صحيح مسلم ٢٨٨: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ طَرِيْفِ بْنِ خَلِيْفَةَ الْبَجَلِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ حَدَّثَنَا أَبُوْ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيُّ عَنْ أَبِيْ حَازِمٍ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ وَ أَبُوْ مَالِكٍ عَنْ رِبْعِيٍّ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَا
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَجْمَعُ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى النَّاسَ فَيَقُوْمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَتَّى تُزْلَفَ لَهُمْ الْجَنَّةُ فَيَأْتُوْنَ آدَمَ فَيَقُوْلُوْنَ يَا أَبَانَا اسْتَفْتِحْ لَنَا الْجَنَّةَ فَيَقُوْلُ وَ هَلْ أَخْرَجَكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ إِلَّا خَطِيْئَةُ أَبِيْكُمْ آدَمَ لَسْتُ بِصَاحِبِ ذلِكَ اذْهَبُوْا إِلَى ابْنِيْ إِبْرَاهِيْمَ خَلِيلِ اللهِ قَالَ فَيَقُولُ إِبْرَاهِيمُ لَسْتُ بِصَاحِبِ ذلِكَ إِنَّمَا كُنْتُ خَلِيلًا مِنْ وَرَاءَ وَرَاءَ اعْمِدُوْا إِلَى مُوْسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الَّذِيْ كَلَّمَهُ اللهُ تَكْلِيْمًا فَيَأْتُوْنَ مُوْسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَيَقُوْلُ لَسْتُ بِصَاحِبِ ذلِكَ اذْهَبُوْا إِلَى عِيْسَى كَلِمَةِ اللهِ وَ رُوْحِهِ فَيَقُوْلُ عِيْسَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لَسْتُ بِصَاحِبِ ذلِكَ فَيَأْتُوْنَ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَيَقُوْمُ فَيُؤْذَنُ لَهُ وَ تُرْسَلُ الْأَمَانَةُ وَ الرَّحِمُ فَتَقُوْمَانِ جَنَبَتَيْ الصِّرَاطِ يَمِيْنًا وَ شِمَالًا فَيَمُرُّ أَوَّلُكُمْ كَالْبَرْقِ قَالَ قُلْتُ بِأَبِيْ أَنْتَ وَ أُمِّيْ أَيُّ شَيْءٍ كَمَرِّ الْبَرْقِ قَالَ أَلَمْ تَرَوْا إِلَى الْبَرْقِ كَيْفَ يَمُرُّ وَ يَرْجِعُ فِيْ طَرْفَةِ عَيْنٍ ثُمَّ كَمَرِّ الرِّيْحِ ثُمَّ كَمَرِّ الطَّيْرِ وَ شَدِّ الرِّجَالِ تَجْرِيْ بِهِمْ أَعْمَالُهُمْ وَ نَبِيُّكُمْ قَائِمٌ عَلَى الصِّرَاطِ يَقُوْلُ رَبِّ سَلِّمْ سَلِّمْ حَتَّى تَعْجِزَ أَعْمَالُ الْعِبَادِ حَتَّى يَجِيْءَ الرَّجُلُ فَلَا يَسْتَطِيْعُ السَّيْرَ إِلَّا زَحْفًا قَالَ وَ فِيْ حَافَتَيْ الصِّرَاطِ كَلَالِيْبُ مُعَلَّقَةٌ مَأْمُوْرَةٌ بِأَخْذِ مَنْ أُمِرَتْ بِهِ فَمَخْدُوْشٌ نَاجٍ وَ مَكْدُوْسٌ فِي النَّارِ وَ الَّذِيْ نَفْسُ أَبِيْ هُرَيْرَةَ بِيَدِهِ إِنَّ قَعْرَ جَهَنَّمَ لَسَبْعُوْنَ خَرِيْفًا.
Shaḥīḥ Muslim 288: Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin Tharīf bin Khalīfah al-Bajalī telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin Fudhail telah menceritakan kepada kami Abū Mālik al-Asyja‘ī dari Abū Ḥāzim dari Abū Hurairah dan Abū Mālik dari Rib‘ī dari Ḥudzaifah keduanya berkata: “Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kelak di hari Akhir Allah tabāraka wa ta‘ālā akan mengumpulkan semua manusia. Lalu orang-orang mu’min bangkit, dan surga telah didekatkan kepada mereka. Mereka mendatangi Nabi Ādam seraya berkata: “Wahai ayah kami, mohonkanlah agar pintu surga segera dibukakan untuk kami.”
Ādam menjawab: “(Aku tidak pantas memintakan hal ini untuk kalian), bukankah yang mengeluarkan kalian adalah karena kesalahan bapak kalian dari surga ini? Pergilah kalian dan mintalah kepada anakku Ibrāhīm Khalīlullāh”. Rasūlullāh bersabda: “Lalu Ibrāhīm menjawab: “Aku tidak pantas memintakan hal ini untuk kalian, aku hanyalah seorang Khalīl (kekasih) yang di depannya masih ada beberapa orang kekasih. Mintalah kepada Mūsā shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang pernah diajak berbicara oleh Allah dalam sebuah percakapan”.
Maka mereka pun mendatangi Mūsā shallallāhu ‘alaihi wa sallam, namun dia juga berkata: “Aku tidak pantas memintakan hal ini untuk kalian. Mintalah kepada Nabi ‘Īsā yang telah diciptakan dengan Kalimat Allah dan ditiupkan daripada-Nya”. Tapi Nabi ‘Īsā juga menolak seraya berkata: “Aku tidak pantas memintakan hal ini untuk kalian.”
Maka mereka pun mendatangi Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.” Kemudian dia (Muḥammad) berdiri dan dibukakanlah pintu untuknya, kemudian diutuslah amanah dan silaturrahim hingga keduanya berdiri di kedua tepi shirath (jembatan), kanan dan kiri. Lalu orang yang paling cepat dari kalian saat melewati shirath adalah seperti kilat.”
Aku (Abū Hurairah) berkata: “Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, secepat kilat bagaimana maksud tuan?” Beliau menjawab: “Tidakkah kamu melihat bagaimana kilat itu berlalu dan kembali lagi dengan sekejap mata?” Kemudian yang kedua secepat hembusan angin, lalu secepat burung terbang, lalu ada juga orang yang berlari dengan kencang di atasnya disebabkan oleh amal kebajikannya. Ketika itu Nabi kalian berdiri di dekat shirāth, dan selalu mendoakan: “Wahai Rabbku, selamatkanlah dia, selamatkanlah dia”.
Sampai pada hamba-hamba yang amalannya sangat sedikit, hingga ada seorang lelaki yang datang dan tidak dapat menapaki shirath itu kecuali dengan merangkak, sedang pada kedua sisinya terdapat rangkaian besi tajam yang tergantung dan akan mengambil setiap orang yang diperintahkan untuk diambil, hingga ada orang yang selamat tapi tubuhnya tercabik-cabik, dan ada pula orang yang akhirnya terlempar ke dalam api neraka. Dan Demi Dzāt yang jiwa Abū Hurairah ada di tangan-Nya, sesungguhnya dasarnya neraka itu dapat dicapai dengan perjalanan tujuh puluh tahun lamanya.”
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ada.