Sunan Darimi 162 s.d 166 – Berfatwa dan Teguran Keras Terhadapnya (3/4)

162 . أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُوْسَى، وَ عَمْرُو بْنُ زُرَارَةَ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيْزِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيْ سُهَيْلٍ قَالَ كَانَ عَلَى امْرَأَتِي اعْتِكَافُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ فَسَأَلْتُ عُمَرَ بْنَ عَبْدِ الْعَزِيْزِ وَ عِنْدَهُ ابْنُ شِهَابٍ قَالَ قُلْتُ عَلَيْهَا صِيَامٌ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ لَا يَكُوْنُ اعْتِكَافٌ إِلَّا بِصِيَامٍ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيْزِ أَعَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قال‏:‏ لَا قَالَ فَعَنْ أَبِيْ بَكْرٍ قَالَ لَا قَالَ فَعَنْ عُمَرَ قَالَ لَا قَالَ فَعَنْ عُثْمَانَ قَالَ لَا قَالَ عُمَرُ مَا أَرَى عَلَيْهَا صِيَامًا فَخَرَجْتُ فَوَجَدْتُ طَاوُسًا وَ عَطَاءَ بْنَ أَبِيْ رَبَاحٍ فَسَأَلْتُهُمَا فَقَالَ طَاوُسٌ كَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ لَا يَرَى عَلَيْهَا صِيَامًا إِلَّا أَنْ تَجْعَلَهُ عَلَى نَفْسِهَا قَالَ وَ قَالَ عَطَاءٌ ذلِكَ رَأْيِيْ.

Sunan ad-Dārimī 162. Telah mengabarkan kepada kami [Ibrāhīm bin Mūsā] dan [‘Amru bin Zurārah] dari [‘Abd-ul-‘Azīz bin Muḥammad] dari [Abū Suhail] ia berkata: “Dahulu, istriku pernah bernadzar untuk beri‘tikāf di Masjid-il-Ḥarām selama tiga hari. Kemudian, aku bertanya kepada ‘Umar bin ‘Abd-il-‘Azīz raḥimahullāhu yang saat itu sedang bersama Syihāb. Aku bertanya: “Apakah ia juga wajib berpuasa?”, Ibnu Syihāb menjawab: “Tidak ada i‘itikāf kecuali dilakukan sambil berpuasa” Saat itu, ‘Umar bin ‘Abd-il-‘Azīz raḥimahullāhu terus bertanya: “Adakah keterangan yang demikian berasal dari Nabi salallāhu ‘alihi wa sallam?” Ia menjawab: “tidak”. Kemudian, ‘Umar bin ‘Abd-il-‘Azīz raḥimahullāhu bertanya: “Adakah keterangan dari Abū Bakar radhiyallāhu ‘anhu? ‘ ia menjawab: “tidak ada”, ia bertanya: “adakah keterangan dari ‘Umar radhiyallāhu ‘anhu?”, ia menjawab: “tidak ada juga” ia bertanya: “adakah keterangan dari ‘Utsmān radhiyallāhu ‘anhu?”, ia menjawab: “tidak ada”. ‘Umar raḥimahullāhu berkata: “Menurutku tidak wajib bagi wanita itu untuk berpuasa”, Lalu aku keluar dan bertemu Thāwūs dan ‘Athā’ bin Abī Rabāḥ, aku bertanya kepada keduanya. [Thāwus] menjawab: “Dahulu [Ibnu ‘Abbās] radhiyallāhu ‘anhu (pernah berfatwa) bahwa wanita tersebut tidak wajib puasa, kecuali jika ia bernadzar untuk berpuasa”. Kemudian ‘Athā’ berkata: “Begitu juga pendapatku”.”

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ditemukan.

163 . حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ، حَدَّثَنَا أَبُوْ عَقِيْلٍ، حَدَّثَنَا سَعِيْدٌ الْجُرَيْرِيُّ، عَنْ أَبِيْ، نَضْرَةَ قَالَ لَمَّا قَدِمَ أَبُوْ سَلَمَةَ الْبَصْرَةَ أَتَيْتُهُ أَنَا وَ الْحَسَنُ، فَقَالَ لِلْحَسَنِ أَنْتَ الْحَسَنُ مَا كَانَ أَحَدٌ بِالْبَصْرَةِ أَحَبَّ إِلَيَّ لِقَاءً مِنْكَ وَ ذلِكَ أَنَّهُ بَلَغَنِيْ أَنَّكَ تُفْتِيْ بِرَأْيِكَ فَلَا تُفْتِ بِرَأْيِكَ إِلَّا أَنْ تَكُوْنَ سُنَّةٌ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَوْ كِتَابٌ مُنْزَلٌ.

Sunan ad-Dārimī 163. Telah menceritakan kepada kami [Muslim bin Ibrāhīm] telah menceritakan kepada kami [Abū ‘Aqīl] telah menceritakan kepada kami [Sa‘īd al-Jurairī] dari [Abī Nadhrah] ia berkata: “Sewaktu [Abū Salamah] datang ke kota Bashrah, aku dan al-Ḥasan menemuinya, lalu ia berkata kepada al-Ḥasan: “Apakah kamu al-Ḥasan?”, Tidak ada seorang pun yang di kota ini yang lebih ingin aku temui melebihimu”, hal itu karena telah sampai kabar kepadaku, bahwa kamu telah berfatwa dengan akalmu. Janganlah kamu berfatwa dengan pendapatmu, kecuali berdasarkan sunnah dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, atau dari Kitāb yang telah diturunkan (al-Qur’ān)”.”

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Perawinya Tsiqah.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ditemukan.

164 . أَخْبَرَنَا عِصْمَةُ بْنُ الْفَضْلِ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، عَنْ يَزِيْدَ بْنِ عُقْبَةَ، حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ، عَنْ جَابِرِ بْنِ زَيْدٍ، أَنَّ ابْنَ عُمَرَ، لَقِيَهُ فِي الطَّوَافِ فَقَالَ لَهُ يَا أَبَا الشَّعْثَاءِ إِنَّكَ مِنْ فُقَهَاءِ الْبَصْرَةِ فَلَا تُفْتِ إِلَّا بِقُرْآنٍ نَاطِقٍ أَوْ سُنَّةٍ مَاضِيَةٍ فَإِنَّكَ إِنْ فَعَلْتَ غَيْرَ ذلِكَ هَلَكْتَ وَ أَهْلَكْتَ

Sunan ad-Dārimī 164. Telah mengabarkan kepada kami [‘Ishmah bin al-Fadhal] telah menceritakan kepada kami [Zaid bin al-Ḥubāb] dari [Yazīd bin ‘Uqbah] telah menceritakan kepada kami [adh-Dhaḥḥāk] dari [Jābir bin Zaid]: [Ibnu ‘Umar] bertemu dengannya ketika sedang melakukan thawāf, Kemudian ia (Ibnu ‘Umar radhiyallāhu ‘anhu) berkata kepadanya: “Wahai Abū Sya‘tsā’, kamu adalah salah satu dari ahli fikih kota Bashrah, maka janganlah kamu berfatwa kecuali berdasarkan al-Qur’ān dan sunnah, karena jika kamu tidak berbuat demikian niscaya kamu akan celaka dan mencelakakan orang lain.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Ḥasan.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ditemukan.

165 . أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوْسُفَ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ حُرَيْثِ بْنِ ظُهَيْرٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ، قَالَ أَتَى عَلَيْنَا زَمَانٌ لَسْنَا نَقْضِيْ وَ لَسْنَا هُنَالِكَ وَ إِنَّ اللهَ قَدْ قَدَّرَ مِنَ الْأَمْرِ أَنْ قَدْ بَلَغْنَا مَا تَرَوْنَ فَمَنْ عَرَضَ لَهُ قَضَاءٌ بَعْدَ الْيَوْمِ فَلْيَقْضِ فِيْهِ بِمَا فِيْ كِتَابِ اللهِ – عَزَّ وَ جَلَّ – فَإِنْ جَاءَهُ مَا لَيْسَ فِيْ كِتَابِ اللهِ فَلْيَقْضِ بِمَا قَضَى بِهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَإِنْ جَاءَهُ مَا لَيْسَ فِيْ كِتَابِ اللهِ وَ لَمْ يَقْضِ بِهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَلْيَقْضِ بِمَا قَضَى بِهِ الصَّالِحُوْنَ وَ لَا يَقُلْ إِنِّيْ أَخَافُ وَ إِنِّيْ أُرَى فَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَ الْحَلَالَ بَيِّنٌ وَ بَيْنَ ذلِكَ أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَةٌ فَدَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيْبُكَ.

Sunan ad-Dārimī 165. Telah mengabarkan kepada kami [Muḥammad bin Yūsuf] dari [Sufyān] dari [al-A‘masy] dari [‘Umārah bin ‘Umair] dari [Ḥuraits bin Zhuhair] dari [‘Abdullāh bin Mas‘ūd] ia berkata: “Akan datang kepada kami satu zaman, kami bukan orang-orang yang memutuskan dan kami pun waktu itu tidak ada di situ, dan sesungguhnya Allah sudah mentakdirkan sesuatu yang belum kalian lihat (belum terjadi). Maka barang siapa yang mendapatkan masalah setelah hari ini, hendaklah ia memutuskan sesuai dengan Kitāb Allah subḥānahu wa ta‘ālā, jika masalahnya tidak ada dalam al-Qur’ān, hendaklah ia memutuskan sesuai dengan apa yang telah diputuskan Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Tetapi jika ia datang kepadanya masalah yang tidak ada dalam al-Qur’ān dan keputusan Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, hendaklah ia memutuskan dengan apa yang telah diputuskan oleh orang-orang yang shāliḥ, dan jangan ia katakan: “Aku takut”, atau berkata: “Menurutku”. Sesungguhnya perkara yang ḥarām telah jelas dan yang ḥalāl itu telah jelas dan di antara keduanya adalah perkara yang mutasyābih (samar-samar). Maka tinggalkan apa yang kalian ragu dan berpegang teguhlah pada sesuatu yang kalian tidak ragu padanya”.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Jayyid

Dan Syaikh al-Albīnī: Shaḥīḥ.

Pembanding: SN: 5302, 5303.

166 . أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ أَبِيْ يَزِيْدَ، قَالَ كَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ إِذَا سُئِلَ عَنِ الْأَمْرِ، فَكَانَ فِي الْقُرْآنِ أَخْبَرَ بِهِ، وَ إِنْ لَمْ يَكُنْ فِي الْقُرْآنِ وَ كَانَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَخْبَرَ بِهِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَعَنْ أَبِيْ بَكْرٍ وَ عُمَرَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ قَالَ فِيْهِ بِرَأْيِهِ.

Sunan ad-Dārimī 166. Telah mengabarkan kepada kami [‘Abdullāh bin Muḥammad] telah menceritakan kepada kami [Ibnu ‘Uyainah] dari [‘Ubaidullāh bin Abī Yazīd] ia berkata: “Dahulu [Ibnu ‘Abbās] radhiyallāhu ‘anhu apabila ditanya tentang suatu hal dan hal itu terdapat dalam al-Qur’ān maka ia mengabarkannya. Jika tidak ada dalam al-Qur’ān ia beri penjelasan dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Jika tidak ada dalam Sunnah Rasūl, ia beri penjelasan dari Abū Bakar dan ‘Umar radhiyallāhu ‘anhumā, tetapi jika tidak ada penjelasan dari keduanya, ia memutuskan dengan pendapatnya sendiri”.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ditemukan.