72 (138). Pemimpin Yang Menipu Rakyatnya Berhak Mendapat Neraka.
صحيح مسلم ٢٠٣: حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوْخَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَشْهَبِ عَنِ الْحَسَنِ قَالَ عَادَ عُبَيْدُ اللهِ بْنُ زِيَادٍ مَعْقِلَ بْنَ يَسَارٍ الْمُزنِيَّ فِيْ مَرَضِهِ الَّذِيْ مَاتَ فِيْهِ قَالَ مَعْقِلٌ إِنِّيْ مُحَدِّثُكَ حَدِيْثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لَوْ عَلِمْتُ أَنَّ لِيْ حَيَاةً مَا حَدَّثْتُكَ إِنِّيْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيْهِ اللهُ رَعِيَّةً يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ وَ هُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ.
Shaḥīḥ Muslim 203: Telah menceritakan kepada kami Syaibān bin Farrūkh telah menceritakan kepada kami Abū-l-Asyhāb dari al-Ḥasan dia berkata: “‘Ubaidullāh bin Ziyād mengunjungi Ma‘qil bin Yasār al-Muzanī yang sedang sakit dan menyebabkan kematiannya. Ma‘qil lalu berkata: “Sungguh, aku ingin menceritakan kepadamu sebuah hadits yang aku pernah mendengarnya dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, sekiranya aku mengetahui bahwa aku (masih) memiliki kehidupan, niscaya aku tidak akan menceritakannya. Sesunguhnya aku mendengar Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa diberi beban oleh Allah untuk memimpin rakyatnya lalu mati dalam keadaan menipu rakyat, niscaya Allah mengharamkan Surga atasnya.”
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: SM: 3409; SD: 2676.
صحيح مسلم ٢٠٤: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا يَزِيْدُ بْنُ زُرَيْعٍ عَنْ يُوْنُسَ عَنِ الْحَسَنِ قَالَ دَخَلَ عُبَيْدُ اللهِ بْنُ زِيَادٍ عَلَى مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ وَ هُوَ وَجِعٌ فَسَأَلَهُ فَقَالَ إِنِّيْ مُحَدِّثُكَ حَدِيْثًا لَمْ أَكُنْ حَدَّثْتُكَهُ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ لَا يَسْتَرْعِي اللهُ عَبْدًا رَعِيَّةً يَمُوْتُ حِيْنَ يَمُوْتُ وَ هُوَ غَاشٌّ لَهَا إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ. قَالَ أَلَّا كُنْتَ حَدَّثْتَنِيْ هذَا قَبْلَ الْيَوْمِ قَالَ مَا حَدَّثْتُكَ أَوْ لَمْ أَكُنْ لَأُحَدِّثَكَ وَ حَدَّثَنِيْ الْقَاسِمُ بْنُ زَكَرِيَّاءَ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ يَعْنِي الْجُعْفِيَّ عَنْ زَائِدَةَ عَنْ هِشَامٍ قَالَ قَالَ الْحَسَنُ كُنَّا عِنْدَ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ نَعُوْدُهُ فَجَاءَ عُبَيْدُ اللهِ بْنُ زِيَادٍ فَقَالَ لَهُ مَعْقِلٌ إِنِّيْ سَأُحَدِّثُكَ حَدِيْثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ثُمَّ ذَكَرَ بِمَعْنَى حَدِيْثِهِمَا.
Shaḥīḥ Muslim 204: Telah menceritakan kepada kami Yaḥyā bin Yaḥyā telah mengabarkan kepada kami Yazīd bin Zurai‘ dari Yūnus dari al-Ḥasan dia berkata: “‘Ubaidullāh bin Ziyād mengunjungi Ma‘qal bin Yasār yang sedang sakit, ‘Ubaidullāh kemudian meminta sebuah hadits, maka Ma‘qil pun berkata: “Aku akan menyampaikan sebuah hadits yang belum pernah aku sampaikan kepadamu. Sesungguhnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah Allah ta‘ālā menyerahkan suatu urusan rakyat kepada seorang hamba lalu ketika menjelang ajalnya dia masih saja berkhianat kepadanya melainkan Allah pasti akan mengharamkan surga atasnya.” ‘Ubaidullāh berkata: “Bukankah kemarin kamu telah menyampaikan hadits ini kepadaku?” Ma‘qil menjawab: “Aku belum pernah menyampaikan hadits ini kepadamu.” Dan telah menceritakan kepadaku al-Qāsim bin Zakariyyā telah menceritakan kepada kami Ḥusain -yakni al-Ja‘fī- dari Zā’idah dari Hisyām dia berkata, al-Ḥasan berkata: “Ketika kami sedang menjenguk Ma‘qil bin Yasār, datanglah ‘Ubaidullāh bin Ziyād. Ma‘qil lalu berkata kepadanya: “Aku akan menyampaikan sebuah hadits yang aku dengar dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam….kemudian dia menyebutkan sebuah hadits yang semakna dengan hadits mereka berdua.”
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: MA: 19408.
صحيح مسلم ٢٠٥: وَ حَدَّثَنَا أَبُوْ غَسَّانَ الْمِسْمَعِيُّ وَ مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَ إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ قَالَ إِسْحَاقُ أَخْبَرَنَا وَ قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ قَالَ حَدَّثَنِيْ أَبِيْ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَبِي الْمَلِيْحِ أَنَّ عُبَيْدَ اللهِ بْنَ زِيَادٍ عَادَ مَعْقِلَ بْنَ يَسَارٍ فِيْ مَرَضِهِ فَقَالَ لَهُ مَعْقِلٌ إِنِّيْ مُحَدِّثُكَ بِحَدِيْثٍ لَوْلَا أَنِّيْ فِي الْمَوْتِ لَمْ أُحَدِّثْكَ بِهِ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ مَا مِنْ أَمِيْرٍ يَلِيْ أَمْرَ الْمُسْلِمِيْنَ ثُمَّ لَا يَجْهَدُ لَهُمْ وَ يَنْصَحُ إِلَّا لَمْ يَدْخُلْ مَعَهُمْ الْجَنَّةَ.
Shaḥīḥ Muslim 205: Dan telah menceritakan kepada kami Abū Ghassān al-Misma‘ī dan Muḥammad bin al-Mutsannā serta Isḥāq bin Ibrāhīm, Isḥāq berkata: Telah mengabarkan kepada kami, sedangkan dua orang lainnya berkata; telah menceritakan kepada kami Mu‘ādz bin Hisyām dia berkata: Telah menceritakan kepadaku bapakku dari Qatādah dari Abū-l-Malīḥ, bahwa ‘Ubaidullāh bin Ziyād mengunjungi Ma‘qil bin Yasār ketika ia sedang sakit, Ma‘qil kemudian berkata kepadanya: “Sesungguhnya aku menceritakan kepadamu sebuah hadits, kalau bukan karena saya berada di ambang kematian, niscaya aku tidak menceritakannya kepadamu. Saya mendengar Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak seorang pemimpin pun yang mengurusi perkara kaum muslimin, kemudian dia tidak bersungguh-sungguh bekerja untuk mereka dan menasihatinya, kecuali pasti tidak akan masuk surga bersama mereka.”
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: SM: 3410.