106 . أَخْبَرَنَا أَبُو النُّعْمَانِ، حَدَّثَنَا أَبُوْ عَوَانَةَ، عَنْ قَتَادَةَ، قَالَ مَا قُلْتُ بِرَأْيِيْ مُنْذُ ثَلَاثُوْنَ سَنَةً قَالَ أَبُوْ هِلَالٍ مُنْذُ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً.
Sunan ad-Dārimī 106. Telah mengabarkan kepada kami [Abū-n-Nu‘mān] telah menceritakan kepada kami [Abū ‘Awānah] dari [Qatādah] ia berkata: “Aku tidak pernah berpendapat dengan pendapatku semata sejak tiga puluh tahun yang lalu. [Abū Hilāl] berkata: “Bahkan sejak empat puluh tahun”.
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ditemukan.
107 . حَدَّثَنَا مَخْلَدُ بْنُ مَالِكٍ، حَدَّثَنَا حَكَّامُ بْنُ سَلْمٍ، عَنِ أَبِيْ، خَيْثَمَةَ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيْزِ بْنِ رُفَيْعٍ، قَالَ سُئِلَ عَطَاءٌ عَنْ شَيْءٍ، قَالَ لَا أَدْرِيْ قَالَ قِيْلَ لَهُ أَلَا تَقُوْلُ فِيْهَا بِرَأْيِكَ قَالَ إِنِّيْ أَسْتَحْيِيْ مِنَ اللهِ أَنْ يُدَانَ فِي الْأَرْضِ بِرَأْيِيْ.
Sunan ad-Dārimī 107. Telah menceritakan kepada kami [Makhlad bin Mālik] telah menceritakan kepada kami [Ḥakkām bin Salm] dari [Abū Khaitsamah] dari [‘Abd-ul-‘Azīz bin Rufai‘] ia berkata: [‘Athā’] ditanya tentang suatu hal, lalu ia menjawab: “Aku tidak tahu” kemudian seseorang berkata: “mengapa kamu tidak jawab hal tersebut dengan pendapatmu (saja)?”, ia menjawab: “Aku malu kepada Allah untuk menjadikan pendapatku sebagai pedoman di muka bumi”.”.
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ditemukan.
108 . أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيْلُ بْنُ أَبَانَ، أَخْبَرَنِيْ حَاتِمٌ، هُوَ ابْنُ إِسْمَاعِيْلَ عَنْ عِيْسَى، عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ جَاءَهُ رَجُلٌ يَسْأَلُهُ عَنْ شَيْءٍ، فَقَالَ كَانَ ابْنُ مَسْعُوْدٍ يَقُوْلُ فِيْهِ كَذَا وَ كَذَا قَالَ أَخْبِرْنِيْ أَنْتَ، بِرَأْيِكَ فَقَالَ أَلَا تَعْجَبُوْنَ مِنْ هذَا أَخْبَرْتُهُ عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ وَ يَسْأَلُنِيْ عَنْ رَأْيِيْ وَ دِيْنِيْ عِنْدِيْ آثَرُ مِنْ ذلِكَ وَ اللهِ لَأَنْ أَتَعَنَّى بِعَنِيَّةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أُخْبِرَكَ بِرَأْيِيْ.
Sunan ad-Dārimī 108. Telah mengabarkan kepada kami [Ismā‘īl bin Abān] ia berkata: telah mengabarkan kepadaku [Ḥātim Ibnu Ismā‘īl], dari [‘Īsā] dari [asy-Sya‘bī] ia berkata: “Seseorang mendatanginya dan menanyakan sesuatu, lalu ia berkata: Ibnu Mas‘ūd dalam masalah ini mengatakan demikian dan demikian, Ia berkata: “Berilah penjelasan dengan pendapatmu”, maka ia berkata: “Apakah kalian tidak heran dengan kejadian ini?, aku sampaikan pendapat Ibnu Mas‘ūd tetapi ia malah minta (penjelasan) dari pendapatku. Padahal agamaku bagiku adalah atsar (pendapat sahabat). Demi Allah, aku ditempeli tahi dan kencing unta adalah lebih aku sukai daripada memberitakan kepadamu dengan pendapatku”.”
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Dha‘īf.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ditemukan.
109 . أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيْلُ بْنُ أَبَانَ، حَدَّثَنَا حَاتِمٌ، هُوَ ابْنُ إِسْمَاعِيْلَ عَنْ عِيْسَى، عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ إِيَّاكُمْ وَ الْمُقَايَسَةَ وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَئِنْ أَخَذْتُمْ بِالْمُقَايَسَةِ لَتُحِلُّنَّ الْحَرَامَ وَ لَتُحَرِّمُنَّ الْحَلَالَ وَ لكِنْ مَا بَلَغَكُمْ عَنْ مَنْ حَفِظَ مِنَ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَاعْمَلُوْا بِهِ.
Sunan ad-Dārimī 109. Telah mengabarkan kepada kmi [Ismā‘īl bin Abān] telah menceritakan kepada kami [Ḥātim] dari [‘Īsā] dari [asy-Sya‘bī] ia berkata: “Berhati-hatilah kalian melakukan qiyās dengan semata-mata mengandalkan otak (rasio) semata, demi Dzāt yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika kalian melakukannya maka kalian akan menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, tetapi berita yang sampai kepada kalian dari para sahabat Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang pandai agama, kerjakanlah”.
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Dha‘īf.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ditemukan.
110 . أَخْبَرَنَا سَعِيْدُ بْنُ عَامِرٍ، عَنِ ابْنِ عَوْنٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيْرِيْنَ، عَنْ عَلْقَمَةَ، قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عَبْدِ اللهِ فَقَالَ إِنَّهُ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ الْبَارِحَةَ ثَمَانِيًا قَالَ بِكَلَامٍ وَاحِدٍ قَالَ بِكَلَامٍ وَاحِدٍ قَالَ فَيُرِيْدُوْنَ أَنْ يُبِيْنُوْا مِنْكَ امْرَأَتَكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ وَ جَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ إِنَّهُ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ مِائَةَ طَلْقَةٍ قَالَ بِكَلَامٍ وَاحِدٍ قَالَ بِكَلَامٍ وَاحِدٍ قَالَ فَيُرِيْدُوْنَ أَنْ يُبِيْنُوْا مِنْكَ امْرَأَتَكَ قَالَ نَعَمْ فَقَالَ عَبْدُ اللهِ مَنْ طَلَّقَ كَمَا أَمَرَهُ اللهُ فَقَدْ بَيَّنَ اللهُ الطَّلَاقَ وَ مَنْ لَبَّسَ عَلَى نَفْسِهِ وَكَّلْنَا بِهِ لَبْسَهُ وَ اللهِ لَا تُلَبِّسُوْنَ عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَ نَتَحَمَّلُهُ نَحْنُ هُوَ كَمَا تَقُوْلُوْنَ.
Sunan ad-Dārimī 110. Telah mengabarkan kepada kami [Sa‘īd bin ‘Āmir] dari [Ibnu ‘Aun] dari [Muḥammad bin Sīrīn] dari [‘Alqamah] ia berkata: Seseorang menemui ‘Abdullāh, ia menyampaikan uneg-unegnya bahwa ia semalam telah menceraikan istrinya sebanyak delapan kali. Ia (‘Abdullāh) bertanya: “dengan satu ucapan?”, orang itu menjawab: “dengan satu ucapan”. ‘Abdullāh bertanya: Terus mereka menginginkan agar kamu (menthalāq) bā’in istrimu?”, ia menjawab: “Ya, benar”. Kemudian (‘Alqamah) menceritakan lagi: “Dan juga pernah ‘Abdullāh didatangi seseorang dan menceritakan bahwa ia telah menceraikan istrinya seratus kali”. ‘Abdullāh bertanya: “dengan satu ucapan?”, ia menjawab: “ya, dengan satu ucapan”. Lalu ‘Abdullāh bertanya: “terus mereka menginginkan agar kamu (menthalāq) bā’in istrimu?”, ia menjawab: “ya, benar”. Maka [‘Abdullāh] berkata: “Barang siapa yang menthalāq (istrinya) sesuai dengan cara yang telah Allah jelaskan, sungguh Allah telah menjelaskan thalāq. Sebaliknya barang siapa melakukan tindakan gegabah pada dirinya (tindakan ngawur yang tak ada keterangan), kami pasrahkan kengawuran atau gegabahannya kepadanya, demi Allah, Janganlah sekali-kali kalian melakukan tindakan gegabah diri kalian, sehingga kami merasa kepayahan sebagaimana uneg-uneg yang kalian sampaikan kepadaku ini”.”
Derajat: Ḥusain Sālim Asad ad-Dāranī: Isnādnya Shaḥīḥ.
Dan Syaikh al-Albānī: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ditemukan.