63 (129). Islam, Haji Dan Hijrah Akan Meleburkan Dosa Sebelumnya.
صحيح مسلم ١٧٣: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى الْعَنَزِيُّ وَ أَبُوْ مَعْنٍ الرَّقَاشِيُّ وَ إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُوْرٍ كُلُّهُمْ عَنْ أَبِيْ عَاصِمٍ وَ اللَّفْظُ لِابْنِ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا الضَّحَّاكُ يَعْنِيْ أَبَا عَاصِمٍ قَالَ أَخْبَرَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ قَالَ حَدَّثَنِيْ يَزِيْدُ بْنُ أَبِيْ حَبِيْبٍ عَنِ ابْنِ شِمَاسَةَ الْمَهْرِيِّ قَالَ
حَضَرْنَا عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ وَ هُوَ فِيْ سِيَاقَةِ الْمَوْتِ فَبَكَى طَوِيْلًا وَ حَوَّلَ وَجْهَهُ إِلَى الْجِدَارِ فَجَعَلَ ابْنُهُ يَقُوْلُ يَا أَبَتَاهُ أَمَا بَشَّرَكَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بِكَذَا أَمَا بَشَّرَكَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بِكَذَا قَالَ فَأَقْبَلَ بِوَجْهِهِ فَقَالَ إِنَّ أَفْضَلَ مَا نُعِدُّ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ إِنِّيْ كُنْتُ عَلَى أَطْبَاقٍ ثَلَاثٍ لَقَدْ رَأَيْتُنِيْ وَ مَا أَحَدٌ أَشَدَّ بُغْضًا لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مِنِّيْ وَ لَا أَحَبَّ إِلَيَّ أَنْ أَكُوْنَ قَدْ اسْتَمْكَنْتُ مِنْهُ فَقَتَلْتُهُ فَلَوْ مُتُّ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ لَكُنْتُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلَمَّا جَعَلَ اللهُ الْإِسْلَامَ فِيْ قَلْبِيْ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقُلْتُ ابْسُطْ يَمِيْنَكَ فَلْأُبَايِعْكَ فَبَسَطَ يَمِيْنَهُ قَالَ فَقَبَضْتُ يَدِيْ قَالَ مَا لَكَ يَا عَمْرُو قَالَ قُلْتُ أَرَدْتُ أَنْ أَشْتَرِطَ قَالَ تَشْتَرِطُ بِمَاذَا قُلْتُ أَنْ يُغْفَرَ لِيْ قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الْإِسْلَامَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ وَ أَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلِهَا وَ أَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ وَ مَا كَانَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ لَا أَجَلَّ فِيْ عَيْنِيْ مِنْهُ وَ مَا كُنْتُ أُطِيْقُ أَنْ أَمْلَأَ عَيْنَيَّ مِنْهُ إِجْلَالًا لَهُ وَ لَوْ سُئِلْتُ أَنْ أَصِفَهُ مَا أَطَقْتُ لِأَنِّيْ لَمْ أَكُنْ أَمْلَأُ عَيْنَيَّ مِنْهُ وَ لَوْ مُتُّ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ لَرَجَوْتُ أَنْ أَكُوْنَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ثُمَّ وَلِيْنَا أَشْيَاءَ مَا أَدْرِيْ مَا حَالِيْ فِيْهَا فَإِذَا أَنَا مُتُّ فَلَا تَصْحَبْنِيْ نَائِحَةٌ وَ لَا نَارٌ فَإِذَا دَفَنْتُمُوْنِيْ فَشُنُّوْا عَلَيَّ التُّرَابَ شَنًّا ثُمَّ أَقِيْمُوْا حَوْلَ قَبْرِيْ قَدْرَ مَا تُنْحَرُ جَزُوْرٌ وَ يُقْسَمُ لَحْمُهَا حَتَّى أَسْتَأْنِسَ بِكُمْ وَ أَنْظُرَ مَاذَا أُرَاجِعُ بِهِ رُسُلَ رَبِّيْ.
Shaḥīḥ Muslim 173: Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin al-Mutsannā al-‘Anazī dan Abū Ma‘n ar-Raqasyī serta Isḥāq bin Manshūr semuanya dari Abū ‘Āshim dan lafazh tersebut milik Ibn-ul-Mutsannā, telah menceritakan kepada kami adh-Dhaḥḥāk -yaitu Abū ‘Āshim- dia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Ḥaiwah bin Syuraiḥ dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yazīd bin Abū Ḥabīb dari Ibnu Syimasah al-Mahrī dia berkata: “Kami menghadiri ‘Amru bin al-‘Āsh, sementara dia sedang memandikan orang yang meninggal, lalu dia menangis lama dan memalingkan wajahnya ke tembok, maka mulailah anaknya berkata: “Wahai bapakku, tidakkah Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam memberikan kabar gembira kepadamu dengan hal demikian, tidakkah Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam memberikan kabar gembira kepadamu dengan hal demikian.” Perawi berkata: “Maka dia (Amru bin al-‘Ash-ed.) menghadap dengan wajahnya seraya berkata: “Sesungguhnya sesuatu yang paling utama yang kita anggap adalah persaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah, dan bahwa Muḥammad utusan Allah, sesungguhnya aku berada pada tiga keadaan; saya telah melihat diriku, namun tidak ada seorang pun yang lebih membenci Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam daripadaku, dan tidak ada sesuatu yang lebih aku sukai daripada aku dekat dengan beliau, sehingga aku bisa membunuhnya, kalau seandainya aku meninggal dalam keadaan tersebut niscaya aku termasuk pengguhi neraka. Ketika Allah menjadikan Islam di dalam hatiku, maka aku mendatangi Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan kukatakan: “Bentangkan tangan kananmu, maka aku akan membaiatmu”, maka beliau membentangkan tangan kanannya.” ‘Amru bin al-‘Āsh berkata: “Lalu aku memegang tanganku”. Beliau bertanya: “Ada apa denganmu wahai ‘Amru?” Aku menjawab: “Aku ingin memberikan persyaratan.” Beliau bersabda: “Kamu meminta syarat apa?” Aku menjawab: “Dengan syarat aku diampuni.” Beliau bersabda: “Apakah kamu tidak tahu bahwa Islam telah menghapuskan dosa yang telah terdahulu, dan bahwa hijrah juga menghapuskan dosa yang terdahulu, dan haji juga menghapuskan dosa yang terdahulu.” Dan tidak ada seorang pun yang lebih saya cintai daripada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, dan tidak ada yang lebih jelas pada mataku daripada beliau, dan aku tidak mampu untuk memenuhi kedua mataku (dengan sesuatupun) daripada beliau karena pengagungan kepada beliau, kalau aku diminta untuk menggambarkannya, niscaya aku tidak mampu, karena aku belum memenuhi mataku dari beliau. Dan kalau aku mati pada kondisi itu, niscaya aku berharap menjadi salah seorang penduduk surga. Kemudian kami melalui sesuatu yang mana aku tidak mengetahui apa keadaanku di dalamnya, maka apabila aku meninggal, maka janganlah wanita yang menangis meraung-raung menemaniku, dan tidak pula api. Apabila kalian menguburkanku maka taburkanlah tanah padaku, kemudian berdirilah kalian di sekitar kuburanku sekitar jarak unta disembelih dan dibagikan dagingnya, hingga aku mendengar kalian dan melihat apa yang dibawa utusan Rabbku.”
Derajat: Ijma‘ ‘Ulama’: Shaḥīḥ.
Pembanding: MA: 17109, 17145.
صحيح مسلم ١٧٤: حَدَّثَنِيْ مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ مَيْمُوْنٍ وَ إِبْرَاهِيْمُ بْنُ دِيْنَارٍ وَ اللَّفْظُ لِإِبْرَاهِيْمَ قَالَا حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ وَ هُوَ ابْنُ مُحَمَّدٍ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِيْ يَعْلَى بْنُ مُسْلِمٍ أَنَّهُ سَمِعَ سَعِيْدَ بْنَ جُبَيْرٍ يُحَدِّثُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَهْلِ الشِّرْكِ قَتَلُوْا فَأَكْثَرُوْا وَ زَنَوْا فَأَكْثَرُوْا ثُمَّ أَتَوْا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالُوْا إِنَّ الَّذِيْ تَقُوْلُ وَ تَدْعُوْ لَحَسَنٌ وَ لَوْ تُخْبِرُنَا أَنَّ لِمَا عَمِلْنَا كَفَّارَةً فَنَزَلَ { وَ الَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ وَ لَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَ لَا يَزْنُوْنَ وَ مَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ يَلْقَ أَثَامًا }وَ نَزَلَ{ يَا عِبَادِيَ الَّذِيْنَ أَسْرَفُوْا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ }.
Shaḥīḥ Muslim 174: Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin Ḥātim bin Maimūn dan Ibrāhīm bin Dīnār dan lafazh tersebut milik Ibrāhīm, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Ḥajjāj -yaitu Ibnu Muḥammad- dari Ibnu Juraij dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Ya‘lā bin Muslim bahwa dia mendengar Sa‘īd bin Jubair menceritakan dari Ibnu ‘Abbās bahwa orang-orang dari kaum musyrikin melakukan pembunuhan, dan hal itu semakin merajalela, dan mereka melakukan perzinahan, dan hal itupun semakin merajalela. Kemudian mereka mendatangi Nabi Muḥammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Sungguh sesuatu yang selalu engkau katakan dan engkau serukan adalah baik adanya, sekiranya engkau mengabarkan kepada kami bahwa amalan-amalan jelek yang telah kami perbuat dapat terhapus, maka turunlah ayat: “(Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya))” (Qs. al-Furqān: 68). Lalu turunlah ayat: “(Katakanlah, ‘Hai hamba-hambaKu yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah)” (Qs. az-Zumar: 53).
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ada.