Sunan Tirmidzi no.24 – Cuci Tangan Setelah Bangun Tidur

Dari Kitab:
Sunan Tirmidzi
Oleh: Abū ‘Īsá Muḥammad ibn ‛Īsá as-Sulamī aḍ-Ḍarīr al-Būghī at-Tirmidhī

سنن الترمذي ٤٢: حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيْدِ أَحْمَدُ بْنُ بَكَّارٍ الدِّمَشْقِيُّ يُقَالُ هُوَ مِنْ وَلَدِ بُسْرِ بْنِ أَرْطَاةَ صَاحِبِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ حَدَّثَنَا الْوَلِيْدُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ وَ أَبِيْ سَلَمَةَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنَ اللَّيْلِ فَلَا يُدْخِلْ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ حَتَّى يُفْرِغَ عَلَيْهَا مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا فَإِنَّهُ لَا يَدْرِيْ أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ.
وَ فِي الْبَابِ عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَ جَابِرٍ وَ عَائِشَةَ قَالَ أَبُوْ عِيْسَى وَ هذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ قَالَ الشَّافِعِيُّ وَ أُحِبُّ لِكُلِّ مَنِ اسْتَيْقَظَ مِنَ النَّوْمِ قَائِلَةً كَانَتْ أَوْ غَيْرَهَا أَنْ لَا يُدْخِلَ يَدَهُ فِيْ وَضُوْئِهِ حَتَّى يَغْسِلَهَا فَإِنْ أَدْخَلَ يَدَهُ قَبْلَ أَنْ يَغْسِلَهَا كَرِهْتُ ذلِكَ لَهُ وَ لَمْ يُفْسِدْ ذلِكَ الْمَاءَ إِذَا لَمْ يَكُنْ عَلَى يَدِهِ نَجَاسَةٌ و قَالَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ إِذَا اسْتَيْقَظَ مِنَ النَّوْمِ مِنَ اللَّيْلِ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيْ وَضُوْئِهِ قَبْلَ أَنْ يَغْسِلَهَا فَأَعْجَبُ إِلَيَّ أَنْ يُهْرِيْقَ الْمَاءَ و قَالَ إِسْحَاقُ إِذَا اسْتَيْقَظَ مِنَ النَّوْمِ بِاللَّيْلِ أَوْ بِالنَّهَارِ فَلَا يُدْخِلْ يَدَهُ فِيْ وَضُوْئِهِ حَتَّى يَغْسِلَهَا.

Sunan Tirmidzī: 24. Telah menceritakan kepada kami [Abul-Walīd Aḥmad bin Bakkār ad-Dimasqī] ada yang mengatakan bahwa ia termasuk anak Busr bin Arthāh, sahabat Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Ia berkata: Telah menceritakan kepada kami [al-Walīd bin Muslim], dari [al-Auzā‘ī], dari [az-Zuhrī], dari [Sa‘īd Ibn-ul-Musayyab], dan [Abū Salamah], dari [Abū Hurairah] ,dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidur maka janganlah memasukkan tangannya ke dalam bejana hingga ia menuangkan air ke tangannya dua atau tiga kali, karena ia tidak tahu di mana tangannya bermalam. Dalam bab ini juga terdapat riwayat dari Ibnu ‘Umar, Jābir dan ‘Ā’isyah. Abū ‘Īsā berkata; “Hadits ini derajatnya Ḥasan Shaḥīḥ. Asy-Syāfi‘ī berkata: “Aku menyukai pada setiap orang yang bangun dari tidur, baik tidur siang atau yang selainnya, untuk tidak memasukkan tangannya ke dalam air wudhu’nya hingga ia mencucinya dengan air terlebih dahulu, dan aku benci jika seseorang memasukkannya sebelum mencucinya terlebih dahulu. Meskipun hal itu tidak merusak kesucian air tersebut selama dalam tangannya tidak terdapat najis.” Aḥmad bin Ḥanbal berkata: “Apabila seseorang bangun di waktu malam kemudian memasukkan tangannya ke dalam air wudhu’ sebelum mencucinya, maka akan membuat aku keheranan jika ia membuang air tersebut.” Dan Isḥāq juga mengatakan: “Jika seseorang bangun di waktu malam atau siang hari maka janganlah memasukkan tangannya ke dalam air wudhu’ hingga ia mencucinya.”

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SM: 416; SAD: 94, 95; SN: 1, 161, 437; SIM: 387, 388, 389; MA: 6981, 7129, 7204, 7283, 7481, 7835, 8776, 9491, 9710, 10092, 10184; SD: 759.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *