Sunan Abu Daud no.184 s.d 190 – Yang Menyebabkan Mandi Junub Serta Pengalaman Nabi S.A.W Dengan Istri-Istri Beliau

Dari Kitab:
Sunan Abū Dāūd
Oleh: Abu Dawud Sulayman ibn al-Ash'ath as-Sijistani

سنن أبي داوود ٤٨١: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو يَعْنِي ابْنَ الْحَارِثِ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ حَدَّثَنِي بَعْضُ مَنْ أَرْضَي أَنَّ سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ السَّاعِدِيَّ أَخْبَرَهُ أَنَّ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا جُعِلَ ذلِكَ رُخْصَةً لِلنَّاسِ فِي أَوَّلِ الإِسْلامِ لِقِلَّةِ الثِّيَابِ ثُمَّ أَمَرَ بِالْغُسْلِ وَنَهَى عَنْ ذلِكَ.قَالَ أَبُو دَاوُد يَعْنِي الْمَاءَ مِنْ الْمَاءِ.

Sunan Abū Dāūd 184: Telah menceritakan kepada kami Aḥmad bin Shāliḥ, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepada saya ‘Amru bin al-Ḥārits dari Ibnu Syihāb, telah menceritakan kepada saya beberapa orang yang kupercayai bahwasanya Sahl bin Sa‘d as-Sa‘īdī telah mengabarkan kepadanya bahwa Ubay bin Ka‘b, telah mengabarkan kepadanya bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya hal itu (yakni tidak diwajibkan mandi karena tidak keluar mani ketika senggama) hanyalah suatu keringanan untuk orang-orang pada masa permulaan Islam, karena waktu itu pakaian masih kurang.” Kemudian setelah itu beliau memerintahkan untuk mandi (baik keluar mani atau tidak-ed.). Abū Dāūd berkata: Yakni (yang dimaksud sebelumnyaed.), air (mandi janabat) itu disebabkan karena keluarnya air (mani).

Derajat: Syaikh Al-Albani: Shaḥīḥ

Pembanding: Tidak ada.

سنن أبي داوود ٥٨١: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِهْرَانَ الْبَزَّازُ الرَّازِيُّ حَدَّثَنَا مُبَشِّرٌ الْحَلَبِيُّ عَنْ مُحَمَّدٍ أَبِي غَسَّانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ حَدَّثَنِي أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ أَنَّ الْفُتْيَا الَّتِي كَانُوا يَفْتُونَ أَنَّ الْمَاءَ مِنْ الْمَاءِ كَانَتْ رُخْصَةً رَخَّصَهَا رَسُولُ اللهِ فِي بَدْءِ الإِسْلامِ ثُمَّ أَمَرَ بِالاغْتِسَالِ بَعْدُ.

Sunan Abū Dāūd 185: Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin Mihrān al-Bazzāz ar-Rāzī, telah menceritakan kepada kami Mubasysyir al-Ḥalabī, dari Muḥammad Abū Ghassān, dari Abū Ḥāzim, dari Sahl bin Sa‘d telah menceritakan kepada saya Ubay bin Ka‘b bahwa fatwa yang mereka pegang bahwa air (mandi) itu disebabkan karena keluarnya air (mani) adalah suatu rukhshah (keringanan) yang telah diberikan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam pada permulaan Islam, kemudian beliau menyuruh untuk mandi setelah itu (baik keluar mani atau tidak-ed.).

Derajat: Syaikh Al-Albani: Shaḥīḥ

Pembanding: SM: 518, 519; SN: 199, 2759; SIM: 599; MA: 10813, 10882, 11010, 22431, 22472; SD: 751, 752, 753.

سنن أبي داوود ٦٨١: حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْفَرَاهِيدِيُّ حَدَّثَنَا هِشَامٌ وَشُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَعَدَ بَيْنَ شُعَبِهَا الأَرْبَعِ وَأَلْزَقَ الْخِتَانَ بِالْخِتَانِ فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ.

Sunan Abū Dāūd 186: Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrāhīm al-Farāhīdī, telah menceritakan kepada kami Hisyām dan Syu‘bah, dari Qatādah, dari al-Ḥasan dari Abū Rāfi‘, dari Abū Hurairah bahwasanya Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila suami telah duduk di antara keempat anggola tubuhnya (kedua tangan dan kedua kaki istrinya), lalu dia menempelkan khitan (kemaluan suami) dengan kemaluan istrinya, maka wajiblah mandi.

Derajat: Syaikh Al-Albani: Shaḥīḥ

Pembanding: SB: 282; SM: 525, 526; SN: 191, 192; SIM: 602; MA: 6900, 8220, 8744, 9702, 10326, 10329, 23075, 23673; SD: 754.

سنن أبي داوود ٧٨١: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمَاءُ مِنْ الْمَاءِ وَكَانَ أَبُو سَلَمَةَ يَفْعَلُ ذلِكَ.

Sunan Abū Dāūd 187: Telah menceritakan kepada kami Aḥmad bin Shāliḥ, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepada kami ‘Amru, dari Ibnu Syihāb, dari Abū Salamah bin ‘Abd-ir-Raḥmān, dari Abū Sa‘īd al-Khudrī bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Air (mandi janabat) itu disebabkan karena keluarnya air (mani).” Dan Abū Salamah melakukan demikian (yakni, dia tidak berpendapat wajibnya mandi bagi suami yang telah memasukkan kemaluannya pada kemaluan istrinya namun tidak keluar air mani, dan dia berpendapat dengan hadits bahwa air (mandi) itu disebabkan karena keluarnya air (mani).

Derajat: Syaikh Al-Albani: Shaḥīḥ

Pembanding: SM: 518, 519; SN: 199; SIM: 599; MA: 10813, 10882, 11010, 22431, 22472; MM: 188; SD: 751.

Catatan-ed.: Hadits no.187 ini pendapat Abu Salamah (mungkin terjadi sebelum dinasakh Nabi saw), sedangkan sebagaimana yg diketahui Nabi sudah mewajibkan mandi apabila kedua suami-istri telah berhubungan, baik keluar mani ataupun tidak, lihat hadits no.186.

سنن أبي داوود ٨٨١: حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ الطَّوِيلُ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَافَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى نِسَائِهِ فِي غُسْلٍ وَاحِدٍ قَالَ أَبُو دَاوُد وَهكَذَا رَوَاهُ هِشَامُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ وَمَعْمَرٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ وَصَالِحُ بْنُ أَبِي الأَخْضَرِ عَنْ الزُّهْرِيِّ كُلُّهُمْ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Sunan Abū Dāūd 188: Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad, telah menceritakan kepada kami Ismā‘īl, telah menceritakan kepada kami Ḥumaid ath-Thawīl, dari Anas bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari pernah menggilir istri-istri beliau (untuk bersenggama) dengan sekali mandi. Abū Dāūd berkata: Demikian yang diriwayatkan oleh Hisyām bin Zaid, dari Anas dan Ma‘mar dari Qatādah, dari Anas dan Shāliḥ bin Abil-Akhdhar, dari az-Zuhrī semuanya, dari Anas, dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Derajat: Syaikh Al-Albani: Shaḥīḥ

Pembanding: SM: 467; SN: 263, 264; SIM: 581; MA: 12171, 12179, 12458, 12459, 12499, 12876; SD: 746.

سنن أبي داوود ٩٨١: حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ عَنْ عَمَّتِهِ سَلْمَى عَنْ أَبِي رَافِعٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَافَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى نِسَائِهِ يَغْتَسِلُ عِنْدَ هذِهِ وَعِنْدَ هذِهِ قَالَ قُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللهِ أَلا تَجْعَلُهُ غُسْلًا وَاحِدًا قَالَ هذَا أَزْكَى وَأَطْيَبُ وَأَطْهَرُ قَالَ أَبُو دَاوُد وَحَدِيثُ أَنَسٍ أَصَحُّ مِنْ هذَا.

Sunan Abū Dāūd 189: Telah menceritakan kepada kami Mūsā bin Ismā‘īl, telah menceritakan kepada kami Ḥammād, dari ‘Abd-ur-Raḥmān bin Abū Rāfi‘, dari Bibinya, Salmā, dari Abū Rāfi‘ bahwasanya Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari pernah menggilir istri-istri beliau, beliau mandi tiap kali selesai berhubungan bersama ini dan ini. Aku bertanya: Ya Rasūlullāh, tidakkah engkau menjadikannya sekali mandi saja? Beliau menjawab: “Yang seperti itu (mandi berulang-ed.) lebih suci dan lebih baik serta lebih bersih.” Abū Dāūd berkata: Hadits Anas lebih Shaḥīḥ daripada hadits ini.

Derajat: Syaikh Al-Albani: Ḥasan.

Pembanding: MA: 12171, 22742; SD: 746.

سنن أبي داوود ٠٩١: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ عَاصِمٍ الأَحْوَلِ عَنْ أَبِي الْمُتَوَكِّلِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ أَهْلَهُ ثُمَّ بَدَا لَهُ أَنْ يُعَاوِدَ فَلْيَتَوَضَّأْ بَيْنَهُمَا وُضُوءًا.

Sunan Abū Dāūd 190: Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin ‘Aun, telah menceritakan kepada kami Ḥafzh bin Ghiyāts, dari ‘Āshim al-Aḥwal, dari Abul-Mutawakkil, dari Abū Sa‘īd al-Khudrī, dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian berhubungan dengan istrinya, kemudian dia ingin mengulangi kembali, maka hendaklah dia berwudhu’ di antara keduanya.

Derajat: Syaikh Al-Albani: Shaḥīḥ

Pembanding: SM: 466; ST: 131; SN: 163; SIM: 472, 580; MM: 34, 81.