Sunan Darimi 95 s.d 100 – Mengikuti Sunnah

بَابُ اتِّبَاعِ السُّنَّةِ
59. أَخْبَرَنَا أَبُوْ عَاصِمٍ، أَخْبَرَنَا ثَوْرُ بْنُ يَزِيْدَ، حَدَّثَنِيْ خَالِدُ بْنُ مَعْدَانَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ عِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ، قَالَ صَلَّى لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ صَلَاةَ الْفَجْرِ ثُمَّ وَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيْغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ وَ وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا فَقَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَ السَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ وَ إِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِيْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَ سَنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَ إِيَّاكُمْ وَ الْمُحْدَثَاتِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ و قَالَ أَبُوْ عَاصِمٍ مَرَّةً وَ إِيَّاكُمْ وَ مُحْدَثَاتِ الْأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

Sunan ad-Dārimī 95. Telah mengabarkan kepada kami [Abū ‘Āshim], telah mengabarkan kepada kami [Tsaur bin Yazīd], telah menceritakan kepadaku [Khālid bin Ma‘dān], dari [‘Abd-ur-Raḥmān bin ‘Amr], dari [‘Irbādh bin Sāriah] ia berkata: ” Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam shalat Shubuḥ bersama kami, kemudian beliau memberikan wejangan dengan wejangan yang sangat dalam hingga air mata (kami) bercucuran dan bergetarlah hati- hati (kami), kemudian seseorang bertanya: “Wahai Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam seakan-akan wejangan ini adalah wejangan penutup (yang engkau berikan), maka berikanlah kami wasiat. Lalu Beliau berkata: Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta‘ala dan selalu mendengar dan ta’at (kepada para pemimpin), meskipun ia seorang budak dari Habasyah, sesungguhnya barang siapa diantara kalian yang hidup setelahku niscaya ia melihat perbedaan yang banyak, maka kalian harus mengikuti sunnahku dan sunnah Khulafa’-ur-Rasyidin yang lurus, gigitlah dengan gigi geraham kalian (peganglah dengan teguh), berhati-hatilah dengan segala sesuatu yang baru (perkara bid‘ah), karena sesuatu yang baru itu bid‘ah.” Abū ‘Āshim berkata: “Hendaklah kalian berhati-hati terhadap perkara-perkara yang baru (dalam agama), karena setiap bid‘ah itu sesat”.

Derajat: Husain Salim Asad ad-Darani: Isnād-nya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak Ditemukan.

69. أَخْبَرَنَا أَبُو الْمُغِيْرَةِ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، عَنْ يُوْنُسَ بْنِ يَزِيْدَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ كَانَ مَنْ مَضَى مِنْ عُلَمَائِنَا يَقُوْلُوْنَ الْاِعْتِصَامُ بِالسُّنَّةِ نَجَاةٌ وَ الْعِلْمُ يُقْبَضُ قَبْضًا سَرِيْعًا فَنَعْشُ الْعِلْمِ ثَبَاتُ الدِّيْنِ وَ الدُّنْيَا وَ فِيْ ذَهَابِ الْعِلْمِ ذَهَابُ ذلِكَ كُلِّهِ.

Sunan ad-Dārimī 96. Telah mengabarkan kepada kami [Abul-Mughīrah], telah menceritakan kepada kami [al-Auzā‘ī], dari [Yūnus bin Yazīd], dari [az-Zuhrī] ia berkata: “Tak terlewat satu pun dari ulama-ulama kita melainkan mereka berkata: ‘Berpegang teguh kepada sunnah merupakan kesuksesan, dan ilmu akan dicabut dengan cepat, penegakkan ilmu itu merupakan penegakkan agama dan dunia, dan dengan hilangnya ilmu maka hilanglah semua itu”.

Derajat: Husain Salim Asad ad-Darani: Isnād-nya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak Ditemukan.

79. أَخْبَرَنَا أَبُو الْمُغِيْرَةِ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِيْ عَمْرٍو السَّيْبَانِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الدَّيْلَمِيِّ، قَالَ بَلَغَنِيْ أَنَّ أَوَّلَ الدِّيْنِ، تَرْكًا السُّنَّةُ يَذْهَبُ الدِّيْنُ سُنَّةً سُنَّةً كَمَا يَذْهَبُ الْحَبْلُ قُوَّةً قُوَّةً.

Sunan ad-Dārimī 97. Telah mengabarkan kepada kami [Abul-Mughīrah], telah menceritakan kepada kami [al-Auzā‘ī], dari [Yaḥyā bin Abū ‘Amr as-Saibānī], dari [‘Abdullāh bin ad-Dailamī] ia berkata: “Telah sampai (kabar) kepadaku bahwa yang paling pertama dari masalah agama yang ditinggalkan adalah sunnah, agama ini akan hilang sunnahnya satu persatu sebagaimana terputusnya seutas tali sedikit demi sedikit.”

Derajat: Husain Salim Asad ad-Darani: Isnād-nya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SN: 4925.

89. أَخْبَرَنَا أَبُو الْمُغِيْرَةِ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، عَنْ حَسَّانَ، قَالَ مَا ابْتَدَعَ قَوْمٌ بِدْعَةً فِيْ دِيْنِهِمْ إِلَّا نَزَعَ اللهُ مِنْ سُنَّتِهِمْ مِثْلَهَا ثُمَّ لَا يُعِيْدُهَا إِلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Sunan ad-Dārimī 98. Telah mengabarkan kepada kami [Abul-Mughīrah], telah menceritakan kepada kami [al-Auzā‘ī], dari [Ḥassan] ia berkata: “Tidaklah suatu kaum membuat satu bid‘ah dalam agama mereka melainkan Allah subḥānahu wa ta‘ālā akan mencabut dari sunnah mereka seperti bagian bid‘ah (yang mereka perbuat) kemudian Dia tidak mengembalikan lagi sunnah tersebut sampai hari kiamat.”

Derajat: Husain Salim Asad ad-Darani: Isnād-nya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak Ditemukan.

99. أَخْبَرَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ، حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ، حَدَّثَنَا أَيُّوْبُ، عَنْ أَبِيْ قِلَابَةَ قَالَ مَا ابْتَدَعَ رَجُلٌ بِدْعَةً إِلَّا اسْتَحَلَّ السَّيْفَ.

Sunan ad-Dārimī 99. Telah mengabarkan kepada kami [Muslim bin Ibrāhīm], telah menceritakan kepada kami [Wuhaib], telah menceritakan kepada kami [Ayyūb], dari [Abū Qilābah], ia berkata: “Tidaklah seorang berbuat bid‘ah kecuali ia menghalalkan pedang ditebaskan.”

Derajat: Husain Salim Asad ad-Darani: Isnād-nya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak Ditemukan.

001. أَخْبَرَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ أَيُّوْبَ، عَنْ أَبِيْ قِلَابَةَ قَالَ إِنَّ أَهْلَ الْأَهْوَاءِ أَهْلُ الضَّلَالَةِ وَ لَا أَرَى مَصِيْرَهُمْ إِلَّا النَّارَ فَجَرِّبْهُمْ فَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْهُمْ يَنْتَحِلُ قَوْلًا أَوْ قَالَ حَدِيْثًا فَيَتَنَاهَى بِهِ الْأَمْرُ دُوْنَ السَّيْفِ وَ إِنَّ النِّفَاقَ كَانَ ضُرُوْبًا ثُمَّ تَلَا وَ مِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللهَ وَ مِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ وَ مِنْهُمُ الَّذِيْنَ يُؤْذُوْنَ النَّبِيَّ فَاخْتَلَفَ قَوْلُهُمْ وَ اجْتَمَعُوْا فِي الشَّكِّ وَ التَّكْذِيْبِ وَ إِنَّ هؤُلَاءِ اخْتَلَفَ قَوْلُهُمْ وَ اجْتَمَعُوْا فِي السَّيْفِ وَ لَا أَرَى مَصِيْرَهُمْ إِلَّا النَّارَ قَالَ حَمَّادٌ ثُمَّ قَالَ أَيُّوْبُ عِنْدَ ذَا الْحَدِيْثِ أَوْ عِنْدَ الْأَوَّلِ وَ كَانَ وَ اللهِ مِنَ الْفُقَهَاءِ ذَوِي الْأَلْبَابِ يَعْنِيْ أَبَا قِلَابَةَ

Sunan ad-Dārimī 100. Telah mengabarkan kepada kami [Sulaimān bin Ḥarb], telah menceritakan kepada kami [Ḥammād bin Zaid], dari [Ayyūb], dari [Abū Qilābah] ia berkata: “Sesungguhnya pemuja hawa nafsu adalah orang-orang yang sesat, dan aku tidak melihat akhir perjalanan yang mereka tempuh kecuali neraka. Ujilah mereka itu. Tidak ada seorang pun dari mereka yang menyitir perkataan atau berkata, hingga persoalannya tiada lain adalah pedang. Sesungguhnya kemunafikan sudah menjadi ciri khas mereka. Kemudian ia membaca ayat “WA MINHUM MAN ‘ĀHADALLĀHA’ (Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah subhanahu wa ta‘ala) (Qs. at-Taubah: 75), dan ayat “WA MINHUM MAN YALMIZUKA FISH-SHADAQĀT’ (Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (pembagian) zakat) (Qs. at-Taubah: 58), dan ayat “WA MINHUM-ULLADZĪNA YU’DZŪN-AN-NABIYYA’ (Dan di antara mereka ‘orang-orang munafik’ ada yang menyakiti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) (Qs. at-Taubah: 116). Kemudian mereka berbeda pendapat dan berselisih, dan akhirnya mereka berkumpul dalam keraguan dan kedustaan. Sesungguhnya mereka berbeda pendapat dan bersatu dalam gelayut pedang. Dan aku tidak melihat perjalanan mereka kecuali ke neraka”. Ḥammād berkata: “Ayyūb berkata tentang hadits ini atau hadits awal, demi Allah subḥānahu wa ta‘ālā, ia termasuk salah seorang pakar fikih yang sangat cerdas, maksudku adalah Abū Qilābah”.

Derajat: Husain Salim Asad ad-Darani: Isnād-nya Seperti Riwayat Sebelumnya.

Dan Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak Ditemukan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *