157 . أَخْبَرَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، حَدَّثَنَا الصَّلْتُ بْنُ رَاشِدٍ، قَالَ سَأَلْتُ طَاوُسًا عَنْ مَسْأَلَةٍ، فَقَالَ لِيْ كَانَ هذَا قُلْتُ نَعَمْ قَالَ آللهِ قُلْتُ آللهِ ثُمَّ قَالَ إِنَّ أَصْحَابَنَا أَخْبَرُوْنَا عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّهُ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ لَا تَعْجَلُوْا بِالْبَلَاءِ قَبْلَ نُزُوْلِهِ فَيُذْهَبُ بِكُمْ هَا هُنَا وَ هَا هُنَا فَإِنَّكُمْ إِنْ لَمْ تَعْجَلُوْا بِالْبَلَاءِ قَبْلَ نُزُوْلِهِ لَمْ يَنْفَكَّ الْمُسْلِمُوْنَ أَنْ يَكُوْنَ فِيْهِمْ مَنْ إِذَا سُئِلَ سَدَّدَ وَ إِذَا قَالَ وُفِّقَ.
Sunan ad-Dārimī 157. Telah mengabarkan kepada kami [Muslim bin Ibrāhīm] telah menceritakan kepada kami [Ḥammad bin Zaid] telah menceritakan kepada kami [ash-Shalt bin Rāsyid] ia berkata: “Aku bertanya kepada [Thāwūs] tentang satu masalah, lalu ia bertanya: “apakah masalah itu sudah terjadi?” Aku menjawab: “ya, sudah”, ia berkata: “Demi Allah subḥānahu wa ta‘ālā”, ia berkata: “Ya, demi Allah ta‘ālā”. Kemudian ia berkata lagi: “[Para sahabat] kami telah mengabarkan kepada kami dari [Mu‘ādz bin Jabal] radhiyallāhu ‘anhu, bahwa ia berkata: “Wahai manusia, janganlah kalian tergesa-gesa mendatangkan musibah sebelum ia terjadi, karena ia melenyapkan eksistensi kalian di sana dan di sini. Dan jika kalian tidak tergesa-gesa mendatangkan musibah, maka kaum muslimīn tidak bakalan terpecah belah, di sana senantiasa ada orang yang jika ditanya ia akan memberi petunjuk, dan jika berkata ia mendapatkan bimbingan (dari Allah).”
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ditemukan.
158 . حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْحَكَمِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيْزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُوْنٍ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ سَأَلْتُهُ عَنْ رَجُلٍ، أَدْرَكَهُ رَمَضَانَانِ فَقَالَ أَكَانَ أَوْ لَمْ يَكُنْ قَالَ لَمْ يَكُنْ بَعْدُ فَقَالَ اتْرُكْ بَلِيَّتَهُ حَتَّى تَنْزِلَ قَالَ فَدَلَسْنَا لَهُ رَجُلًا فَقَالَ قَدْ كَانَ فَقَالَ يُطْعِمُ عَنِ الْأَوَّلِ مِنْهُمَا ثَلَاثِيْنَ مِسْكِيْنًا لِكُلِّ يَوْمٍ مِسْكِيْنٌ.
Sunan ad-Dārimī 158. Telah mengabarkan kepada kami [Bisyr bin al-Ḥakam] telah menceritakan kepada kami [‘Abd-ul-‘Azīz bin Muḥammad] dari [‘Amr bin Maimūn] dari [ayahnya] dari [Ibnu ‘Abbās] radhiyallāhu ‘anhu: “Aku pernah bertanya kepadanya (Ibnu ‘Abbās radhiyallāhu ‘anhu) tentang seseorang yang mendapati dua bulan Ramadhān, lalu ia berkata: “Apakah sudah terjadi atau belum?”, ia menjawab: “belum terjadi”’. Kemudian ia berkata: “Tinggalkanlah sampai hal itu terjadi”, ia berkata: “kami menyiasati dengan pura-pura (menghadirkan) seseorang, lalu ia berkata: “sudah pernah terjadi”, maka (Ibnu ‘Abbās) menjawab: “ia harus memberi makan untuk (bulan Ramadhān) yang pertama sebanyak tiga puluh orang miskin, setiap harinya satu orang miskin.”
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ditemukan.
Catatan ed.: mendapati dua bulan Ramadhan maksudnya menunda / belum melakukan qadha puasa selama sebulan karena suatu alasan (sakit,dll) namun ia telah mendapati bulan Ramadhan berikutnya, maka syariat qadha-nya adalah membayar fidyah yaitu memberi makan seorang miskin sesuai matan hadits di atas. Tentunya dalam mazhab yang lain, ada berbagai kemungkinan fatwa yang berbeda. Silakan merujuk ke guru atau ahlinya.
159 . أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عِمْرَانَ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا الْعُمَرِيُّ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ جُرَيْجٍ، قَالَ كُنْتُ أَجْلِسُ بِمَكَّةَ إِلَى ابْنِ عُمَرَ يَوْمًا وَ إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ يَوْمًا فَمَا يَقُوْلُ ابْنُ عُمَرَ فِيْمَا يُسْأَلُ لَا عِلْمَ لِيْ أَكْثَرُ مِمَّا يُفْتِيْ بِهِ.
Sunan ad-Dārimī 159. Telah mengabarkan kepada kami [‘Abdullāh bin ‘Imrān] telah menceritakan kepada kami [Isḥāq bin Sulaimān] telah menceritakan kepada kami [al-‘Umarī] dari [‘Ubaid bin Juraij] ia berkata: “Dahulu sewaktu di Makkah aku selalu duduk di (kajian ‘ilmu) Ibnu ‘Umar radhiyallāhu ‘anhu sehari dan di (kajian) Ibnu ‘Abbās di hari lainnya. Dan [Ibnu ‘Umar] ketika ditanya lebih banyak menjawab dengan jawaban: “Aku tidak tahu” dibandingkan berfatwa dalam masalah tersebut”.
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Ḥasan.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ditemukan.
160 . أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوْسُفَ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِيْ وَائِلٍ، قَالَ قَالَ عَبْدُ اللهِ تَعَلَّمُوْا فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَا يَدْرِيْ مَتَى يُخْتَلُّ إِلَيْهِ.
Sunan ad-Dārimī 160. Telah mengabarkan kepada kami [Muḥammad bin Yūsuf] dari [Sufyān] dari [al-A‘masy] dari [Abū Wā’il] ia berkata: “[‘Abdullāh] berkata: “Hendaklah kalian belajar, karena salah seorang di antara kalian tidak tahu kapan ia diperselisihkan.”
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ditemukan.
161 . أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّلْتِ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ بُرْقَانَ، حَدَّثَنَا مَيْمُوْنُ بْنُ مِهْرَانَ، قَالَ كَانَ أَبُوْ بَكْرٍ إِذَا وَرَدَ عَلَيْهِ الْخَصْمُ نَظَرَ فِيْ كِتَابِ اللهِ فَإِنْ وَجَدَ فِيْهِ مَا يَقْضِيْ بَيْنَهُمْ قَضَى بِهِ وَ إِنْ لَمْ يَكُنْ فِي الْكِتَابِ وَ عَلِمَ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِيْ ذلِكَ الْأَمْرِ سُنَّةً قَضَى بِهِ فَإِنْ أَعْيَاهُ خَرَجَ فَسَأَلَ الْمُسْلِمِيْنَ فَقَالَ أَتَانِي ْكَذَا وَ كَذَا فَهَلْ عَلِمْتُمْ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَضَى فِيْ ذلِكَ بِقَضَاءٍ فَرُبَّمَا اجْتَمَعَ إِلَيْهِ النَّفَرُ كُلُّهُمْ يَذْكُرُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِيْهِ قَضَاءً فَيَقُوْلُ أَبُوْ بَكْرٍ الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ فِيْنَا مَنْ يَحْفَظُ عَلَى نَبِيِّنَا فَإِنْ أَعْيَاهُ أَنْ يَجِدَ فِيْهِ سُنَّةً مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ جَمَعَ رُءُوْسَ النَّاسِ وَ خِيَارَهُمْ فَاسْتَشَارَهُمْ فَإِنْ أَجْمَعَ رَأْيُهُمْ عَلَى أَمْرٍ قَضَى بِهِ.
Sunan ad-Dārimī 161. Telah mengabarkan kepada kami [Muḥammad bin ash-Shalt] telah menceritakan kepada kami [Zuhair] dari [Ja‘far bin Burqān] telah menceritakan kepada kami [Maimūn bin Mihrān] ia berkata: “Dahulu [Abū Bakar] radhiyallāhu ‘anhu apabila mendapat suatu masalah (percekcokan) ia langsung mencarinya dalam Kitābullāh subḥānahu wa ta‘ālā, jika beliau mendapatkan penjelasannya ia putuskan masalah itu dengannya, tetapi jika tidak didapati dalam Kitābullāh dan ia mengetahui suatu sunnah Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam masalah tersebut, ia putuskan dengannya, tetapi jika ia tidak menemukannya, ia segera keluar dan menanyakannya kepada kaum muslimīn, kemudian berkata: “aku mendapat masalah ini dan ini, apakah kalian pernah mengetahui bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam pernah memutuskan dalam masalah ini dengan suatu keputusan hukum?, biasanya setelah beberapa orang berkumpul, masing-masing dari mereka menyampaikan suatu keputusan hukum dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam biasanya Abū Bakar radhiyallāhu ‘anhu berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan pada kaum kami yang dapat menghapal sunnah dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Jika tidak ia dapatkan dalam sunnah Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, ia mengumpulkan pembesar dan orang pilihan dari para sahabat untuk diajak bermusyāwarah, jika telah sepakat (pendapat mereka) maka dengan dasar keputusan bulat tersebut ia memberikan keputusan hukum.”
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Munqathi‘. Dan Para Perawinya Tsiqah.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ditemukan.