Bab: Meneladani para ‘ulamā’
220 أَخْبَرَنَا مَنْصُوْرُ بْنُ سَلَمَةَ الْخُزَاعِيُّ، عَنْ شَرِيْكٍ، عَنْ أَبِيْ، حَمْزَةَ عَنْ إِبْرَاهِيْمَ، قَالَ لَقَدْ أَدْرَكْتُ أَقْوَامًا لَوْ لَمْ يُجَاوِزْ أَحَدُهُمْ ظُفْرًا لَمَا جَاوَزْتُهُ كَفَى إِزْرَاءً عَلَى قَوْمٍ أَنْ تُخَالَفَ أَفْعَالُهُمْ.
Sunan ad-Dārimī 220. Telah mengabarkan kepada kami [Manshūr bin Salamah al-Khuzā‘ī] dari [Syarīk] dari [Abū Ḥamzah] dari [Ibrāhīm] ia berkata: “Sungguh telah aku dapati beberapa kaum yang sekiranya salah satu dari mereka tidak melampaui seujung kuku, niscaya aku tidak juga akan melampauinya. Cukuplah dianggap menghina suatu kaum jika perbuatan mereka diselisihi”.
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Dha‘īf-ul-Isnād.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
221 أَخْبَرَنَا يَعْلَى، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ، عَنْ عَطَاءٍ، أَطِيْعُوا اللهَ وَ أَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَ أُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ قَالَ أُولُو الْعِلْمِ وَ الْفِقْهِ وَ طَاعَةُ الرَّسُوْلِ اتِّبَاعُ الْكِتَابِ وَ السُّنَّةِ.
Sunan ad-Dārimī 221. Telah mengabarkan kepada kami [Ya‘lā] telah menceritakan kepada kami [‘Abd-ul-Mālik] dari [‘Athā’]: “ATHĪ‘ULLĀHA WA ATHĪ‘UR RASŪLA WA ULIL-AMRI MINKUM” (Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasūl shallallāhu ‘alaihi wa sallam serta taatlah kepada pemimpin di antara kalian) ia berkata: “(Ulil-Amri yaitu) yang mempunyai ‘ilmu dan fikih, dan yang dimaksud taat kepada Rasūl adalah mengikuti al-Qur’ān dan Sunnah”.”
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Shaḥīḥ-ul-Isnād.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
222 أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوْسُفَ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ أَدْهَمَ، قَالَ سَأَلْتُ ابْنَ شُبْرُمَةَ عَنْ شَيْءٍ، وَ كَانَتْ، عِنْدِيْ مَسْأَلَةٌ شَدِيْدَةٌ فَقُلْتُ رَحِمَكَ اللهُ انْظُرْ فِيْهَا قَالَ إِذَا وَضَحَ لِيَ الطَّرِيْقُ وَ وَجَدْتُ الْأَثَرَ لَمْ أَحْبَسْ.
Sunan ad-Dārimī 222. Telah mengabarkan kepada kami [Muḥammad bin Yūsuf] telah menceritakan kepada kami [Ibrāhīm bin Adham] ia berkata: “Pernah aku bertanya kepada [Ibnu Syubrumah] tentang suatu hal yang ketika itu aku mempunyai masalah yang sangat berat. aku berkata: “Mohon selidiki permasalahan itu, semoga Allah merahmatimu”, ia menjawab: “Apabila jelas jalan bagiku dan aku telah menemukan atsar(–riwayat-ed.), aku tidak akan menyembunyikannya”.”
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Shaḥīḥ-ul-Isnād.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
223 أَخْبَرَنَا عُثْمَانُ بْنُ الْهَيْثَمِ، حَدَّثَنَا عَوْفٌ، عَنْ رَجُلٍ، يُقَالُ لَهُ سُلَيْمَانُ بْنُ جَابِرٍ مِنْ أَهْلِ هَجَرَ قَالَ قَالَ ابْنُ مَسْعُوْدٍ قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ وَ عَلِّمُوْهُ النَّاسَ تَعَلَّمُوا الْفَرَائِضَ وَ عَلِّمُوهُ النَّاسَ تَعَلَّمُوا الْقُرْآنَ وَ عَلِّمُوهُ النَّاسَ فَإِنِّي امْرُؤٌ مَقْبُوْضٌ وَ الْعِلْمُ سَيُقْبَضُ وَ تَظْهَرُ الْفِتَنُ حَتَّى يَخْتَلِفَ اثْنَانِ فِيْ فَرِيْضَةٍ لَا يَجِدَانِ أَحَدًا يَفْصِلُ بَيْنَهُمَا.
Sunan ad-Dārimī 223. Telah mengabarkan kepada kami [‘Utsmān bin al-Haitsam] telah menceritakan kepada kami [‘Auf] dari seseorang -ia dikenal dengan sebutan [Sulaimān bin Jābir] dari penduduk Ḥajar-, ia berkata: “[Ibnu Mas‘ūd] pernah berkata: “Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepadaku: “Hendaklah kalian belajar ‘ilmu, dan ajarkanlah kepada manusia, pelajarilah ‘ilmu farā’idh dan ajarkanlah kepada manusia, pelajarilah al-Qur’ān dan ajarkanlah kepada manusia, karena aku seorang yang akan dipanggil (wafat), dan ‘ilmu senantiasa akan berkurang sedangkan kekacauan akan muncul hingga ada dua orang yang akan berselisih pendapat tentang (wajib atau tidaknya) suatu kewajiban, dan keduanya tidak mendapatkan orang yang dapat memutuskan antara keduanya”.
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya cacat.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
224 أَخْبَرَنَا يَعْقُوْبُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ أَبِيْ خَلِيْفَةَ، قَالَ سَمِعْتُ زِيَادَ بْنَ مِخْرَاقٍ، ذَكَرَ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ، قَالَ أَرْسَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ وَ أَبَا مُوْسَى إِلَى الْيَمَنِ قَالَ تَسَانَدَا وَ تَطَاوَعَا وَ بَشِّرَا وَ لَا تُنَفِّرَا فَقَدِمَا الْيَمَنَ فَخَطَبَ النَّاسَ مُعَاذٌ فَحَضَّهُمْ عَلَى الْإِسْلَامِ وَ أَمَرَهُمْ بِالتَّفَقُّهِ وَ الْقُرْآنِ وَ قَالَ إِذَا فَعَلْتُمْ ذلِكَ فَاسْأَلُوْنِيْ أُخْبِرْكُمْ عَنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمَكَثُوْا مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَمْكُثُوْا فَقَالُوْا لِمُعَاذٍ قَدْ كُنْتَ أَمَرْتَنَا إِذَا نَحْنُ تَفَقَّهْنَا وَ قَرَأْنَا أَنْ نَسْأَلَكَ فَتُخْبِرَنَا بِأَهْلِ الْجَنَّةِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَقَالَ لَهُمْ مُعَاذٌ إِذَا ذُكِرَ الرَّجُلُ بِخَيْرٍ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَ إِذَا ذُكِرَ بِشَرٍّ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ.
Sunan ad-Dārimī 224. Telah mengabarkan kepada kami [Ya‘qūb bin Ibrāhīm] telah menceritakan kepada kami [‘Umar bin Abī Khalīfah] ia berkata: Aku pernah mendengar [Ziyād bin Mikhrāq] menyebutkan dari [‘Abdullāh bin ‘Umar] ia berkata: “Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu‘ādz bin Jabal dan Abū Mūsā radhiyallāhu ‘anhumā ke negara Yaman, beliau berkata: “Hendaknya kalian saling bersandar, dan saling membantu, dan hendaknya kalian berdua memberikan (kepada mereka) kabar gembira dan janganlah kalian berdua membuat (mereka) lari (dari ajaran Islām), kemudian keduanya datang ke Yaman, lalu Mu‘ādz memberikan khutbah kepada orang-orang, mengajak mereka untuk masuk Islam, dan memerintahkan kepada mereka untuk memperdalam isi al-Qur’ān, dan ia juga berkata: “Jika kalian sudah lakukan itu semua maka tanyalah kepadaku, akan kukabarkan kepada kalian tentang penghuni surga dan penghuni neraka, mereka (para penghuni surga dan neraka) berada di dalamnya tergantung seberapa lama Allah menghendaki, kemudian mereka berkata kepada Mu‘ādz: “Sungguh kamu telah memerintahkan kami, jika kami sudah memperdalam Islām dan telah membaca (mempelajari) al-Qur’ān agar kami menanyakanmu (tentang penghuni surga dan neraka), maka kabarkanlah kepada kami tentang penghuni surga dan neraka”, kemudian Mu‘ādz berkata kepada mereka: “Jika seorang dikenal baik, ia penghuni surga, dan jika seorang dikenal jelek, ia penghuni neraka.”
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Dha‘īf-ul-Isnād sebab Munqathi‘.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
225 حَدَّثَنَا يَعْقُوْبُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ الْقَطَّانُ، عَنْ عُبَيْدِ اللهِ، قَالَ سَمِعْتُ سَعِيْدَ بْنَ أَبِيْ سَعِيْدٍ، يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَيُّ النَّاسِ أَكْرَمُ قَالَ أَتْقَاهُمْ قَالُوْا لَيْسَ عَنْ هذَا نَسْأَلُكَ قَالَ فَيُوْسُفُ بْنُ يَعْقُوْبَ نَبِيُّ اللهِ ابْنُ نَبِيِّ اللهِ ابْنِ خَلِيْلِ اللهِ قَالُوْا لَيْسَ عَنْ هذَا نَسْأَلُكَ قَالَ فَعَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأَلُوْنِيْ خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقُهُوْا.
Sunan ad-Dārimī 225. Telah mengabarkan kepada kami [Ya‘qūb bin Ibrāhīm] telah menceritakan kepada kami [Yaḥyā bin Sa‘īd al-Qaththān] dari [‘Ubaidullāh] ia berkata: Aku pernah mendengar [Sa‘īd bin Abī Sa‘īd] menceritakan dari [ayahnya] dari [Abū Hurairah] radhiyallāhu ‘anhu berkata: “Dikatakan, wahai Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, Siapakah orang yang paling mulia itu?, beliau menjawab: “orang yang paling bertaqwā di antara mereka”, mereka kembali bertanya: “Bukan itu yang kami maksud”, lalu beliau menjawab: “Yūsuf bin Ya‘qūb Nabi dan seorang anak dari Nabi serta anak dari kekasih Allah (‘alaih-is-salām)”, mereka berkata lagi: “bukan itu yang kami tanyakan”, beliau bertanya: “Apakah yang kalian maksud dari kalangan orang Arab?” beliau melanjutkan: “Yang terbaik pada zaman jāhiliyyah adalah yang terbaik dalam Islām jika mereka mendalami agama.”
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Shaḥīḥ-ul-Isnād.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.