193 . أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ، حَدَّثَنَا أَبُوْ عَوَانَةَ، عَنْ إِسْمَاعِيْلَ بْنِ أَبِيْ خَالِدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ مَسْرُوْقٍ، أَنَّهُ قَالَ إِنِّيْ أَخَافُ أَوْ أَخْشَى أَنْ أَقِيْسَ فَتَزِلَّ قَدَمِيْ.
Sunan ad-Dārimī 193. Telah mengabarkan kepada kami [‘Amr bin ‘Aun] telah menceritakan kepada kami [Abū ‘Awānah] dari [Ismā‘īl bin Abī Khālid] dari [asy-Sya‘bī] dari [Masrūq] bahwa ia berkata: “Aku takut atau khawatir melakukan qiyas lalu tergelincirlah kakiku”.
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ditemukan.
194 . أَخْبَرَنَا صَدَقَةُ بْنُ الْفَضْلِ، حَدَّثَنَا أَبُوْ خَالِدٍ الْأَحْمَرُ، عَنْ إِسْمَاعِيْلَ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ وَ اللهِ لَئِنْ أَخَذْتُمْ بِالْمَقَايِيْسِ لَتُحَرِّمُنَّ الْحَلَالَ وَ لَتُحِلُّنَّ الْحَرَامَ.
Sunan ad-Dārimī 194. Telah mengabarkan kepada kami [Shadaqah bin al-Fadhl] telah menceritakan kepada kami [Abū Khālid al-Aḥmar] dari [Ismā‘īl] dari [asy-Sya‘bī] ia berkata: “Demi Allah jika kalian menggunakan qiyas niscaya kalian akan mengharamkan yang halal dan akan menghalalkan yang haram”.
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ditemukan.
195 . أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ بِشْرٍ، حَدَّثَنَا أَبِيْ، عَنْ إِسْمَاعِيْلَ، عَنْ عَامِرٍ، أَنَّهُ قَالَ كَانَ يَقُوْلُ مَا أَبْغَضَ إِلَيَّ أَرَأَيْتَ أَرَأَيْتَ يَسْأَلُ الرَّجُلُ صَاحِبَهُ فَيَقُوْلُ أَرَأَيْتَ وَ كَانَ لَا يُقَايِسُ.
Sunan ad-Dārimī 195. Telah mengabarkan kepada kami [al-Ḥasan bin Bisyr] telah menceritakan kepada kami [ayahku] dari [Ismā’īl] dari [‘Āmir] Bahwasanya ia berkata: “Suatu hal yang paling membangkitkan kemarahanku adalah jika seseorang bertanya; menurut anda bagaimana, menurut anda bagaimana. Seorang bertanya kepada temannya: “menurut anda bagaimana”. Dan ia-‘Āmir tidak melakukan qiyās”.”
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ditemukan.
Catatan ed. : qiyas, adalah metode istinbat atau pengambilan hukum atau fatwa berdasarkan analogi, atau berdasarkan pertimbangan akal. Seseorang menurut hemat kami boleh menggunakan qiyas apabila telah diketahui secara umum sebagai seorang yang faqih, atau yang memiliki pengetahuan luas akan Al-Qur’an dan hadits serta menjalani laku tasawuf. Sedang seorang awam, tidak dianjurkan berqiyas karena dikhawatirkan tergelincir dalam kesalahan akibat kurangnya ilmu syariat dan amal/laku tasawuf.