْجَنَابَةِ وَ هُوَ قَوْلُ مَالِكٍ وَ الشَّافِعِيِّ فِيْ آخِرَةٍ.

Sunan Tirmidzī: 26. Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa‘īd] berkata: Telah menceritakan kepada kami [Ḥammād bin Zaid] dan [Jarīr], dari [Manshūr], dari [Hilāl bin Yasāf], dari [Salamah bin Qais] ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: Jika engkau berwudhu’ maka masukkan dan keluarkanlah air ke dan dari dalam hidung, dan jika engkau beristijmar (bersuci memakai batu) maka lakukanlah dengan bilangan (batu maupun jumlah) yang ganjil. Dalam bab ini juga ada riwayat dari ‘Utsmān, Laqīth bin Shabrah, Ibnu ‘Abbās, al-Migdam bin Ma‘dī Karib, Wā’il bin Ḥujr dan Abū Hurairah.” Abū ‘Īsā berkata: “Hadits Salamah bin Qais derajatnya Ḥasan Shaḥīḥ. Dan para ahli ilmu saling berbeda pendapat tentang hukum orang yang meninggalkan berkumur dan istinsyāq (menghisap air ke hidung-ed). Sebagian kelompok mengatakan: “Jika seseorang meninggalkannya hingga ia melaksanakan shalat, maka ia harus mengulangi shalatnya. Mereka berpendapat bahwa hal itu berlaku dalam wudhu’ dan mandi janabah. Yang berpendapat demikian adalah Ibnu Abī Lailā, ‘Abdullāh Ibn-ul-Mubārak, Aḥmad dan Isḥāq. Sedangkan Aḥmad berpendapat bahwa melakukan istinsyaq lebih ditekankan pada wudhu’. Abū ‘Īsā berkata: “Dan sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa hal itu berlaku dalam keadaan junub, bukan dalam wudhu’.” Ini adalah pendapat Sufyān ats-Tsaurī dan sebagian dari penduduk Kufah. Dan sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa hal itu tidak berlaku dalam wudhu’ dan junub, karena keduanya adalah perkara sunnah, maka tidak ada kewajiban untuk mengulanginya bagi seseorang yang meninggalkan keduanya. Ini adalah pendapat Mālik, asy-Syāfi‘ī dalam qaul jadīd.”

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SN: 43, 88; SIM: 400; MA: 18063, 18064, 18217, 18218, 18221.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *