Sunan Darimi 130 s.d 134 – Keterhati-hatian Dalam Berfatwa (1/4)

بَابُ مَنْ هَابَ الْفُتْيَا وَ كَرِهَ التَّنَطُّعَ وَ التَّبَدُّعَ

  1. Keterhati-hatian Berfatwa, Tidak Suka Melampaui Batas dan Bid‘ah.

130 . أَخْبَرَنَا سَلْمُ بْنُ جُنَادَةَ، حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيْسَ، عَنْ عَمِّهِ، قَالَ خَرَجْتُ مِنْ عِنْدِ إِبْرَاهِيْمَ فَاسْتَقْبَلَنِيْ حَمَّادٌ فَحَمَّلَنِيْ ثَمَانِيَةَ أَبْوَابٍ مَسَائِلَ فَسَأَلْتُهُ فَأَجَابَنِيْ عَنْ أَرْبَعٍ وَ تَرَكَ أَرْبَعًا.

Sunan ad-Dārimī 130. Telah mengabarkan kepada kami [Salm bin Junādah] telah menceritakan kepada kami [Ibnu Idrīs] dari [pamannya] ia berkata: “Aku baru saja pulang dari majlis [Ibrāhīm], lalu Ḥammād menemuiku dan memberi tugas kepadaku delapan permasalahan. Hari selanjutnya kedelapan masalah itu kutanyakan kepadanya, lalu ia menjawab empat permasalahan dan meninggalkan empat permasalahan (lainnya)”.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Dha‘īf.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ditemukan.

131 . أَخْبَرَنَا قَبِيْصَةُ، أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبْجَرَ، عَنْ زُبَيْدٍ، قَالَ مَا سَأَلْتُ إِبْرَاهِيْمَ عَنْ شَيْءٍ، إِلَّا عَرَفْتُ الْكَرَاهِيَةَ فِيْ وَجْهِهِ.

Sunan ad-Dārimī 131. Telah mengabarkan kepada kami [Qabīshah] Telah mengabarkan kepada kami [Sufiyān] dari [‘Abd-ul-Mālik bin Abjar] dari [Zubaid] ia berkata: “Tidaklah aku bertanya kepada [Ibrāhīm] tentang satu hal kecuali aku melihat tanda ketidaksukaan di wajahnya”.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ditemukan.

132 . أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُوْرٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِيْ زَائِدَةَ، قَالَ مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَكْثَرَ أَنْ يَقُوْلَ إِذَا سُئِلَ عَنْ شَيْءٍ لَا عِلْمَ لِيْ بِهِ مِنَ الشَّعْبِيِّ.

Sunan ad-Dārimī 132. Telah mengabarkan kepada kami [Muḥammad bin Aḥmad] telah menceritakan kepada kami [Isḥāq bin Manshūr] dari [‘Umar bin Abī Zā’aidah] ia berkata: “Aku tidak pernah melihat seorangpun lebih banyak mengatakan: “aku tidak mempunyai ilmu tentang hal itu” -ketika ia ditanya tentang suatu permasalahan- dibandingkan dengan [asy-Sya‘bī]”.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: SD: 159.

133 . أَخْبَرَنَا أَبُوْ عَاصِمٍ، عَنِ ابْنِ عَوْنٍ، قَالَ سَمِعْتُهُ يَذْكُرُ، قَالَ كَانَ الشَّعْبِيُّ إِذَا جَاءَهُ شَيْءٌ اتَّقَى وَ كَانَ إِبْرَاهِيْمُ يَقُوْلُ وَ يَقُوْلُ وَ يَقُوْلُ قَالَ أَبُوْ عَاصِمٍ كَانَ الشَّعْبِيُّ فِيْ هذَا أَحْسَنَ حَالًا عِنْدَ ابْنِ عَوْنٍ مِنْ إِبْرَاهِيْمَ.

Sunan ad-Dārimī 133. Telah mengabarkan kepada kami [Abū ‘Āshim] dari [Ibnu ‘Aun] ia berkata aku mendengarnya mengatakan: “Dahulu [asy-Sya‘bī] jika datang kepadanya sesuatu masalah ia bicara secara hati-hati, sementara [Ibrāhīm] terus berkomentar, berkomentar, dan berkomentar”.” Abū ‘Āshim berkata: “Sikap asy-Sya‘bī menurut Ibnu ‘Aun, dalam hal permasalahan ini lebih bagus dibandingkan dengan sikap Ibrāhīm”.

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ditemukan.

134 . أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ سَعِيْدٍ، أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ بَشِيْرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ إِيَاسٍ، قَالَ قُلْتُ لِسَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ مَا لَكَ لَا تَقُوْلُ فِي الطَّلَاقِ شَيْئًا قَالَ مَا مِنْهُ شَيْءٌ إِلَّا قَدْ سَأَلْتُ عَنْهُ وَ لكِنِّيْ أَكْرَهُ أَنْ أُحِلَّ حَرَامًا أَوْ أُحَرِّمَ حَلَالًا.

Sunan ad-Dārimī 134. Telah mengabarkan kepada kami [‘Abdullāh bin Sā‘īd] telah mengabarkan kepada kami [Aḥmad bin Basyīr] telah menceritakan kepada kami [Syu‘bah] dari [Ja‘far bin Iyās] ia berkata: “Aku bertanya kepada [Sa‘īd bin Jubair] radhiyallāhu ‘anhu “Apa yang membuat engkau tidak mengatakan (mengeluarkan pendapat hukum) tentang thalaq?” ia menjawab: “tidak ada satu pun masalah tentang thalaq kecuali aku pernah menanyakannya, akan tetapi aku khawatir, aku menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal”.”

Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.

Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ditemukan.