Sunan Darimi 210 s.d 215- Dimakruhkan Menggunakan Logika (3/4)

210 . أَخْبَرَنِيْ مُحَمَّدُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ أَبِيْ إِسْحَاقَ الْفَزَارِيِّ عَنْ لَيْثٍ، عَنْ أَيُّوْبَ، عَنِ ابْنِ سِيْرِيْنَ، قَالَ مَا أَخَذَ رَجُلٌ بِبِدْعَةٍ فَرَاجَعَ سُنَّةً.

Sunan ad-Dārimī 210. Telah mengabarkan kepadaku [Muḥammad bin ‘Uyainah] dari [Abū Isḥāq al-Fazārī] dari [Laits] dari [Ayyūb] dari [Ibnu Sīrīn] ia berkata: “Seseorang yang mengambil bid‘ah, tak bakalan kembali kepada sunnah.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Dha‘īf.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ditemukan.

211 . أَخْبَرَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ أَيُّوْبَ، عَنْ أَبِيْ قِلَابَةَ عَنْ أَبِيْ أَسْمَاءَ عَنْ ثَوْبَانَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّيْنَ.

Sunan ad-Dārimī 211. Telah mengabarkan kepada kami [Sulaimān bin Ḥarb] telah menceritakan kepada kami [Ḥammād bin Zaid] dari [Ayyūb] dari [Abū Qilābah] dari [Abū Asmā’] dari [Tsaubān] dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau s.a.w. bersabda: “Hanya saja yang aku takutkan dari umatku adalah pemimpin yang menyesatkan.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: MA: 16493, 21359, 21360; SD: 2634.

212 . أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ أَبُو الْوَلِيْدِ الْهَرَوِيُّ، حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ مُعَاذٍ، عَنِ ابْنِ عَوْنٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ سَعِيْدٍ، عَنْ أَبِيْ زُرْعَةَ بْنِ عَمْرِو بْنِ جَرِيْرٍ عَنْ حَيَّةَ بِنْتِ أَبِيْ حَيَّةَ، قَالَتْ دَخَلَ عَلَيْنَا رَجُلٌ بِالظَّهِيْرَةِ فَقُلْتُ يَا عَبْدَ اللهِ مِنْ أَيْنَ أَقْبَلْتَ قَالَ أَقْبَلْتُ أَنَا وَ صَاحِبٌ لِيْ فِيْ بُغَاءٍ لَنَا فَانْطَلَقَ صَاحِبِيْ يَبْغِيْ وَ دَخَلْتُ أَنَا أَسْتَظِلُّ بِالظِّلِّ وَ أَشْرَبُ مِنَ الشَّرَابِ فَقُمْتُ إِلَى لُبَيْنَةٍ حَامِضَةٍ رُبَّمَا قَالَتْ فَقُمْتُ إِلَى ضَيْحَةٍ حَامِضَةٍ فَسَقَيْتُهُ مِنْهَا فَشَرِبَ وَ شَرِبْتُ قَالَتْ وَ تَوَسَّمْتُهُ فَقُلْتُ يَا عَبْدَ اللهِ مَنْ أَنْتَ فَقَالَ أَنَا أَبُوْ بَكْرٍ قُلْتُ أَنْتَ أَبُوْ بَكْرٍ صَاحِبُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الَّذِيْ سَمِعْتُ بِهِ قَالَ نَعَمْ قَالَتْ فَذَكَرْتُ غَزْوَنَا خَثْعَمًا وَ غَزْوَةَ بَعْضِنَا بَعْضًا فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَ مَا جَاءَ اللهُ بِهِ مِنَ الْأُلْفَةِ وَ أَطْنَابِ الْفَسَاطِيْطِ وَ شَبَّكَ ابْنُ عَوْنٍ أَصَابِعَهُ وَ وَصَفَهُ لَنَا مُعَاذٌ وَ شَبَّكَ أَحْمَدُ فَقُلْتُ يَا عَبْدَ اللهِ حَتَّى مَتَى تَرَى أَمْرَ النَّاسِ هذَا قَالَ مَا اسْتَقَامَتْ الْأَئِمَّةُ قُلْتُ مَا الْأَئِمَّةُ قَالَ أَمَا رَأَيْتِ السَّيِّدَ يَكُوْنُ فِي الْحِوَاءِ فَيَتَّبِعُوْنَهُ وَ يُطِيْعُوْنَهُ فَمَا اسْتَقَامَ أُولئِكَ.

Sunan ad-Dārimī 212. Telah mengabarkan kepada kami [Aḥmad bin ‘Abdillāh Abū-l-Walīd al-Harawī] telah menceritakan kepada kami [Mu‘ādz bin Mu‘ādz] dari [Ibnu ‘Aun] dari [‘Amr bin Sa‘īd] dari [Abū Zur‘ah bin ‘Amr bin Jarīr] dari [Ḥayyah binti Abī Ḥayyah] ia berkata: “Seorang laki-laki datang menemui kami pada siang hari, lalu aku bertanya: “Wahai hamba Allah, kamu datang dari arah mana?” Ia menjawab: “aku datang bersama sahabatku untuk membereskan keperluan kami, lalu sahabatku pergi untuk satu keperluan, maka aku masuk ke sini untuk berteduh dan minum. Lalu aku bangkit mengambil susu yang asam (difermentasi). Mungkin ia berkata dengan redaksi: “QUMTU ILĀ DHAIḤATIN ḤĀMIDHAH”-Perawi ragu kepastian redaksi kalimatnya– lalu aku suguhkan dan ia pun meminumnya dan aku juga minum. Ia berkata: “Dan aku mencoba menyeledikinya, aku bertanya: “Wahai hamba Allah siapakah kamu gerangan?”, ia menjawab: “Aku [Abū Bakar]”, aku bertanya lagi: “kamu Abū Bakar sahabat Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang pernah aku dengar?”, ia menjawab: “Ya, benar”.

Ḥayyah bin Abī Ḥayyah berkata: “Kemudian kuceritakan kembali peperangan kami alias perang Khats‘am, dan peperangan lainnya yang terjadi di antara kami sewaktu zaman jāhiliyyah dahulu, dan kemudian Allah datang (untuk memancangkan) tali-tali tenda, dan Abū ‘Aun mengaitkan jari-jemarinya satu sama lain, dan Mu‘ādz memperagakan itu pada kami, dan Aḥmad pun mengaitkan juga (jari-jemarinya). Kemudian aku bertanya: “Wahai hamba Allah (kira-kira) sampai kapan kamu dapat lihat kondisi manusia (yang bagus) seperti ini?”, ia menjawab: “Selama para pemimpin (mereka) tetap istiqāmah.” Aku bertanya: “Lho, kenapa kok pemimpin?” ia menjawab: “Tidakkah kamu lihat bahwa seorang tuan (pemimpin) itu selalu ditengah-tengah perkumpulan rerumahan, lalu orang-orang mengikuti dan menaatinya, dan itu pun terkadang orang-orang tidak mau istiqamah?”.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Ḥasan.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ditemukan.

213 . أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّلْتِ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ أَخٍ، لِعَدِيِّ بْنِ أَرْطَاةَ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، قَالَ‏:‏ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ‏:‏ إِنَّ أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّيْنَ.

Sunan ad-Dārimī 213. Telah mengabarkan kepada kami [Muḥammad bin ash-Shalt] telah menceritakan kepada kami [Ibrāhīm bin Sa‘ad] dari [ayahnya] dari [saudara ‘Adī bin Arthāh] dari [Abū Dardā’] radhiyallāhu ‘anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Yang paling aku takutkan dari kalian adalah para pemimpin yang menyesatkan.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Dha‘īf.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: MA: 22528, 26213.

214 . أَخْبَرَنَا أَبُو النُّعْمَانِ، حَدَّثَنَا أَبُوْ عَوَانَةَ، عَنْ بَيَانٍ أَبِيْ بِشْرٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِيْ حَازِمٍ، قَالَ دَخَلَ أَبُوْ بَكْرٍ عَلَى امْرَأَةٍ مِنْ أَحْمَسَ يُقَالُ لَهَا زَيْنَبُ قَالَ فَرَآهَا لَا تَتَكَلَّمُ فَقَالَ مَا لَهَا لَا تَتَكَلَّمُ قَالُوْا نَوَتْ حَجَّةً مُصْمِتَةً فَقَالَ لَهَا تَكَلَّمِيْ فَإِنَّ هذَا لَا يَحِلُّ هذَا مِنْ عَمَلِ الْجَاهِلِيَّةِ قَالَ فَتَكَلَّمَتْ فَقَالَتْ مَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا امْرُؤٌ مِنَ الْمُهَاجِرِيْنَ قَالَتْ مِنْ أَيِّ الْمُهَاجِرِيْنَ قَالَ مِنْ قُرَيْشٍ قَالَتْ فَمِنْ أَيِّ قُرَيْشٍ أَنْتَ قَالَ إِنَّكِ لَسَئُوْلٌ أَنَا أَبُوْ بَكْرٍ قَالَتْ مَا بَقَاؤُنَا عَلَى هذَا الْأَمْرِ الصَّالِحِ الَّذِي جَاءَ اللهُ بِهِ بَعْدَ الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ بَقَاؤُكُمْ عَلَيْهِ مَا اسْتَقَامَتْ بِكُمْ أَئِمَّتُكُمْ قَالَتْ وَ مَا الْأَئِمَّةُ قَالَ أَمَا كَانَ لِقَوْمِكِ رُؤَسَاءُ وَ أَشْرَافٌ يَأْمُرُوْنَهُمْ فَيُطِيْعُوْنَهُمْ قَالَتْ بَلَى قَالَ فَهُمْ مِثْلُ أُولئِكَ عَلَى النَّاسِ.

Sunan ad-Dārimī 214. Telah mengabarkan kepada kami [Abū-n-Nu‘mān] telah menceritakan kepada kami [Abū ‘Awānah] dari [Bayān bin Bisyr] dari [Qais bin Abī Ḥāzim] ia berkata: “[Abū Bakar] menemui seorang wanita dari Aḥmas yang dikenal dengan Zainab. Qais berkata: “Beliau melihatnya diam tidak berkata-kata”, lalu beliau bertanya: “Mengapa ia tidak bicara?” mereka menjawab: “ia berniat (bernadzar) untuk menunaikan haji dengan tidak bercakap-cakap”, lalu beliau berkata kepadanya: “bicaralah”, karena hal ini tidak boleh, ini merupakan perbuatan orang-orang jāhiliyyah. Ia meriwayatkan: “kemudian wanita itu berbicara”, selanjutnya wanita itu bertanya: “siapa kamu?” ia menjawab: “aku seorang dari kaum Muhājirīn”, wanita itu bertanya lagi: “Dari Muhājirīn yang mana?”, beliau menjawab: “Dari suku Quraisy”, wanita itu masih bertanya lagi: “Dari suku Quraisy yang mana?”, beliau berkata: “Sungguh kamu orang yang banyak bertanya; aku adalah Abū Bakar.

Wanita itu berkata: “Sampai kapan kita akan merasakan kehidupan yang sangat baik ini sesuai dengan apa yang Allah tunjukkan, setelah (kami melalui zaman) jāhiliyyah?”, beliau menjawab: “Kehidupan kalian akan tetap seperti ini selama para pemimpin kalian istiqāmah.” Wanita itu bertanya: “Apa peran para pemimpin?”, beliau menjawab: “Bukankah dulu kalian memiliki para pemimpin dan orang-orang yang dimuliakan lalu mereka memerintah dan kalian pun mentaati mereka?”, ia menjawab: “Ya, benar”, beliau berkata: “Demikianlah peran para pemimpin atas manusia”.”

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ditemukan.

215 . أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ وَاصِلٍ، عَنِ امْرَأَةٍ، يُقَالُ لَهَا عَائِذَةُ قَالَتْ رَأَيْتُ ابْنَ مَسْعُوْدٍ يُوْصِي الرِّجَالَ وَ النِّسَاءَ وَ يَقُوْلُ مَنْ أَدْرَكَ مِنْكُنَّ مِنَ امْرَأَةٍ أَوْ رَجُلٍ فَالسَّمْتَ الْأَوَّلَ فَإِنَّكُمْ عَلَى الْفِطْرَةِ قَالَ عَبْدُ اللهِ السَّمْتُ الطَّرِيْقُ.

Sunan ad-Dārimī 215. Telah mengabarkan kepada kami [‘Abdullāh bin Muḥammad] telah menceritakan kepada kami [‘Abd-ur-Raḥmān bin Mahdī] dari [Sufyān] dari [Wāshil] dari seorang wanita -yang dikenal (dengan nama) [‘Ā’idzah] -, ia berkata: “Aku pernah melihat [Ibnu Mas‘ūd] memberi wasiat kepada orang laki-laki dan perempuan, ia berkata: “Siapa saja dari laki-laki atau perempuan hendaklah ia berpegang pada as-Samtu yang pertama, pastilah kita akan berada dalam dijalan fitrah”.” ‘Abdullāh mengatakan: “Yang dimaksud dengan as-Samtu adalah jalan.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ditemukan.