سنن الترمذي ٤١: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَامِ بْنُ حَرْبٍ الْمُلَائِيُّ عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ أَنَسٍ قَال: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِذَا أَرَادَ الْحَاجَةَ لَمْ يَرْفَعْ ثَوْبَهُ حَتَّى يَدْنُوَ مِنَ الْأَرْضِ
قَالَ أَبُوْ عِيْسَى هكَذَا رَوَى مُحَمَّدُ بْنُ رَبِيْعَةَ عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ أَنَسٍ هذَا الْحَدِيْثَ وَ رَوَى وَكِيْعٌ وَ أَبُوْ يَحْيَى الْحِمَّانِيُّ عَنِ الْأَعْمَشِ قَالَ قَالَ ابْنُ عُمَرَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِذَا أَرَادَ الْحَاجَةَ لَمْ يَرْفَعْ ثَوْبَهُ حَتَّى يَدْنُوَ مِنَ الْأَرْضِ. وَ كِلَا الْحَدِيْثَيْنِ مُرْسَلٌ وَ يُقَالُ لَمْ يَسْمَعِ الْأَعْمَشُ مِنْ أَنَسٍ وَ لَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ قَدْ نَظَرَ إِلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ رَأَيْتُهُ يُصَلِّي فَذَكَرَ عَنْهُ حِكَايَةً فِي الصَّلَاةِ وَ الْأَعْمَشُ اسْمُهُ سُلَيْمَانُ بْنُ مِهْرَانَ أَبُوْ مُحَمَّدٍ الْكَاهِلِيُّ وَ هُوَ مَوْلًى لَهُمْ قَالَ الْأَعْمَشُ كَانَ أَبِيْ حَمِيْلًا فَوَرَّثَهُ مَسْرُوْقٌ.
Sunan Tirmidzī: 14. telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa‘īd] berkata: Telah menceritakan kepada kami [‘Abd-us-Salām bin Ḥarb al-Mulā’ī], dari [al-A‘masy], dari [Anas] ia berkata: “Apabila Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam hendak buang hajat beliau tidak mengangkat kainnya hingga hampir menyentuh tanah.” Abū ‘Īsā berkata: “Demikianlah [Muḥammad bin Rabī‘ah] meriwayatkan hadits ini dari [al-A‘masy], dari [Anas].” Sementara [Wakī‘] dan [Abū Yaḥyā al-Ḥimmānī] meriwayatkan dari [al-A‘masy], ia berkata: ” [Ibnu ‘Umar] berkata: “Apabila Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam hendak buang hajat beliau tidak mengangkat kainnya hingga hampir menyentuh tanah.” -Imam Tirmidzi berkata-ed : Dan kedua hadits ini adalah mursal. Dikatakan juga bahwa al-A‘masy tidak mendengar dari Anas, dan tidak juga dari salah seorang sahabat Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Ia melihat Anas bin Mālik, lalu ia berkata: “Aku melihat Anas sedang shalat, ” lalu ia menyebutkan darinya tentang shalat.” Sedangkan nama al-A‘masy adalah Sulaimān bin Mihrān Abū Muḥammad al-Kāhilī, dan ia adalah seorang mantan budak dari bani Kāhilī. Al-A‘masy berkata: “Bapakku dulu memiliki anak yang masih dalam kandungan kemudian diwarisi oleh Masrūq.”
Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.
Pembanding: SAD: 13; SN: 16.
Catatan editor: Untuk era sekarang dimana toilet, kamar mandi atau WC pribadi / umum telah didesain berbentuk ruang tertutup, maka (itu) termasuk cakupan tersirat hadits ini. Wallahu a’lam.