Shahih Muslim no.216 s.d 219 – Wajibnya Beriman Dengan Risalah Nabi S.A.W.

79 (145). Wajibnya Beriman Dengan Risalah Nabi s.a.w.

صحيح مسلم ٢١٧: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ أَبِيْ سَعِيْدٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ مَا مِنَ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا قَدْ أُعْطِيَ مِنْ الْآيَاتِ مَا مِثْلُهُ آمَنَ عَلَيْهِ الْبَشَرُ وَ إِنَّمَا كَانَ الَّذِيْ أُوْتِيْتُ وَحْيًا أَوْحَى اللهُ إِلَيَّ فَأَرْجُوْ أَنْ أَكُوْنَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

Shaḥīḥ Muslim 217: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa‘īd telah menceritakan kepada kami Laits dari Sa‘īd bin Abī Sa‘īd dari bapaknya dari Abū Hurairah bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah setiap Nabi melainkan dia pasti diberi tanda (sebagai bukti kenabian mereka) semisalnya, yang mana manusia beriman kepadanya. Sedangkan yang diberikan kepadaku hanyalah wahyu yang diturunkan oleh Allah. Oleh karena itu, aku berharap menjadi nabi yang paling banyak pengikutnya (dibandingkan dengan) mereka pada Hari Kiamat.

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 4598, 6732; MA: 629, 8135, 9452.

صحيح مسلم ٢١٨: حَدَّثَنِيْ يُوْنُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ وَ أَخْبَرَنِيْ عَمْرٌو أَنَّ أَبَا يُوْنُسَ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ وَ الَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هذِهِ الْأُمَّةِ يَهُوْدِيٌّ وَ لَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوْتُ وَ لَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ.

Shaḥīḥ Muslim 218: Telah menceritakan kepada kami Yūnus bin ‘Abd-ul-A‘lā telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku ‘Amru bahwa Abū Yūnus telah menceritakan kepadanya, dari Abū Hurairah dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda: “Demi Dzāt yang jiwa Muḥammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka.

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: MA: 7856, 8255.

صحيح مسلم ٢١٩: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ عَنْ صَالِحِ بْنِ صَالِحٍ الْهَمْدَانِيِّ عَنِ الشَّعْبِيِّ قَالَ رَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ خُرَاسَانَ سَأَلَ الشَّعْبِيَّ فَقَالَ يَا أَبَا عَمْرٍو إِنَّ مَنْ قِبَلَنَا مِنْ أَهْلِ خُرَاسَانَ يَقُوْلُوْنَ فِي الرَّجُلِ إِذَا أَعْتَقَ أَمَتَهُ ثُمَّ تَزَوَّجَهَا فَهُوَ كَالرَّاكِبِ بَدَنَتَهُ فَقَالَ الشَّعْبِيُّ حَدَّثَنِيْ أَبُوْ بُرْدَةَ بْنُ أَبِيْ مُوْسَى عَنْ أَبِيْهِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ ثَلَاثَةٌ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمَنَ بِنَبِيِّهِ وَ أَدْرَكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَآمَنَ بِهِ وَ اتَّبَعَهُ وَ صَدَّقَهُ فَلَهُ أَجْرَانِ وَ عَبْدٌ مَمْلُوْكٌ أَدَّى حَقَّ اللهِ تَعَالَى وَ حَقَّ سَيِّدِهِ فَلَهُ أَجْرَانِ وَ رَجُلٌ كَانَتْ لَهُ أَمَةٌ فَغَذَّاهَا فَأَحْسَنَ غِذَاءَهَا ثُمَّ أَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ أَدَبَهَا ثُمَّ أَعْتَقَهَا وَ تَزَوَّجَهَا فَلَهُ أَجْرَانِ ثُمَّ قَالَ الشَّعْبِيُّ لِلْخُرَاسَانِيِّ خُذْ هذَا الْحَدِيْثَ بِغَيْرِ شَيْءٍ فَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يَرْحَلُ فِيْمَا دُوْنَ هذَا إِلَى الْمَدِيْنَةِ وَ حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ ح وَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِيْ عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ ح وَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِيْ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ كُلُّهُمْ عَنْ صَالِحِ بْنِ صَالِحٍ بِهذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ.

Shaḥīḥ Muslim 219: Telah menceritakan kepada kami Yaḥyā bin Yaḥyā telah mengabarkan kepada kami Husyaim dari Shāliḥ bin Shāliḥ al-Hamdānī dari asy-Sya‘bī dia berkata: “Saya melihat seorang laki-laki penduduk Khurāsān bertanya kepada asy-Sya‘bī, ia tanyakan: “Wahai Abū ‘Amru, orang-orang sebelum kami dari penduduk Khurāsān berkata tentang seorang laki-laki yang membebaskan budak wanitanya kemudian menikahinya, maka laki-laki itu seperti orang yang mengendarai untanya?” Lalu asy-Sya‘bī menjawab: “Abū Burdah bin Abī Mūsā telah menceritakan kepadaku, dari ayahnya, dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Ada tiga orang manusia yang diberi pahala dua kali lipat: seorang lelaki Ahli Kitab yang beriman kepada nabinya, ketika ia berjumpa Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam kemudian beriman kepadanya, mengikuti dan membenarkannya, maka dia mendapat dua pahala. Kedua, seorang hamba sahaya yang menunaikan kewajibannya terhadap Allah dan kewajibannya terhadap tuannya, maka dia juga mendapat dua pahala. Ketiga, ialah seseorang yang mempunyai hamba sahaya perempuan, dia memberinya makan dengan baik, mendidiknya dengan sebaik-baik pendidikan, lalu memerdekakan dan menikahinya, maka dia juga mendapat dua pahala.” Kemudian asy-Sya‘bī berkata kepada orang Khurāsān itu: “Ambilah hadits ini dengan cuma-cuma (geratis), sungguh orang-orang dahulu melakukan perjalanan hingga Madīnah untuk sesuatu (mendapatkan hadits) yang kurang dari ini.” Dan telah menceritakan kepada kami Abū Bakar bin Abī Syaibah telah menceritakan kepada kami ‘Abdah bin Sulaimān. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Abī ‘Umar telah menceritakan kepada kami Sufyān. (dalam jalur lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullāh bin Mu‘ādz telah menceritakan kepada kami ayahku telah menceritakan kepada kami Syu‘bah seluruhnya dari Shāliḥ bin Shāliḥ dengan isnād ini, seperti hadits tersebut.”

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 95; SN: 3292; MA: 18808; SD: 2146.