11. Menjaga Kebersihan Setelah Kencing.
سنن أبي داوود ١٩: حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَ هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ قَالَا: حَدَّثَنَا وَكِيْعٌ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ: سَمِعْتُ مُجَاهِدًا يُحَدِّثُ عَنْ طَاوُسٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:
مَرَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ: إِنَّهُمَا يُعَذَّبَانِ وَ مَا يُعَذَّبَانِ فِيْ كَبِيْرٍ أَمَّا هذَا فَكَانَ لَا يَسْتَنْزِهُ مِنَ الْبَوْلِ وَ أَمَّا هذَا فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيْمَةِ ثُمَّ دَعَا بِعَسِيْبٍ رَطْبٍ فَشَقَّهُ بِاثْنَيْنِ ثُمَّ غَرَسَ عَلَى هذَا وَاحِدًا وَ عَلَى هذَا وَاحِدًا وَ قَالَ: لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا قَالَ هَنَّادٌ: يَسْتَتِرُ مَكَانَ يَسْتَنْزِهُ
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيْرٌ عَنْ مَنْصُوْرٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بِمَعْنَاهُ قَالَ: كَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ وَ قَالَ أَبُوْ مُعَاوِيَةَ: يَسْتَنْزِهُ
Sunan Abū Dāūd 19: Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Ḥarb dan Hannād bin as-Sarī mereka berdua berkata: Telah menceritakan kepada kami Wakī‘, telah menceritakan kepada kami al-A‘masy dia berkata: Saya mendengar Mujāhid menceritakan, dari Thāwus, dari Ibnu ‘Abbās dia berkata: Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam pernah melewati dua kuburan lalu bersabda: “Sesungguhnya keduanya sedang diadzab, dan keduanya tidak diadzab karena dosa besar. Adapun yang ini, maka karena dia tidak bersuci dari kencing, sedangkan yang ini, karena dia berjalan dengan namimah.” Kemudian beliau menyuruh seseorang mengambil dahan kurma basah, lalu dibelah menjadi dua, kemudian beliau menanamkannya pada kuburan ini dan menanamkan satunya pada kuburan yang lain, dan beliau bersabda: “Semoga ia dapat meringankan keduanya selama ia belum kering.” Hannād meriwayatkan dengan lafazh yastatir pada tempat yastanzih. Telah menceritakan kepada kami ‘Utsmān bin Abī Syaibah, telah menceritakan kepada kami Jarīr, dari Manshūr, dari Mujāhid, dari Ibnu ‘Abbās, dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, yang semakna dengan lafazh di atas, dia menyebutkan: “dia tidak menutup diri dari kencingnya“, sedangkan Mu‘āwiyah menyebutkan: “dia tidak bersuci.”
Derajat: Syaikh Al-Albani: Shaḥīḥ
Pembanding: SB: 211, 1273, 5592; SM: 439; ST: 65; SN: 31, 2042; SIM: 341. 343, MA: 1877; 19479; SD: 732.