Sunan Darimi 249 s.d 253- Hilangnya ‘Ilmu (3/3)

249 أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَسَدٍ أَبُوْ عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا عَبْثَرٌ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ سَالِمٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ مُعَلِّمُ الْخَيْرِ وَ الْمُتَعَلِّمُ فِي الْأَجْرِ سَوَاءٌ وَ لَيْسَ لِسَائِرِ النَّاسِ بَعْدُ خَيْرٌ.

Sunan ad-Dārimī 249. Telah menghabarakan kepada kami [Aḥmad bin Asad Abū ‘Āshim] telah menceritakan kepada kami [‘Abtsar] dari [al-A‘masy] dari [Sālim] dari [Abū-d-Dardā’] radhiyallāhu ‘anhu ia berkata: “Orang yang mengajari kebaikan dan yang belajar terhadapnya mempunyai pahala sama, dan tidak ada lagi kebaikan setelah dua hal tersebut.”

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Munqathi‘. Perawinya tsiqah.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

250 أَخْبَرَنَا قَبِيْصَةُ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ، قَالَ اغْدُ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا وَ لَا تَكُنِ الرَّابِعَ فَتَهْلِكَ.

Sunan ad-Dārimī 250. Telah mengabarkan kepada kami [Qabīshah] telah mengabarkan kepada kami [Sufyān] dari [‘Athā’ bin as-Sā’ib] dari [al-Ḥasan] dari [‘Abdullāh bin Mas‘ūd] radhiyallāhu ‘anhu ia berkata: “Siapkanlah diri kamu (untuk menjadi) seorang ‘ulamā’, seorang pelajar, atau seorang pendengar setia, dan janganlah kamu menjadi (bagian) dari yang keempat, niscaya kamu akan celaka.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Dha‘īf-ul-Isnād.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

251 أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ، أَخْبَرَنَا خَالِدٌ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ رُبَيِّعَةَ، قَالَ قَالَ سَلْمَانُ لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا بَقِيَ الْأَوَّلُ حَتَّى يَتَعَلَّمَ الْآخِرُ فَإِذَا هَلَكَ الْأَوَّلُ قَبْلَ أَنْ يَتَعَلَّمَ الْآخِرُ هَلَكَ النَّاسُ.

Sunan ad-Dārimī 251. Telah mengabarkan kepada kami [‘Amr bin ‘Aun] telah mengabarkan kepada kami [Khālid] dari [‘Athā’ bin as-Sā’ib] dari [‘Abdullāh bin Rubayi‘ah] ia berkata: “[Salmān] berkata: “Manusia akan tetap dalam keadaan baik-baik saja selama masih ada generasi awal, hingga generasi berikutnya belajar (darinya), jika generasi awal telah hilang sebelum generasi akhir belajar, hancurlah manusia.”

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Dha‘īf-ul-Isnād.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

252 أَخْبَرَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيْرٍ، وَ عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ، قَالَا أَخْبَرَنَا ابْنُ عَوْنٍ، عَنْ مُحَمَّدٍ، عَنِ الْأَحْنَفِ، قَالَ قَالَ عُمَرُ تَفَقَّهُوْا قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوْا.

Sunan ad-Dārimī 252. Telah mengabarkan kepada kami [Wahab bin Jarīr] dan [‘Utsmān bin ‘Umar] keduanya berkata: “telah menceritakan kepada kami [Ibnu ‘Aun] dari [Muḥammad] dari [al-Aḥnaf] ia berkata: “[‘Umar] telah berkata: “Hendaklah kalian belajar sebelum kalian tidak bisa berbuat apa-apa.”

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Shaḥīḥ-ul-Isnād.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

253 أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُوْنَ، أَخْبَرَنَا بَقِيَّةُ، حَدَّثَنِيْ صَفْوَانُ بْنُ رُسْتُمَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ مَيْسَرَةَ، عَنْ تَمِيْمٍ الدَّارِيِّ، قَالَ تَطَاوَلَ النَّاسُ فِي الْبِنَاءِ فِيْ زَمَنِ عُمَرَ فَقَالَ عُمَرُ يَا مَعْشَرَ الْعُرَيْبِ الْأَرْضَ الْأَرْضَ إِنَّهُ لَا إِسْلَامَ إِلَّا بِجَمَاعَةٍ وَ لَا جَمَاعَةَ إِلَّا بِإِمَارَةٍ وَ لَا إِمَارَةَ إِلَّا بِطَاعَةٍ فَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى الْفِقْهِ كَانَ حَيَاةً لَهُ وَ لَهُمْ وَ مَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى غَيْرِ فِقْهٍ كَانَ هَلَاكًا لَهُ وَ لَهُمْ.

Sunan ad-Dārimī 253. Telah mengabarkan kepada kami [Yazīd bin Hārūn] telah mengabarkan kepada kami [Baqiyyah] telah menceritajkan kepadaku [Shafwān bin Rustum] dari [‘Abd-ur-Raḥmān bin Maisarah] dari [Tamīm ad-Dārī] radhiyallāhu ‘anhu ia berkata: “Orang-orang berlomba-lomba mempertinggi bangunan pada zaman ‘Umar, lalu [‘Umar] berkata: “Wahai masyarakat ‘Arab ingatlah, ingatlah, sesungguhnya tidak ada Islām kecuali dengan berjamā‘ah, dan tidak ada jamā‘ah kecuali dengan adanya kepemimpinan, dan tidak ada (gunanya) kepemimpinan kecuali dengan ketaatan. Barang siapa yang dihormati kaumnya karena ‘ilmu, hal demikian membawa kebaikan untuk kehidupan dirinya dan masyarakatnya, dan barang siapa yang dihormati oleh kaumnya bukan karena ‘ilmu, maka ia hancur (begitu juga dengan) kaumnya”.”

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya cacat.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.