Shahih Muslim no.45 s.d 46 – Dalil Bahwa Barang Siapa Meninggal Di Atas Tauhid Akan Masuk Surga (4/5)

Rangkaian Pos: Shahih Muslim Kitab 2 Bab 19

صحيح مسلم ٥٤: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَ ابْنُ بَشَّارٍ قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِيْ حَصِيْنٍ وَ الْأَشْعَثِ بْنِ سُلَيْمٍ أَنَّهُمَا سَمِعَا الْأَسْوَدَ بْنَ هِلَالٍ يُحَدِّثُ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَا مُعَاذُ أَتَدْرِيْ مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ قَالَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَنْ يُعْبَدَ اللهُ وَ لَا يُشْرَكَ بِهِ شَيْءٌ قَالَ أَتَدْرِيْ مَا حَقُّهُمْ عَلَيْهِ إِذَا فَعَلُوْا ذلِكَ فَقَالَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَنْ لَا يُعَذِّبَهُمْ. حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ بْنُ زَكَرِيَّاءَ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ عَنْ زَائِدَةَ عَنْ أَبِيْ حَصِيْنٍ عَنِ الْأَسْوَدِ بْنِ هِلَالٍ قَالَ سَمِعْتُ مُعَاذًا يَقُوْلُ دَعَانِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَجَبْتُهُ فَقَالَ هَلْ تَدْرِيْ مَا حَقُّ اللهِ عَلَى النَّاسِ نَحْوَ حَدِيْثِهِمْ

Shaḥīḥ Muslim 45: Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin al-Mutsannā dan Ibnu Basysyār, Ibn-ul-Mutsannā berkata: Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin Ja‘far, telah menceritakan kepada kami Syu‘bah dari Abū Ḥushain dan al-Asy‘ats bin Sulaim bahwa keduanya mendengar al-Aswad bin Hilāl menceritakan dari Mu‘ādz bin Jabal dia berkata: “Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Mu‘ādz, apakah kamu mengetahui apa hak Allah atas hamba?” Mu‘ādz menjawab: “Allah dan Rasūl-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “Yaitu Allah disembah tanpa (dengan tidak) menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” Beliau lalu bersabda lagi: “Lalu apa hak manusia atas Allah jika mereka melakukan itu?” Mu‘ādz menjawab: “Allah dan Rasūl-Nya lebih tahu.” Beliau lalu bersabda: “Allah tidak akan menyiksanya.” Telah menceritakan kepada kami al-Qāsim bin Zakariyā, telah menceritakan kepada kami Ḥusain dari Zā’idah, dari Abū Ḥushain, dari al-Aswad bin Hilāl ia berkata: Aku mendengar Mu‘ādz berkata: “Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam memanggilku, lalu aku menjawabnya. Beliau bertanya: “Apa hak Allah atas manusiaseperti hadits mereka.”

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 5510, 5796, 6019, 6825; SM: 45; ST: 2567; MA: 20987, 20989, 20990, 20997, 20999, 21029, 21030, 21058, 21082.

صحيح مسلم ٦٤: حَدَّثَنِيْ زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ يُوْنُسَ الْحَنَفِيُّ حَدَّثَنَا عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ قَالَ حَدَّثَنِيْ أَبُوْ كَثِيْرٍ قَالَ حَدَّثَنِيْ أَبُوْ هُرَيْرَةَ قَالَ كُنَّا قُعُوْدًا حَوْلَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مَعَنَا أَبُوْ بَكْرٍ وَ عُمَرُ فِي نَفَرٍ فَقَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مِنْ بَيْنِ أَظْهُرِنَا فَأَبْطَأَ عَلَيْنَا وَ خَشِيْنَا أَنْ يُقْتَطَعَ دُوْنَنَا وَ فَزِعْنَا فَقُمْنَا فَكُنْتُ أَوَّلَ مَنْ فَزِعَ فَخَرَجْتُ أَبْتَغِيْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ حَتَّى أَتَيْتُ حَائِطًا لِلأَنْصَارِ لِبَنِي النَّجَّارِ فَدُرْتُ بِهِ هَلْ أَجِدُ لَهُ بَابًا فَلَمْ أَجِدْ فَإِذَا رَبِيْعٌ يَدْخُلُ فِيْ جَوْفِ حَائِطٍ مِنْ بِئْرٍ خَارِجَةٍ وَ الرَّبِيْعُ الْجَدْوَلُ فَاحْتَفَزْتُ كَمَا يَحْتَفِزُ الثَّعْلَبُ فَدَخَلْتُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ فَقُلْتُ نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ مَا شَأْنُكَ قُلْتُ كُنْتَ بَيْنَ أَظْهُرِنَا فَقُمْتَ فَأَبْطَأْتَ عَلَيْنَا فَخَشِينَا أَنْ تُقْتَطَعَ دُوْنَنَا فَفَزِعْنَا فَكُنْتُ أَوَّلَ مِنْ فَزِعَ فَأَتَيْتُ هذَا الْحَائِطَ فَاحْتَفَزْتُ كَمَا يَحْتَفِزُ الثَّعْلَبُ وَ هؤُلَاءِ النَّاسُ وَرَائِيْ فَقَالَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ وَ أَعْطَانِيْ نَعْلَيْهِ قَالَ اذْهَبْ بِنَعْلَيَّ هَاتَيْنِ فَمَنْ لَقِيتَ مِنْ وَرَاءِ هذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ فَكَانَ أَوَّلَ مَنْ لَقِيْتُ عُمَرُ فَقَالَ مَا هَاتَانِ النَّعْلَانِ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ فَقُلْتُ هَاتَانِ نَعْلَا رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بَعَثَنِيْ بِهِمَا مَنْ لَقِيْتُ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ بَشَّرْتُهُ بِالْجَنَّةِ فَضَرَبَ عُمَرُ بِيَدِهِ بَيْنَ ثَدْيَيَّ فَخَرَرْتُ لاسْتِي فَقَالَ ارْجِعْ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ فَرَجَعْتُ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَجْهَشْتُ بُكَاءً وَ رَكِبَنِيْ عُمَرُ فَإِذَا هُوَ عَلَى أَثَرِيْ فَقَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مَا لَكَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قُلْتُ لَقِيْتُ عُمَرَ فَأَخْبَرْتُهُ بِالَّذِيْ بَعَثْتَنِيْ بِهِ فَضَرَبَ بَيْنَ ثَدْيَيَّ ضَرْبَةً خَرَرْتُ لاسْتِي قَالَ ارْجِعْ فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ يَا عُمَرُ مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا فَعَلْتَ قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ بِأَبِيْ أَنْتَ وَ أُمِّيْ أَبَعَثْتَ أَبَا هُرَيْرَةَ بِنَعْلَيْكَ مَنْ لَقِيَ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ بَشَّرَهُ بِالْجَنَّةِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَلَا تَفْعَلْ فَإِنِّيْ أَخْشَى أَنْ يَتَّكِلَ النَّاسُ عَلَيْهَا فَخَلِّهِمْ يَعْمَلُوْنَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَخَلِّهِمْ.

Shaḥīḥ Muslim 46: Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Ḥarb, telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin Yūnus al-Ḥanafī, telah menceritakan kepada kami ‘Ikrimah bin ‘Ammār dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abū Katsīr dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abū Hurairah dia berkata: “Dalam sebuah peperangan kami pernah duduk-duduk mengitari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, dan bersama kami ada Abū Bakar dan ‘Umar. Lalu beliau beranjak pergi dari sekeliling kami dan terlambat untuk kembali sampai-sampai kami khawatir kalau beliau tertangkap oleh musuh atau tertimpa musibah. Kami semua sangat khawatir, dan orang yang paling mengkhawatirkan keadaan beliau adalah aku. Maka aku pun berdiri dan keluar untuk mencari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam hingga sampai pada sebuah kebun milik kaum Anshār dari Bani Najjār. Aku pun mengitarinya dengan harapan akan mendapatkan sebuah pintu masuk, namun aku tidak mendapatkannya. Dan ternyata ada sebuah aliran sungai dari luar kebun yang masuk dari sebuah pojok kebun. Maka aku pun berusaha masuk sebagaimana seekor musang berusaha masuk melalui sebuah lobang sempit. Dan aku pun menemukan Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Beliau berseru: “Abū Hurairah!” Aku pun menjawab: “Ya, wahai Rasūlullāh.”Ada apa?”, tanya beliau. Aku menjawab: “Begini wahai Rasūl, engkau tadi sedang bersama-sama dengan kami, lalu tiba-tiba engkau pergi meninggalkan kami dan lama tidak kembali hingga kami pun sangat khawatir akan keselamatanmu, terutama aku wahai Rasūl. Maka aku pun berusaha memasuki kebun ini dari sebuah lobang yang sangat sempit sebagaimana seekor musang, dan mereka (para sahabat yang lain) ada di belakangku. Sambil berkata beliau memberikan kedua sandalnya kepadaku: “Wahai Abū Hurairah, bawalah kedua sandalku ini, dan siapa pun yang kau temui di balik kebun ini ia bersaksi bahwa tidak tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan ia menancapkan keyakinan ini dalam hatinya, maka berilah kabar gembira kepadanya dengan surga.” Dan kebetulan orang yang pertama kali bertemu denganku ialah ‘Umar, maka ia pun bertanya: “Ada apa dengan kedua sandal itu wahai Abū Hurairah?” Aku menjawab: “Ini adalah kedua sandal Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, beliau menyuruhku untuk membawanya dan menyampaikan kabar gembira surga kepada orang yang pertama kali bertemu denganku sedang ia bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan ia meyakininya dengan hatinya.” Maka ‘Umar pun memukulku dengan tangannya tepat di tengah-tengah dadaku (ulu hati – pent.) hingga aku jatuh duduk, lalu berkata: “Kembalilah wahai Abū Hurairah!” Maka aku pun kembali menemui Rasūlullāh dengan wajah menahan tangis, dan ternyata ‘Umar saat itu juga mengikutiku. Seketika itu Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Ada apa denganmu wahai Abū Hurairah?” Aku menjawab: “Aku telah bertemu dengan ‘Umar, lalu aku kabarkan kepadanya mengenai apa yang telah engkau perintahkan kepadaku namun tiba-tiba ia memukulku dengan keras tepat di ulu hatiku hingga aku jatuh lunglai, setelah itu dia berkata: “Kembalilah!” Maka Rasūl pun berkata: “Wahai ‘Umar, kenapa kamu berbuat demikian?” ‘Umar menjawab: “Wahai Rasūlullāh, apa benar engkau telah mengutus Abū Hurairah dengan kedua sandalmu itu dan menyuruhnya memberi kabar gembira dengan surga bagi orang yang pertama kali ditemuinya sedang ia bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dengan keyakinan yang mantap dalam hatinya?” Beliau menjawab: “Ya, benar.” ‘Umar berkata: “Sebaiknya engkau tidak berbuat demikian wahai Rasūlullāh, karena sesungguhnya aku sangat khawatir kalau-kalau manusia akan bergantung padanya, dan biarkanlah mereka melaksanakan amalan-amalan yang baik.” Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam berkata (kepada Abū Hurairah – pent.): “Biarkanlah mereka (tidak mengetahui hadits ini)”.”

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ada.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *