Sunan Darimi 46 s.d 48 – Beberapa Keutamaan Yang Diberikan Kepada Nabi (1/3)

Rangkaian Pos: Sunan Darimi Kitab 1 Bab 8 - Beberapa Keutamaan Yang Diberikan Kepada Nabi

64. أَخْبَرَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ، أَخْبَرَنَا يَزِيْدُ بْنُ أَبِيْ حَكِيْمٍ، حَدَّثَنِي الْحَكَمُ بْنُ أَبَانَ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ إِنَّ اللهَ فَضَّلَ مُحَمَّدًا عَلَى الْأَنْبِيَاءِ وَ عَلَى أَهْلِ السَّمَاءِ فَقَالُوْا يَا ابْنَ عَبَّاسٍ بِمَ فَضَّلَهُ عَلَى أَهْلِ السَّمَاءِ قَالَ إِنَّ اللهَ قَالَ لِأَهْلِ السَّمَاءِ وَ مَنْ يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّيْ إِلهٌ مِنْ دُوْنِهِ فَذلِكَ نَجْزِيْهِ جَهَنَّمَ كَذلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِيْنَ الْآيَةَ وَ قَالَ اللهُ لِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِيْنًا لِيَغْفِرَ لَكَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَ مَا تَأَخَّرَ قَالُوْا فَمَا فَضْلُهُ عَلَى الْأَنْبِيَاءِ قَالَ قَالَ اللهُ – عَزَّ وَ جَلَّ – ‏{‏وَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُوْلٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمُ‏}‏ الْآيَةَ وَ قَالَ اللهُ – عَزَّ وَ جَلَّ – لِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ‏{‏وَ مَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ‏}‏ فَأَرْسَلَهُ إِلَى الْجِنِّ وَ الْإِنْسِ.

Sunan ad-Dārimī 46. Telah mengabarkan kepada kami [Isḥāq bin Ibrāhīm], telah mengabarkan kepada kami [Yazīd bin Abī Ḥakīm], telah menceritakan kepadaku [al-Ḥakam bin Abān], dari [‘Ikrimah], dari [Ibnu ‘Abbās] radhiyallāhu ‘anhu ia berkata: “Sesungguhnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā memberikan keutamaan kepada Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam atas nabi-nabi yang lainnya dan atas penghuni langit. ” lalu mereka bertanya: “Wahai Ibnu ‘Abbās, keutamaan apa yang diberikan kepada beliau atas penghuni langit?” Ibnu ‘Abbās menjawab: “Sesungguhnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā telah berfirman kepada penghuni langit: WA MAN YAQUL MINHUM INNĪ ILĀHUN MIN DŪNIHI FADZĀLIKA NAJZĪHI JAHANNAMA KADZĀLIKA NAJZ-IZHA-ZHĀLIMĪN. “Dan barang siapa di antara mereka mengatakan: sesungguhnya aku adalah tuhan selain dari pada Allah subhanahu wa ta‘ala, maka orang itu kami beri balasan dengan jahannam, dengan demikian kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zhalim.” (Qs. al-Anbiyā’ [21]: 29) “Dan Allah subhanahu wa ta‘ala terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu ke jalan yang lurus.” (Qs. al-Fatḥ [48]: 1-2) Lalu mereka bertanya: “Apa keutamaan beliau atas semua nabi-nabi?” Ibnu ‘Abbās menjawab: “Sesungguhnya Allah subḥānahu wa ta‘ālā telah berfirman:Kami tidak mengutus seorang Rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.” (Qs. Ibrāhīm [14]: 4) dan Allah subḥānahu wa ta‘ālā berfirman untuk Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam:Dan Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.” (Qs. as-Saba’ [34]: 28), maka beliau telah diutus kepada bangsa jin dan manusia.

Derajat: Husain Salim Asad ad-Darani: Isnādnya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak Ditemukan.

74. أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عَبْدِ الْمَجِيْدِ، حَدَّثَنَا زَمْعَةُ، عَنْ سَلَمَةَ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ جَلَسَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَنْتَظِرُوْنَهُ فَخَرَجَ حَتَّى إِذَا دَنَا مِنْهُمْ سَمِعَهُمْ يَتَذَاكَرُوْنَ فَتَسَمَّعَ حَدِيْثَهُمْ فَإِذَا بَعْضُهُمْ يَقُوْلُ عَجَبًا إِنَّ اللهَ اتَّخَذَ مِنْ خَلْقِهِ خَلِيْلًا فَإِبْرَاهِيْمُ خَلِيْلُهُ وَ قَالَ آخَرُ مَاذَا بِأَعْجَبَ مِنْ وَ كَلَّمَ اللهُ مُوْسَى تَكْلِيْمًا وَ قَالَ آخَرُ فَعِيْسَى كَلِمَةُ اللهِ وَ رُوْحُهُ وَ قَالَ آخَرُ وَ آدَمُ اصْطَفَاهُ اللهُ فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ فَسَلَّمَ وَ قَالَ قَدْ سَمِعْتُ كَلَامَكُمْ وَ عَجَبَكُمْ أَنَّ إِبْرَاهِيْمَ خَلِيْلُ اللهِ وَ هُوَ كَذلِكَ وَ مُوْسَى نَجِيُّهُ وَ هُوَ كَذلِكَ وَ عِيْسَى رُوْحُهُ وَ كَلِمَتُهُ وَ هُوَ كَذلِكَ وَ آدَمُ اصْطَفَاهُ اللهُ تَعَالَى وَ هُوَ كَذلِكَ أَلَا وَ أَنَا حَبِيْبُ اللهِ وَ لَا فَخْرَ وَ أَنَا حَامِلُ لِوَاءِ الْحَمْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تَحْتَهُ آدَمُ فَمَنْ دُوْنَهُ وَ لَا فَخْرَ وَ أَنَا أَوَّلُ شَافِعٍ وَ أَوَّلُ مُشَفَّعٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَ لَا فَخْرَ وَ أَنَا أَوَّلُ مَنْ يُحَرِّكُ بِحَلَقِ الْجَنَّةِ وَ لَا فَخْرَ فَيَفْتَحُ اللهُ فَيُدْخِلُنِيْهَا وَ مَعِيْ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ لَا فَخْرَ وَ أَنَا أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَ الْآخِرِيْنَ عَلَى اللهِ وَلَا فَخْرَ.

Sunan ad-Dārimī 47. Telah mengabarkan kepada kami [‘Ubaidullāh bin ‘Abd-ul-Majīd], telah menceritakan kepada kami [Zam‘ah], dari [Salamah], dari [‘Ikrimah], dari [Ibnu ‘Abbās] radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Orang-orang dari sahabat Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam duduk menunggu beliau. Kemudian beliau s.a.w keluar dan tatkala dekat dengan mereka beliau mendengar mereka sedang menyebut-nyebut nama beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau mendengarkan percakapan mereka dengan baik, maka di antara mereka ada yang berkata: “Sungguh sangat mengherankan bahwasannya Allah subḥānahu wa ta‘ālā menjadikan dari makhluk-Nya sebagai sahabat karib-Nya, dan Ibrāhīm adalah sahabat karib Allah subḥānahu wa ta‘ālā, yang lain berkata: Mana yang lebih mengherankan dari ayat, WA KALLAM-ALLĀHU MŪSĀ TAKLĪMĀ. “Dan Allah telah berbicara kepada Nabi Musa dengan langsung” (Qs. an-Nisā’ [4]: 164) sementara yang lainnya lagi berkata: Sedangkan ‘Īsā adalah Kalimat Allah subḥānahu wa ta‘ālā dan Rūḥ-Nya, yang lainnya pun ikut berkata: Sementara Ādam telah disucikan Allah subḥānahu wa ta‘ālā. Lalu beliau s.a.w keluar menemui mereka dan mengucapkan salam, lalu bersabda: Saya telah mendengarkan percakapan kalian dan keheranan bahwa Ibrāhīm adalah sahabat karib Allah subḥānahu wa ta‘ālā, dan memang demikian, Mūsā orang yang diajak langsung berbicara dengan-Nya dan memang demikian, dan ‘Īsā adalah Rūḥ dan Kalimat-Nya dan memang demikian, dan Ādam Allah subḥānahu wa ta‘ālā telah memilihnya dan memang demikian, ketahuilah bahwa saya adalah ḥabībullāh (manusia kecintaan Allah) dan tiada kesombongan (dariku), aku adalah pembawa panji pujian di hari kiamat yang membawai Ādam dan para nabi sesudahnya dan tiada kesombongan (dariku), dan aku adalah orang pertama yang memberi dan yang diberi syafa‘at pada hari kiamat dan tidak ada kesombongan (dariku), dan saya adalah orang pertama yang menggerakkan tali pintu surga dan tidak ada kesombongan (dariku), kemudian Allah subḥānahu wa ta‘ālā membukakan pintunya dan memasukkan saya ke dalamnya, saya masuk bersama orang-orang miskin dari kaum muslimin dan tidak ada kesombongan (dariku), serta saya adalah orang yang paling mulia dari orang-orang terdahulu dan orang-orang yang datang belakangan di sisi Allah subḥānahu wa ta‘ālā dan tidak ada kesombongan (dariku)“.

Derajat: Husain Salim Asad ad-Darani: Isnādnya Dha‘īf Karena Dha‘īfnya Zam‘ah.

Dan Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: ST: 3073, 3548, 3549; MA: 3705, 13121.

84. حَدَّثَنَا سَعِيْدُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ مَنْصُوْرِ بْنِ أَبِي الْأَسْوَدِ، عَنْ لَيْثٍ، عَنِ الرَّبِيْعِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ‏:‏ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ‏:‏ أَنَا أَوَّلُهُمْ خُرُوْجًا وَ أَنَا قَائِدُهُمْ إِذَا وَفَدُوْا وَ أَنَا خَطِيْبُهُمْ إِذَا أَنْصَتُوْا وَ أَنَا مُسْتَشْفِعُكُمْ إِذَا حُبِسُوْا وَ أَنَا مُبَشِّرُهُمْ إِذَا أَيِسُواالْكَرَامَةُ وَ الْمَفَاتِيْحُ يَوْمَئِذٍ بِيَدِيْ وَ أَنَا أَكْرَمُ وَلَدِ آدَمَ عَلَى رَبِّيْ يَطُوْفُ عَلَيَّ أَلْفُ خَادِمٍ كَأَنَّهُمْ بَيْضٌ مَكْنُوْنٌ أَوْ لُؤْلُؤٌ مَنْثُوْرٌ.

Sunan ad-Dārimī 48. Telah menceritakan kepada kami [Sa‘īd bin Sulaimān], dari [Manshūr bin Abil-Aswad], dari [Laits], dari [ar-Rabī‘ bin Anas], dari [Anas] radhiyallāhu ‘anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:Saya adalah orang pertama kali yang bangkit dari kubur di hari berbangkit, saya adalah pemimpin mereka ketika mereka datang, saya adalah juru bicara mereka ketika mereka diam, saya adalah orang yang meminta syafa‘at untuk mereka ketika mereka tertahan (di padang mahsyar), saya adalah orang yang memberikan kabar kepada mereka ketika mereka putus asa. Kemuliaan dan kunci-kunci pada hari itu di tangan saya, dan saya adalah anak Ādam ‘alaih-is-salām yang paling mulia di sisi Tuhanku, berkeliling di samping saya seribu pelayan, seakan-akan mereka adalah permata yang putih atau mutiara yang bertaburan“.

Derajat: Husain Salim Asad ad-Darani: Isnādnya Dha‘īf Karena Dha‘īf-nya Laits.

Dan Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: ST: 3543.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *