Sunan Tirmidzi no.132 s.d 133 – Sunnah Mendahulukan Buang Air Ketimbang Memaksakan Shalat Dan Perihal Najis Di Kain

Dari Kitab:
Sunan Tirmidzi
Oleh: Abū ‘Īsá Muḥammad ibn ‛Īsá as-Sulamī aḍ-Ḍarīr al-Būghī at-Tirmidhī

سنن الترمذي ١٣٢: حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ حَدَّثَنَا أَبُوْ مُعَاوِيَةَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْأَرْقَمِ قَالَ أُقِيْمَتْ الصَّلَاةُ فَأَخَذَ بِيَدِ رَجُلٍ فَقَدَّمَهُ وَ كَانَ إِمَامَ قَوْمِهِ وَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ إِذَا أُقِيْمَتْ الصَّلَاةُ وَ وَجَدَ أَحَدُكُمْ الْخَلَاءَ فَلْيَبْدَأْ بِالْخَلَاءِ.قَالَ وَ فِي الْبَاب عَنْ عَائِشَةَ وَ أَبِيْ هُرَيْرَةَ وَ ثَوْبَانَ وَ أَبِيْ أُمَامَةَ قَالَ أَبُوْ عِيْسَى حَدِيْثُ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْأَرْقَمِ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ هكَذَا رَوَى مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ وَيَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ الْقَطَّانُ وَ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنَ الْحُفَّاظِ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْأَرْقَمِ وَ رَوَى وُهَيْبٌ وَ غَيْرُهُ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ رَجُلٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْأَرْقَمِ وَ هُوَ قَوْلُ غَيْرِ وَاحِدٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالتَّابِعِينَ وَبِهِ يَقُولُ أَحْمَدُ وَإِسْحَقُ قَالَا لَا يَقُوْمُ إِلَى الصَّلَاةِ وَ هُوَ يَجِدُ شَيْئًا مِنْ الْغَائِطِ وَ الْبَوْلِ وَ قَالاَ إِنْ دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ فَوَجَدَ شَيْئًا مِنْ ذلِكَ فَلَا يَنْصَرِفْ مَا لَمْ يَشْغَلْهُ وَ قَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ لَا بَأْسَ أَنْ يُصَلِّيَ وَ بِهِ غَائِطٌ أَوْ بَوْلٌ مَا لَمْ يَشْغَلْهُ ذلِكَ عَنِ الصَّلَاةِ.

Sunan Tirmidzī: 132. Telah menceritakan kepada kami [Hannād bin as-Sarī] berkata: Telah menceritakan kepada kami [Abū Mu‘āwiyah], dari [Hisyām bin ‘Urwah], dari [Ayahnya], dari [‘Abdullāh bin al-Arqam] ia berkata: “Iqāmah telah dikumandangkan, lalu ia mengambil tangan seorang laki-laki seraya menyuruhnya ke depan, padahal ia adalah imam bagi kaumnya. Lalu ia berkata: “Aku pernah mendengar Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika shalat telah dikumandangkan, dan salah seorang dari kalian ingin ke WC, maka hendaklah ia ke WC terlebih dahulu.” Ia berkata: “Dalam bab ini juga ada riwayat dari ‘Ā’isyah, Abū Hurairah, Tsaubān dan Abū Umāmah.” Abū ‘Īsā berkata: “Hadits ‘Abdullāh bin al-Arqam adalah hadits Ḥasan Shaḥīḥ. Seperti inilah [Mālik bin Anas] dan [Yaḥyā bin Sa‘īd al-Qaththān] dan tidak sedikit pula dari kalangan penghafal (ahli hadits) meriwayatkan dari [Hisyām bin ‘Urwah], dari [ayahnya], dari [‘Abdullāh bin al-Arqam].” [Wuhaib] dan selainnya juga meriwayatkan dari [Hisyām bin ‘Urwah], dari [ayahnya], dari [seorang laki-laki], dari [‘Abdullāh bin al-Arqam].

Ini adalah pendapat tidak seorang saja dari kalangan sahabat Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan tābi‘īn. Pendapat ini juga dipegang oleh Aḥmad dan Isḥāq, mereka mengatakan: “Janganlah seseorang melakukan shalat jika ia merasakan (ingin) buang air besar atau air kecil.” Mereka berkata lagi: “Jika ia telah berdiri shalat, ia tidak harus membatalkan shalatnya selama hal itu tidak mengganggu.” Sebagian ahli ilmu berpendapat, “Seseorang tidak apa-apa melaksanakan shalat dalam keadaan ingin buang air besar atau air kecil, selama hal itu tidak mengganggunya dalam shalat.”

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SAD: 81

سنن الترمذي ١٣٣: حَدَّثَنَا أَبُوْ رَجَاءٍ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عُمَارَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيْمَ عَنْ أُمِّ وَلَدٍ لِعَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَتْ قُلْتُ لِأُمِّ سَلَمَةَ إِنِّي امْرَأَةٌ أُطِيْلُ ذَيْلِيْ وَ أَمْشِي فِي الْمَكَانِ الْقَذِرِ فَقَالَتْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يُطَهِّرُهُ مَا بَعْدَهُ. قَالَ وَ فِي الْبَابِ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لَا نَتَوَضَّأُ مِنْ الْمَوْطَإِ قَالَ أَبُوْ عِيْسَى وَ هُوَ قَوْلُ غَيْرِ وَاحِدٍ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ قَالُوْا إِذَا وَطِيْءَ الرَّجُلُ عَلَى الْمَكَانِ الْقَذِرِ أَنَّهُ لَا يَجِبُ عَلَيْهِ غَسْلُ الْقَدَمِ إِلَّا أَنْ يَكُوْنَ رَطْبًا فَيَغْسِلَ مَا أَصَابَهُ قَالَ أَبُوْ عِيْسَى وَ رَوَى عَبْدُ اللهِ بْنُ الْمُبَارَكِ هذَا الْحَدِيْثَ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عُمَارَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيْمَ عَنْ أُمِّ وَلَدٍ لِهُوْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَوْفٍ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ وَ هُوَ وَهَمٌ وَ لَيْسَ لِعَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَوْفٍ ابْنٌ يُقَالَ لَهُ هُوْدٌ وَ إِنَّمَا هُوَ عَنْ أُمِّ وَلَدٍ لِإِبْرَاهِيْمَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَوْفٍ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ وَ هذَا الصَّحِيْحُ.

Sunan Tirmidzī: 133. telah menceritakan kepada kami [Abū Rajā’ Qutaibah] berkata: Telah menceritakan kepada kami [Mālik bin Anas], dari [Muḥammad bin ‘Umārah], dari [Muḥammad bin Ibrāhīm], dari [budak wanita milik ‘Abd-ur-Raḥmān bin ‘Auf] ia berkata: “Aku pernah berkata kepada [Ummu Salamah]: “Sesungguhnya aku ini adalah seorang wanita yang kainnya panjang, dan aku berjalan di tempat yang kotor?” lalu ia berkata: “Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Kain akan suci dengan tanah setelahnya.” Ia berkata: “Dalam bab ini juga ada riwayat dari ‘Abdullāh bin Mas‘ūd, ia berkata: “Aku pernah bersama Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam di tempat yang kotor, dan kami tidak berwudhu’.”

Abū ‘Īsā berkata: “Tidak hanya seorang dari ahli ilmu yang berpendapat seperti ini, mereka mengatakan: “Seseorang yang menginjak tempat kotor tidak harus membasuh telapak kakinya kecuali jika kotoran tersebut masih basah, maka ia dianjurkan untuk menghilangkan bekasnya.” Abū ‘Īsā berkata: ” [‘Abdullāh bin al-Mubārak] juga meriwayatkan hadits ini dari [Mālik bin Anas], dari [Muḥammad bin ‘Umārah], dari [Muḥammad bin Ibrāhīm], dari [budak wanita milik Hūd bin ‘Abd-ir-Raḥmān bin ‘Auf], dari [Ummu Salamah]. Tapi di dalamnya ada keraguan, sebab ‘Abd-ur-Raḥmān bin ‘Auf tidak mempunyai anak yang bernama Hūd. Tapi itu adalah riwayat dari budak wanita milik Ibrāhīm bin ‘Abd-ir-Raḥmān bin ‘Auf, dari Ummu Salamah, dan inilah yang benar.”

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SAD: 326; SIM: 524; MA: 25283; MM: 41.