Shahih Muslim no.47 s.d 48 – Dalil Bahwa Barang Siapa Meninggal Di Atas Tauhid Akan Masuk Surga (5/5)

Rangkaian Pos: Shahih Muslim Kitab 2 Bab 19

صحيح مسلم ٧٤: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُوْرٍ أَخْبَرَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ قَالَ حَدَّثَنِيْ أَبِيْ عَنْ قَتَادَةَ قَالَ حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ رَدِيْفُهُ عَلَى الرَّحْلِ قَالَ يَا مُعَاذُ قَالَ لَبَّيْكَ رَسُوْلَ اللهِ وَ سَعْدَيْكَ قَالَ يَا مُعَاذُ قَالَ لَبَّيْكَ رَسُوْلَ اللهِ وَ سَعْدَيْكَ قَالَ يَا مُعَاذُ قَالَ لَبَّيْكَ رَسُوْلَ اللهِ وَ سَعْدَيْكَ قَالَ مَا مِنْ عَبْدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ إِلَّا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَفَلَا أُخْبِرُ بِهَا النَّاسَ فَيَسْتَبْشِرُوْا قَالَ إِذًا يَتَّكِلُوْا. فَأَخْبَرَ بِهَا مُعَاذٌ عِنْدَ مَوْتِهِ تَأَثُّمًا.

Shaḥīḥ Muslim 47: Telah menceritakan kepada kami Isḥāq bin Manshūr, telah mengabarkan kepada kami Mu‘ādz bin Hisyām dia berkata: Telah menceritakan kepada kami bapakku dari Qatādah dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Anas bin Mālik bahwa Nabi Allah (dalam satu perjalanan), sedangkan Mu‘ādz bin Jabal dibonceng di atas kendaraan beliau, Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam lalu memanggil: “Wahai Mu‘ādz!” Mu‘ādz menyahut: “Aku penuhi panggilanmu wahai Rasūlullāh”. Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam memanggil lagi: “Wahai Mu‘ādz!” Aku menyahut lagi: “Aku penuhi panggilanmu wahai Rasūlullāh”. Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam memanggil: “Wahai Mu‘ādz!” Aku menyahut lagi: “Aku penuhi panggilanmu wahai Rasūlullāh.” Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda: “Barang siapa yang mengucap dua Kalimah Syahadat yaitu: tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muḥammad hamba dan utusan-Nya niscaya dia selamat dari api Neraka.” Kemudian Mu‘ādz berkata: “Bolehkah aku memberitahu perkara ini kepada manusia agar mereka sebarkan berita gembira ini?” Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau (berbuat) begitu, maka mereka akan bersandar dengannya.” Lalu Mu‘ādz menyebarkan kabar tersebut menjelang kematiannya khawatir menanggung salah (karena menyembunyikan hadits).”

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 125, 3180; ST: 2562, 20996, 21620, 21653.

صحيح مسلم ٨٤: حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوْخَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ يَعْنِي ابْنَ الْمُغِيْرَةِ قَالَ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ حَدَّثَنِيْ مَحْمُوْدُ بْنُ الرَّبِيْعِ عَنْ عِتْبَانَ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَدِمْتُ الْمَدِيْنَةَ فَلَقِيْتُ عِتْبَانَ فَقُلْتُ حَدِيْثٌ بَلَغَنِيْ عَنْكَ قَالَ أَصَابَنِيْ فِيْ بَصَرِيْ بَعْضُ الشَّيْءِ فَبَعَثْتُ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنِّيْ أُحِبُّ أَنْ تَأْتِيَنِيْ فَتُصَلِّيَ فِيْ مَنْزِلِيْ فَأَتَّخِذَهُ مُصَلًّى قَالَ فَأَتَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ مَنْ شَاءَ اللهُ مِنْ أَصْحَابِهِ فَدَخَلَ وَ هُوَ يُصَلِّيْ فِيْ مَنْزِلِيْ وَ أَصْحَابُهُ يَتَحَدَّثُوْنَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ أَسْنَدُوْا عُظْمَ ذلِكَ وَ كُبْرَهُ إِلَى مَالِكِ بْنِ دُخْشُمٍ قَالُوْا وَدُّوْا أَنَّهُ دَعَا عَلَيْهِ فَهَلَكَ وَ وَدُّوْا أَنَّهُ أَصَابَهُ شَرٌّ فَقَضَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الصَّلاةَ وَ قَالَ أَلَيْسَ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ قَالُوْا إِنَّهُ يَقُوْلُ ذلِكَ وَ مَا هُوَ فِيْ قَلْبِهِ قَالَ لَا يَشْهَدُ أَحَدٌ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ فَيَدْخُلَ النَّارَ أَوْ تَطْعَمَهُ. قَالَ أَنَسٌ فَأَعْجَبَنِيْ هذَا الْحَدِيْثُ فَقُلْتُ لِابْنِي اكْتُبْهُ فَكَتَبَهُ حَدَّثَنِيْ أَبُوْ بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ الْعَبْدِيُّ حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ قَالَ حَدَّثَنِيْ عِتْبَانُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّهُ عَمِيَ فَأَرْسَلَ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ تَعَالَ فَخُطَّ لِيْ مَسْجِدًا فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ جَاءَ قَوْمُهُ وَ نُعِتَ رَجُلٌ مِنْهُمْ يُقَالُ لَهُ مَالِكُ بْنُ الدُّخْشُمِ ثُمَّ ذَكَرَ نَحْوَ حَدِيْثِ سُلَيْمَانَ بْنِ الْمُغِيْرَةِ.

Shaḥīḥ Muslim 48: Telah menceritakan kepada kami Syaibān bin Farrūkh, telah menceritakan kepada kami Sulaimān -yaitu Ibn-ul-Mughīrah- dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Tsābit, dari Anas bin Mālik dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Maḥmūd bin ar-Rabī‘ dari ‘Itbān bin Mālik dia berkata: “Saya mendatangi Madīnah, maka aku berjumpa ‘Itbān. Lalu aku meminta beliau meriwayatkan sebuah hadits.” Kata dia: “Mataku ditimpa sejenis penyakit yang menyebabkan beberapa hal, aku mengirimkan utusan kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang mengatakan bahwa aku amat mengharapkan kedatangan beliau agar mendirikan shalat bersamaku di rumah, sehingga aku menjadikannya sebagai tempat shalat.” ‘Itbān berkata lagi: “Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam tiba bersama-sama para Sahabat yang berkeinginan datang, dan beliau terus masuk ke rumah. Beliau mendirikan shalat, sementara para Sahabat masih saja berbincang sesama mereka di mana Sebagian dari mereka membicarakan tentang kemunafikan Mālik bin Dukhsyum. Para Sahabat berkata, mereka berhadap agar Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam mendoakan jelek Mālik bin Dukhsyum agar ditimpa kecelakaan. Mereka juga inginkan supaya dia ditimpa malapetaka. Selesai shalat, beliau s.a.w pun bertanya: “Bukankah dia telah mengucap dua kalimah syahadat yaitu: tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa aku utusan Allah?” Para Sahabat menjawab: “Dia mengucapnya hanyalah di mulut semata-mata tetapi tidak di hati.” Beliau bersabda: “Tidaklah seseorang yang mengucapkan, bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah, dan bahwa aku adalah utusan Allah kemudian masuk neraka, atau merasakannya.” Anas berkata: “Hadits ini membuatku kagum. Maka aku berkata untuk anakku: “Tulislah hadits itu,” lalu dia pun menulisnya.” Telah menceritakan kepada kami Abū Bakar bin Nāfi‘ al-‘Abdī, Telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Ḥammād, telah menceritakan kepada kami Tsābit dari Anas dia berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Itbān bin Mālik bahwa dia buta, maka dia mengirim utusan kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam seraya berkata: “Silakan datang kemari (wahai Rasūlullāh), sehingga itu bisa menjadi tempat shalat bagiku.” Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam datang bersama para sahabatnya, lalu disebutlah sifat jelek seorang laki-laki dari mereka yang dipanggil Mālik bin ad-Dukhsyum, kemudian ia menyebutkan semisal hadits Sulaimān bin al-Mughīrah.”

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: MA: 12326.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *