Sunan Darimi 206 s.d 209- Dimakruhkan Menggunakan Logika (2/4)

206 . أَخْبَرَنَا الْحَكَمُ بْنُ الْمُبَارَكِ، أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ يَحْيَى، قَالَ سَمِعْتُ أَبِيْ يُحَدِّثُ، عَنْ أَبِيْهِ، قَالَ كُنَّا نَجْلِسُ عَلَى بَابِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَبْلَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ فَإِذَا خَرَجَ مَشَيْنَا مَعَهُ إِلَى الْمَسْجِدِ فَجَاءَنَا أَبُوْ مُوْسَى الْأَشْعَرِيُّ فَقَالَ أَخَرَجَ إِلَيْكُمْ أَبُوْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بَعْدُ قُلْنَا لَا فَجَلَسَ مَعَنَا حَتَّى خَرَجَ فَلَمَّا خَرَجَ قُمْنَا إِلَيْهِ جَمِيْعًا فَقَالَ لَهُ أَبُوْ مُوْسَى يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمنِ إِنِّيْ رَأَيْتُ فِي الْمَسْجِدِ آنِفًا أَمْرًا أَنْكَرْتُهُ وَ لَمْ أَرَ وَ الْحَمْدُ للهِ إِلَّا خَيْرًا قَالَ فَمَا هُوَ فَقَالَ إِنْ عِشْتَ فَسَتَرَاهُ قَالَ رَأَيْتُ فِي الْمَسْجِدِ قَوْمًا حِلَقًا جُلُوْسًا يَنْتَظِرُوْنَ الصَّلَاةَ فِي ْ كُلِّ حَلْقَةٍ رَجُلٌ وَ فِيْ أَيْدِيْهِمْ حَصًى فَيَقُوْلُ كَبِّرُوْا مِائَةً فَيُكَبِّرُوْنَ مِائَةً فَيَقُوْلُ هَلِّلُوْا مِائَةً فَيُهَلِّلُوْنَ مِائَةً وَ يَقُوْلُ سَبِّحُوْا مِائَةً فَيُسَبِّحُوْنَ مِائَةً قَالَ فَمَاذَا قُلْتَ لَهُمْ قَالَ مَا قُلْتُ لَهُمْ شَيْئًا انْتِظَارَ رَأْيِكَ وَ انْتِظَارَ أَمْرِكَ قَالَ أَفَلَا أَمَرْتَهُمْ أَنْ يَعُدُّوْا سَيِّئَاتِهِمْ وَ ضَمِنْتَ لَهُمْ أَنْ لَا يَضِيْعَ مِنْ حَسَنَاتِهِمْ ثُمَّ مَضَى وَ مَضَيْنَا مَعَهُ حَتَّى أَتَى حَلْقَةً مِنْ تِلْكَ الْحِلَقِ فَوَقَفَ عَلَيْهِمْ فَقَالَ مَا هذَا الَّذِيْ أَرَاكُمْ تَصْنَعُوْنَ قَالُوْا يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمنِ حَصًى نَعُدُّ بِهِ التَّكْبِيْرَ وَ التَّهْلِيْلَ وَ التَّسْبِيْحَ قَالَ فَعُدُّوْا سَيِّئَاتِكُمْ فَأَنَا ضَامِنٌ أَنْ لَا يَضِيْعَ مِنْ حَسَنَاتِكُمْ شَيْءٌ وَيْحَكُمْ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ مَا أَسْرَعَ هَلَكَتَكُمْ هؤُلَاءِ صَحَابَةُ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مُتَوَافِرُوْنَ وَ هذِهِ ثِيَابُهُ لَمْ تَبْلَ وَ آنِيَتُهُ لَمْ تُكْسَرْ وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ إِنَّكُمْ لَعَلَى مِلَّةٍ هِيَ أَهْدَى مِنْ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ أَوْ مُفْتَتِحُوْ بَابِ ضَلَالَةٍ قَالُوْا وَ اللهِ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمنِ مَا أَرَدْنَا إِلَّا الْخَيْرَ قَالَ وَ كَمْ مِنْ مُرِيْدٍ لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيْبَهُ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ حَدَّثَنَا أَنَّ قَوْمًا يَقْرَءُوْنَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ وَايْمُ اللهِ مَا أَدْرِيْ لَعَلَّ أَكْثَرَهُمْ مِنْكُمْ ثُمَّ تَوَلَّى عَنْهُمْ فَقَالَ عَمْرُو بْنُ سَلَمَةَ رَأَيْنَا عَامَّةَ أُولئِكَ الْحِلَقِ يُطَاعِنُوْنَا يَوْمَ النَّهْرَوَانِ مَعَ الْخَوَارِجِ.

Sunan ad-Dārimī 206. Telah mengabarkan kepada kami [al-Ḥakam bin al-Mubārak] telah memberitakan kepada kami [‘Amr bin Yaḥyā] ia berkata: “Aku mendengar [ayahku] menceritakan dari [ayahnya], ia berkata: “Dahulu kami pernah duduk di depan pintu [‘Abdullāh bin Mas‘ād] radhiyallāhu ‘anhu sebelum shalat Shubuḥ, ketika ia keluar kami berjalan bersamanya menuju masjid. Kemudian Abū Mūsā al-Asy‘arī radhiyallāhu ‘anhu datang menemui kami dan bertanya: “Apakah Abū ‘Abd-ir-Raḥmān telah datang menemui kalian?”, kami menjawab: “belum”, lalu beliau duduk bersama kami hingga (Abū ‘Abd-ir-Raḥmān) datang. Tatkala ia datang, kami semua berdiri dan menghampirinya, Abū Mūsā berkata kepadanya: “Wahai Abū ‘Abd-ir-Raḥmān, baru saja di masjid aku melihat satu kejadian baru yang tidak aku sukai. Setahuku, Alḥamdulillāh, sekali pun itu diniati kebaikan. Ia bertanya: “apakah itu gerangan?”, “Jika kamu masih hidup kamu akan melihatnya”, kata Abū Mūsā. Abū Mūsā melanjutkan: “Aku melihat di masjid, sekelompok orang yang (duduk) melingkar sambil menunggu shalat, setiap lingkaran ada seorang (pemandu) nya dan tangan-tangan mereka membawa kerikil, lalu si (pemandu) berkata: “ucapkanlah takbīr seratus kali” dan mereka bertakbir seratus kali, “dan ucapkanlah tahlīl seratus kali’ lalu mereka bertahlīl seratus kali, “dan ucapkanlah tasbih seratus kali” lalu mereka mengucapkan tasbīḥ seratus kali. Abū ‘Abd-ir-Raḥmān bertanya: “Lantas apa yang telah kau katakan kepada mereka?” Abū Mūsā menjawab: “Aku belum berkata apa pun kepada mereka, karena aku menunggu pendapatmu atau perintahmu”. Abū ‘Abd-ir-Raḥmān berkata: “Tidak sebaiknyakah kamu perintahkan saja mereka untuk menghitung dosa-dosa mereka, serta kamu jamin bahwa kebaikan mereka tidak akan hilang?. Kemudian Abū ‘Abd-ir-Raḥmān beranjak dan kami pun beranjak bersamanya, hingga ia sampai di lokasi jamā‘ah dzikir yang diceritakannya. Ia berdiri di hadapan mereka, dan berkata: “Apa yang sedang kalian lakukan?”, mereka menjawab: “Wahai Abū ‘Abd-ir-Raḥmān, ini adalah batu-batu kerikil untuk menghitung takbīr, tahlīl dan tasbīḥ”. Ia berkata: “Hendaklah kalian menghitung dosa-dosa kalian (saja), aku menjamin ‘amal kebaikan kalian tidak akan hilang, celakalah kalian umat Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam, alangkah cepatnya masa kehancuran kalian, padahal mereka para sahabat Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam masih banyak, dan baju mereka belum basah, juga periuknya belum pecah, demi Dzāt yang jiwaku berada di genggaman tangannya, sesungguhnya kalian seakan-akan memiliki agama yang lebih baik dari agama yang dibawa oleh Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam, atau kalian sengaja hendak membuka pintu kesesatan?, mereka menjawab: “Demi Allah wahai Abū ‘Abd-ir-Raḥmān kami tidak menginginkan kecuali kebaikan”. Abū ‘Abd-ir-Raḥmān menjawab: “Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tetapi ia tidak dapat mencapainya, sesungguhnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam telah menceritakan kepada kami bahwa ada satu kaum yang membaca al-Qur’ān namun tidak melampaui tenggorokan mereka, demi Allah, aku tidak tahu siapa tahu mayoritas mereka adalah dari kalian”, Abū ‘Abd-ir-Raḥmān lantas berpaling dari mereka. ‘Amr bin Salamah berkata: “Kami melihat kebanyakan dari yang berada di kelompok jamā‘ah dzikir tersebut di hari selanjutnya mencaci-maki kami pada hari (perang) Nahrawān bersama orang-orang khawārij”.”

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Jayyid.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ. (rujuk: Shaḥīḥ Sunan ad-Dārimī).

Pembanding: SB: 6422, 6880; SAD: 4136; SN: 4032; SIM: 170; MA: 1275, 1307, 6658, 10695, 11188. 19452, 19456, 20551; SD: 2327.

207 . أَخْبَرَنَا يَعْلَى، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ حَبِيْبٍ، عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمنِ، قَالَ قَالَ عَبْدُ اللهِ اتَّبِعُوْا وَ لَا تَبْتَدِعُوْا فَقَدْ كُفِيْتُمْ.

Sunan ad-Dārimī 207. Telah mengabarkan kepada kami [Ya‘lā] telah menceritakan kepada kami [al-A‘masy] dari [Ḥabīb] dari [Abū ‘Abd-ir-Raḥmān] ia berkata: “[‘Abdullāh] berkata: “Ikutilah (sunnah) dan jangan berbuat bid‘ah, sungguh kalian sudah tercukupi (dengan penjelasan dalam agama).

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Cacat.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ditemukan.

208 . أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِيْ خَلَفٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمٍ، حَدَّثَنِيْ جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الْأَنْصَارِيِّ، قَالَ خَطَبَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَحَمِدَ اللهَ وَ أَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ إِنَّ أَفْضَلَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ شَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

Sunan ad-Dārimī 208. Telah mengabarkan kepada kami [Muḥammad bin Aḥmad bin Abī Khalaf] telah menceritakan kepada kami [Yaḥyā bin Sulaim] ia berkata: “Telah menceritakan kepada kami [Ja‘far bin Muḥammad] dari [ayahnya] dari [Jābir bin ‘Abdillāh al-Anshārī] radhiyallāhu ‘anhu ia berkata: “Rasūlullāh shallallāhu ‘alaini wa sallam berkhutbah (di depan kami) lalu beliau memuji Allah dan mengagungkan-Nya, kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya petunjuk yang terbaik adalah petunjuk Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan seburuk-buruk perkara adalah hal baru yang diada-adakan dan setiap bid‘ah adalah sesat.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Ḥasan.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 6735; SIM: 44; MA: 13815.

209 . أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ أَبِيْ إِسْحَاقَ الْفَزَارِيِّ عَنْ أَسْلَمَ الْمِنْقَرِيِّ، عَنْ بِلَادِ بْنِ عِصْمَةَ، قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ مَسْعُوْدٍ، يَقُوْلُ وَ كَانَ إِذَا كَانَ عَشِيَّةَ الْخَمِيْسِ لِلَيْلَةِ الْجُمُعَةِ قَامَ فَقَالَ إِنَّ أَصْدَقَ الْقَوْلِ قَوْلُ اللهِ وَ إِنَّ أَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ الشَّقِيُّ مَنْ شَقِيَ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ وَ إِنَّ شَرَّ الرَّوَايَا رَوَايَا الْكَذِبِ وَ شَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَ كُلَّ مَا هُوَ آتٍ قَرِيْبٌ.

Sunan ad-Dārimī 209. Telah mengabarkan kepada kami [Muḥammad bin ‘Uyainah] dari [Abū Isḥāq al-Fazārī] dari [Aslam al-Minqarī] dari [Bilād bin ‘Ishmah] ia berkata: “Aku mendengar [‘Abdullāh bin Mas‘ūd] radhiyallāhu ‘anhu berkata -Dan ini kebiasaan beliau jika hari kamis malam Jum‘at-: “Sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah perkataan Allah, petunjuk yang paling baik adalah petunjuk Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam, kesengsaraan telah ditentukan sejak di rahim ibu, sejelek-jelek periwayatan adalah periwayatan yang bohong, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara bid‘ah, dan segala yang aku sebutkan ini sudah dekat waktu kedatangannya.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Jayyid.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 5633, 6735; SN: 1294; MA: 13815.