Shahih Muslim no.40 dan 41 – Dalil Bahwa Barang Siapa Meninggal Di Atas Tauhid Akan Masuk Surga (2/5)

Rangkaian Pos: Shahih Muslim Kitab 2 Bab 19

صحيح مسلم ٠٤: حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ عُثْمَانَ وَ أَبُوْ كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ جَمِيْعًا عَنْ أَبِيْ مُعَاوِيَةَ قَالَ أَبُوْ كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُوْ مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِيْ صَالِحٍ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَوْ عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ شَكَّ الْأَعْمَشُ قَالَ
لَمَّا كَانَ غَزْوَةُ تَبُوْكَ أَصَابَ النَّاسَ مَجَاعَةٌ قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ لَوْ أَذِنْتَ لَنَا فَنَحَرْنَا نَوَاضِحَنَا فَأَكَلْنَا وَادَّهَنَّا فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ افْعَلُوْا قَالَ فَجَاءَ عُمَرُ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنْ فَعَلْتَ قَلَّ الظَّهْرُ وَ لكِنْ ادْعُهُمْ بِفَضْلِ أَزْوَادِهِمْ ثُمَّ ادْعُ اللهَ لَهُمْ عَلَيْهَا بِالْبَرَكَةِ لَعَلَّ اللهَ أَنْ يَجْعَلَ فِيْ ذلِكَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ نَعَمْ قَالَ فَدَعَا بِنِطَعٍ فَبَسَطَهُ ثُمَّ دَعَا بِفَضْلِ أَزْوَادِهِمْ قَالَ فَجَعَلَ الرَّجُلُ يَجِيْءُ بِكَفِّ ذُرَةٍ قَالَ وَ يَجِيْءُ الْآخَرُ بِكَفِّ تَمْرٍ قَالَ وَ يَجِيْءُ الْآخَرُ بِكَسْرَةٍ حَتَّى اجْتَمَعَ عَلَى النِّطَعِ مِنْ ذلِكَ شَيْءٌ يَسِيْرٌ قَالَ فَدَعَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَيْهِ بِالْبَرَكَةِ ثُمَّ قَالَ خُذُوْا فِيْ أَوْعِيَتِكُمْ قَالَ فَأَخَذُوْا فِيْ أَوْعِيَتِهِمْ حَتَّى مَا تَرَكُوْا فِي الْعَسْكَرِ وِعَاءً إِلَّا مَلَئُوْهُ قَالَ فَأَكَلُوْا حَتَّى شَبِعُوْا وَ فَضَلَتْ فَضْلَةٌ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ لَا يَلْقَى اللهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فَيُحْجَبَ عَنِ الْجَنَّةِ.

Shaḥīḥ Muslim 40: Telah menceritakan kepada kami Sahl bin ‘Utsmān dan Abū Kuraib Muḥammad bin al-‘Alā’ semuanya dari Abū Mu‘āwiyah berkata: Abū Kuraib telah menceritakan kepada kami Abū Mu‘āwiyah, dari al-A‘masy, dari Abū Shāliḥ, dari Abū Hurairah atau -dari Abū Sa‘īd, al-A‘masy ragu-ragu- Abū Hurairah berkata: “Saat perang Tabūk, pasukan (kaum muslimin) mengalami rasa lapar yang sangat, mereka pun berkata: “Wahai Rasūlullāh, sekiranya tuan izinkan kami untuk menyembelih unta kami, sehingga kami bisa memakan dagingnya dan menggunakan lemaknya sebagai minyak (melapisi kulit, untuk menjaga dari terik panas)?” Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Lakukanlah!”Abū Hurairah berkata: “Lalu datanglah ‘Umar seraya berkata: “Wahai Rasūlullāh, jika itu engkau lakukan, maka punggung unta akan habis (kendaraan)! Tapi sebaiknya, tuan minta sisa makanan mereka yang masih ada kemudian tuan doakan, semoga Allah memberikan keberkahan padanya.” Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda: “Baiklah.” Kemudian beliau minta hamparan (terbuat dari kulit), setelah menggelarnya, beliau meminta sisa-sisa makanan mereka yang masih tersisa.” Abū Hurairah melanjutkan: “Lalu ada seorang laki-laki yang datang dengan membawa segenggam jagung, ada juga yang datang dengan membawa segenggam kurma, dan sebagian lain datang dengan remukan-remukan (makanan, semisal roti), sehingga terkumpullah di atas hamparan kulit tersebut sedikit makanan. Abū Hurairah berkata: “Kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam mendoakan makanan tersebut dengan keberkahan, setelah itu beliau bersabda: “Ambil dan isilah tempat makanan kalian.” Abū Hurairah melanjutkan: “Mereka kemudian memenuhi tempat perbekalan mereka, sehingga tidak seorang tentara pun kecuali tempat makanan mereka telah penuh terisi.” Abū Hurairah melanjutkan: “Mereka kemudian memakannya hingga kenyang, dan makanan itu pun masih ada tersisa.” Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda: “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah dan aku ada utusan Allah, tidaklah seorang hamba berjumpa dengan Allah lalu ia tidak ragu dengan kalimat tersebut kemudian terhalang untuk masuk surga.

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: MA: 10658, 12326, 14833, 14836, 14837, 14902.

صحيح مسلم ١٤: حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيْدُ يَعْنِي ابْنَ مُسْلِمٍ عَنِ ابْنِ جَابِرٍ قَالَ حَدَّثَنِيْ عُمَيْرُ بْنُ هَانِئٍ قَالَ حَدَّثَنِيْ جُنَادَةُ بْنُ أَبِيْ أُمَيَّةَ حَدَّثَنَا عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: مَنْ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُولُهُ وَ أَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَ ابْنُ أَمَتِهِ وَ كَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَ رُوْحٌ مِنْهُ وَ أَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَ أَنَّ النَّارَ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ
وَ حَدَّثَنِيْ أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ الدَّوْرَقِيُّ حَدَّثَنَا مُبَشِّرُ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ عُمَيْرِ بْنِ هَانِئٍ فِيْ هذَا الْإِسْنَادِ بِمِثْلِهِ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ عَمَلٍ وَ لَمْ يَذْكُرْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ.

Shaḥīḥ Muslim 41: Telah menceritakan kepada kami Dāūd bin Rusyaid, telah menceritakan kepada kami al-Walīd -yaitu Ibnu Muslim- dari Ibnu Jābir dia berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Umair bin Hāni’ dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Junādah bin Abū Umayyah, telah menceritakan kepada kami ‘Ubādah bin ash-Shāmit dia berkata: “Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “Barang siapa mengucapkan dua Kalimah Syahadat yaitu: tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muḥammad hamba dan Rasūl-Nya, bersaksi bahwa Nabi ‘Īsā adalah hamba Allah, anak hamba-Nya dan kalimah Allah (Nabi ‘Īsā a.s.) yang Dia letakkan pada Maryam dan ruh dari-Nya, surga itu benar adanya dan neraka itu juga benar adanya, dimana Allah akan memasukkan mereka yang dikehendaki ke dalam Surga melalui salah satu dari delapan pintu surga yang dia kehendaki.” Dan telah menceritakan kepada kami Aḥmad bin Ibrāhīm ad-Dauraqī, telah menceritakan kepada kami Mubasysyir bin Ismā‘īl, dari al-Auzā‘ī, dari ‘Umair bin Hāni’ dalam sanād ini dengan semisalnya, hanya saja dia menyebutkan: “Allah memasukkannya sesuai dengan amalnya” tanpa menyebutkan, “masuk dari pintu surga yang delapan yang dia kehendaki”.”

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 3180; SAD: 441, 1287, 1288; MA: 14836, 21619, 21620, 22444, 22465, 22480.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *