Sunan Daraquthni 6&7 – Hukum Air yang Terkena Najis – Berbagai Jalur Riwayat “2 Qullah” (6-7/41)

سُنَنُ الدَّارَقُطْنِيِّ
SUNAN AD-DĀRAQUTHNĪ
Oleh: Imam al-Hafizh ‘Ali bin ‘Umar ad-Daraquthni

Penerjemah: Amir Hamzah Fachrudin, Asep Saefullah, Hanif Yahya.
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Sunan Daraquthni Kitab 1 Bab 1 - Hukum Air yang Terkena Najis

1 – 6 – حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْفَضْلِ الزَّيَّاتُ، نا عَلِيُّ بْنُ شُعَيْبٍ، نا أَبُوْ أُسَامَةَ، نا الْوَلِيْدُ بْنُ كَثِيْرٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ، بِإِسْنَادِهِ نَحْوَهُ، وَ قَالَ: مِنَ الدَّوَابِّ وَ السِّبَاعِ.

1-6. Isḥāq bin Muḥammad bin al-Fadhl az-Zayyāt menceritakan kepada kami, ‘Alī bin Syu‘aib mengabarkan kepada kami, Abū Usāmah menceritakan kepada kami, al-Walīd bin Katsīr mengabarkan kepada kami, dari Muḥammad bin Ja‘far dengan isnād-nya seperti itu, dan ia menyebutkan dengan redaksi: oleh binatang ternak dan binatang buas.” (101).

1 – 7 – حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرٍ النِّيْسَابُوْرِيُّ، نا أَبُوْ إِبْرَاهِيْمَ الْمُزَنِيُّ إِسْمَاعِيْلُ بْنُ يَحْيَى وَ الرَّبِيْعُ بْنُ سُلَيْمَانَ، قَالَا: نا الشَّافِعِيُّ، نا الثِّقَةُ، عَنِ الْوَلِيْدِ بْنِ كَثِيْرٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبَّادِ بْنِ جَعْفَرٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ أَبِيْهِ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: إِذَا كَانَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلْ نَجَسًا أَوْ خَبَثًا

1-7. Abū Bakar an-Naisābūrī menceritakan kepada kami, Abū Ibrāhīm al-Muzanī Ismā‘īl bin Yaḥyā dan ar-Rabī‘ bin Sulaimān mengabarkan kepada kami, keduanya mengatakan: Asy-Syāfi‘ī mengabarkan kepada kami: Seorang yang tsiqah (112) memberitahukan kepada kami, dari al-Walīd bin Katsīr, dari Muḥammad bin ‘Abbād bin Ja‘far, dari ‘Abdullāh bin ‘Abdillāh bin ‘Umar, dari ayanya, bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda: Jika airnya mencapai dua qullah, maka tidak mengandung najis atau kotoran.” (123)

Catatan:

  1. (10). Lihat keterangan yang lalu.
  2. (11). Az-Zaila’i mengatakan: “Abu Tsaur meriwayatkannya dari asy-Syafi‘i, dari ‘Abdullah bin al-Harits al-Makhzumi, dari al-Walid bin Katsir. Sedangkan Musa bin Abu Jarud meriwayatkannya dari al-Buwaithi, dari Asy-Syafi‘i, dari Abu Usamah dan yang lainnya, dari al-Walid bin Katsir. Dengan demikian riwayat ini menunjukkan bahwa asy-Syafi‘i mendengar hadits ini dari ‘Abdullah bin al-Harits yang berasal dari kalangan Hijaz, dan dari Abu Usamah, orang Kufah. Ia mendengar dari keduanya, dari al-Walid bin Katsir. At-Ta‘līq al-Mughnī.
  3. (12). H.R. asy-Syafi‘i di dalam al-Umm (1/37).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *