صحيح مسلم ١٣٩: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رُمْحٍ وَ اللَّفْظُ مُتَقَارِبٌ أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيْدَ اللَّيْثِيِّ عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عَدِيِّ بْنِ الْخِيَارِ عَنْ الْمِقْدَادِ بْنِ الْأَسْوَدِ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ لَقِيتُ رَجُلًا مِنْ الْكُفَّارِ فَقَاتَلَنِيْ فَضَرَبَ إِحْدَى يَدَيَّ بِالسَّيْفِ فَقَطَعَهَا ثُمَّ لَاذَ مِنِّيْ بِشَجَرَةٍ فَقَالَ أَسْلَمْتُ للهِ أَفَأَقْتُلُهُ يَا رَسُوْلَ اللهِ بَعْدَ أَنْ قَالَهَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لَا تَقْتُلْهُ قَالَ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّهُ قَدْ قَطَعَ يَدِيْ ثُمَّ قَالَ ذلِكَ بَعْدَ أَنْ قَطَعَهَا أَفَأَقْتُلُهُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لَا تَقْتُلْهُ فَإِنْ قَتَلْتَهُ فَإِنَّهُ بِمَنْزِلَتِكَ قَبْلَ أَنْ تَقْتُلَهُ وَ إِنَّكَ بِمَنْزِلَتِهِ قَبْلَ أَنْ يَقُوْلَ كَلِمَتَهُ الَّتِيْ قَالَ
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ وَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالَا أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ ح وَ حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مُوْسَى الْأَنْصَارِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيْدُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ ح وَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ جَمِيْعًا عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهذَا الْإِسْنَادِ أَمَّا الْأَوْزَاعِيُّ وَ ابْنُ جُرَيْجٍ فَفِيْ حَدِيْثِهِمَا قَالَ أَسْلَمْتُ للهِ كَمَا قَالَ اللَّيْثُ فِيْ حَدِيْثِهِ وَ أَمَّا مَعْمَرٌ فَفِيْ حَدِيْثِهِ فَلَمَّا أَهْوَيْتُ لِأَقْتُلَهُ قَالَ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ حَدَّثَنِيْ حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِيْ يُوْنُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ حَدَّثَنِيْ عَطَاءُ بْنُ يَزِيْدَ اللَّيْثِيُّ ثُمَّ الْجُنْدَعِيُّ أَنَّ عُبَيْدَ اللهِ بْنَ عَدِيِّ بْنِ الْخِيَارِ أَخْبَرَهُ أَنَّ الْمِقْدَادَ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْأَسْوَدِ الْكِنْدِيَّ وَ كَانَ حَلِيْفًا لِبَنِيْ زُهْرَةَ وَ كَانَ مِمَّنْ شَهِدَ بَدْرًا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ لَقِيْتُ رَجُلًا مِنَ الْكُفَّارِ ثُمَّ ذَكَرَ بِمِثْلِ حَدِيْثِ اللَّيْثِ.
Shaḥīḥ Muslim 139: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa‘īd telah menceritakan kepada kami Laits. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin Rumḥ dan lafazh tersebut saling berdekatan kemiripannya. Telah mengabarkan kepada kami Laits dari Ibnu Syihāb dari ‘Athā’ bin Yazīd al-Laitsī dari ‘Ubaidullāh bin ‘Adī bin al-Khiyār dari al-Miqdād bin al-Aswad bahwa dia mengabarkan kepadanya, bahwa dia berkata: “Wahai Rasūlullāh, apa pendapatmu seandainya aku berjumpa dengan seorang lelaki dari golongan orang-orang kafir, lalu mereka menyerangku dan memotong salah satu dari tanganku dengan pedangnya. Kemudian dia lari dariku dan berlindung di balik sepohon kayu”, lalu orang yang melakukan itu berkata: “Aku menyerahkan diri karena Allah. Wahai Rasūlullāh, apakah aku boleh membunuhnya setelah dia mengucapkan ungkapan itu (tauhid)?” Rasūlullāh bersabda: “Janganlah kamu membunuhnya.” Miqdād membantah: “Wahai Rasūlullāh! Lelaki itu telah memotong tanganku, dan setelah memotongnya ia (sengaja) mengucapkannya! Apakah aku boleh membunuhnya?” Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Janganlah kamu membunuhnya, seandainya kamu membunuh lelaki itu, maka sungguh dia seperti kamu sebelum kamu membunuhnya, sedangkan kamu berkedudukan sepertinya sebelum dia mengucapkan perkataan tersebut (maksudnya kafir).” Telah menceritakan kepada kami Isḥāq bin Ibrāhīm dan ‘Abd bin Ḥumaid keduanya berkata: Telah mengabarkan kepada kami ‘Abd-ur-Razzāq dia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Ma‘mar. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Isḥāq bin Mūsā al-Anshārī telah menceritakan kepada kami al-Walīd bin Muslim dari al-Auzā‘ī. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin Rāfi‘ telah menceritakan kepada kami ‘Abd-ur-Razzāq telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij semuanya dari az-Zuhrī dengan sanad ini. Adapun al-Auzā‘ī dan Ibnu Juraij, maka dalam hadits keduanya dia berkata: “Saya menyerahkan diri kepada Allah” sebagaimana dikatakan al-Laits dalam haditsnya. Adapun Ma‘mar, maka dalam haditsnya disebutkan: “Ketika aku berkehendak untuk membunuhnya, maka dia berkata: “Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah”.” Dan telah menceritakan kepada kami Ḥarmalah bin Yaḥyā telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Yūnus dari Ibnu Syihāb dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku ‘Athā’ bin Yazīd al-Laitsī al-Junda‘ī bahwa ‘Abdullāh bin ‘Adī bin al-Khiyār telah mengabarkan kepadanya, bahwa al-Miqdād bin ‘Amru bin al-Aswad al-Kindī -dia adalah sekutu bani Zuhrah, dan dia termasuk sahabat yang ikut perang Badar bersama Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam- dia berkata: “Wahai Rasūlullāh, apa pendapatmu jika aku bertemu seorang laki-laki dari kalangan kafir?” Kemudian dia menyebutkan sebagaimana hadits al-Laits.”
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: SB: 6358; MA: 22700, 22713.
صحيح مسلم ١٤٠: حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُوْ خَالِدٍ الْأَحْمَرُ ح وَ حَدَّثَنَا أَبُوْ كُرَيْبٍ وَ إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ عَنْ أَبِيْ مُعَاوِيَةَ كِلَاهُمَا عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِيْ ظِبْيَانَ عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ وَ هذَا حَدِيْثُ ابْنِ أَبِيْ شَيْبَةَ قَالَ بَعَثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِيْ سَرِيَّةٍ فَصَبَّحْنَا الْحُرَقَاتِ مِنْ جُهَيْنَةَ فَأَدْرَكْتُ رَجُلًا فَقَالَ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ فَطَعَنْتُهُ فَوَقَعَ فِيْ نَفْسِيْ مِنْ ذلِكَ فَذَكَرْتُهُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَقَالَ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ قَتَلْتَهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّمَا قَالَهَا خَوْفًا مِنَ السِّلَاحِ قَالَ أَفَلَا شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لَا فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا عَلَيَّ حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّيْ أَسْلَمْتُ يَوْمَئِذٍ قَالَ فَقَالَ سَعْدٌ وَ أَنَا وَاللهِ لَا أَقْتُلُ مُسْلِمًا حَتَّى يَقْتُلَهُ ذُو الْبُطَيْنِ يَعْنِيْ أُسَامَةَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ أَلَمْ يَقُلْ اللهُ { وَ قَاتِلُوْهُمْ حَتَّى لَا تَكُوْنَ فِتْنَةٌ وَ يَكُوْنَ الدِّيْنُ كُلُّهُ للهِ } فَقَالَ سَعْدٌ قَدْ قَاتَلْنَا حَتَّى لَا تَكُوْنَ فِتْنَةٌ وَ أَنْتَ وَ أَصْحَابُكَ تُرِيْدُوْنَ أَنْ تُقَاتِلُوْا حَتَّى تَكُوْنُ فِتْنَةٌ.
Shaḥīḥ Muslim 140: Telah menceritakan kepada kami Abū Bakar bin Abī Syaibah telah menceritakan kepada kami Abū Khālid al-Aḥmar. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Abū Kuraib dan Isḥāq bin Ibrāhīm dari Abū Mu‘āwiyah keduanya dari al-A‘masy dari Abū Dhibyān dari Usāmah bin Zaid dan ini hadits Ibnu Abī Syaibah, dia berkata: “Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengutuskan kami dalam suatu pasukan. Suatu pagi kami sampai di al-Ḥuruqāt, yakni suatu tempat di daerah Juhainah. Kemudian aku berjumpa seorang lelaki, lelaki tersebut lalu mengucapkan LĀ ILĀHA ILLĀ ALLĀHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah), namun aku tetap menikamnya. Lalu aku merasa ada ganjalan dalam diriku karena hal tersebut, sehingga kejadian tersebut aku ceritakan kepada Rasūlullāh. Rasūlullāh lalu bertanya: “Kenapa kamu membunuh orang yang telah mengucapkan Laa Ilaaha Illallah?” Aku menjawab: “Wahai Rasūlullāh! Sesungguhnya lelaki itu mengucap demikian karena takutkan ayunan pedang.” Rasūlullāh bertanya lagi: “Sudahkah kamu membelah dadanya sehingga kamu tahu dia benar-benar mengucapkan Kalimah Syahadat atau tidak?” Rasūlullāh terus mengulangi pertanyaan itu kepadaku hingga menyebabkan aku berandai-andai bahwa aku baru masuk Islam saat itu.” Usāmah menceritakan lagi: “Sa‘d telah berkata: “Demi Allah, aku tidak akan membunuh seorang muslim, hingga dia telah dibunuh oleh orang yang mempunyai perut yang kecil, yaitu Usāmah.” Usāmah berkata lagi: “Seorang lelaki telah bertanya: “Tidakkah Allah telah berfirman: “(Dan perangilah mereka, sehingga tiada lagi fitnah, dan jadikanlah agama itu semata-mata karena Allah)” (Qs. al-Anfāl: 38). Maka Sa‘d menjawab: “Sesungguhnya kami memerangi mereka supaya tidak berlaku fitnah, tetapi kamu dan para Sahabat kamu memerangi mereka, untuk menimbulkan fitnah.”
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: MA: 20750.
صحيح مسلم ١٤١: حَدَّثَنَا يَعْقُوْبُ الدَّوْرَقِيُّ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا حُصَيْنٌ حَدَّثَنَا أَبُوْ ظِبْيَانَ قَالَ سَمِعْتُ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدِ بْنِ حَارِثَةَ يُحَدِّثُ قَالَ بَعَثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِلَى الْحُرَقَةِ مِنْ جُهَيْنَةَ فَصَبَّحْنَا الْقَوْمَ فَهَزَمْنَاهُمْ وَ لَحِقْتُ أَنَا وَ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ رَجُلًا مِنْهُمْ فَلَمَّا غَشِيْنَاهُ قَالَ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ فَكَفَّ عَنْهُ الْأَنْصَارِيَّ وَ طَعَنْتُهُ بِرُمْحِيْ حَتَّى قَتَلْتُهُ قَالَ فَلَمَّا قَدِمْنَا بَلَغَ ذلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ لِيْ يَا أُسَامَةُ أَقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّمَا كَانَ مُتَعَوِّذًا قَالَ فَقَالَ أَقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا عَلَيَّ حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّيْ لَمْ أَكُنْ أَسْلَمْتُ قَبْلَ ذلِكَ الْيَوْمِ.
Shaḥīḥ Muslim 141: Telah menceritakan kepada kami Ya‘qūb ad-Dauraqī telah menceritakan kepada kami Husyaim telah mengabarkan kepada kami Ḥushain telah menceritakan kepada kami Abū Dhibyān dia berkata, aku mendengar Usāmah bin Zaid bin Ḥāritsah menceritakan, dia berkata: “Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam telah mengutus kami ke al-Ḥuraqah, salah satu daerah Juhainah. Lalu saat pagi hari kami menyerang mereka hingga dapat mengalahkannya, setelah itu aku dan seorang laki-laki Anshār bertemu dengan seorang laki-laki dari mereka. Ketika kami mendekatinya, maka dia mengucapkan: “LĀ ILĀHA ILLĀ ALLĀHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah). Maka laki-laki Anshār itu menahan diri untuk tidak membunuhnya, sedangkan aku menusuknya dengan tombakku, hingga aku membunuhnya”. Usāmah berkata: “Ketika kami sampai, maka peristiwa itu sampai pada Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka beliau berkata kepadaku: “Wahai Usāmah, apakah kamu membunuhnya setelah dia mengucapkan, “LĀ ILĀHA ILLĀ ALLĀHU (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah)?” Aku menjawab: “Wahai Rasūlullāh, dia mengucapkan hal tersebut hanya sebagai tameng.” Perawi berkata: “Rasūlullāh bersabda: “Apakah kamu membunuhnya setalah dia mengucapkan kalimat tersebut?” Usāmah menjawab: “Dan beliau masih saja mengulanginya atasku hingga aku berandai-andai bahwa aku belum masuk Islam pada saat itu”.”
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: SB: 3935, 6364; MA: 20750.
صحيح مسلم ١٤٢: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ خِرَاشٍ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَاصِمٍ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ قَالَ سَمِعْتُ أَبِيْ يُحَدِّثُ أَنَّ خَالِدًا الْأَثْبَجَ ابْنَ أَخِيْ صَفْوَانَ بْنِ مُحْرِزٍ حَدَّثَ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ مُحْرِزٍ أَنَّهُ حَدَّثَ
أَنَّ جُنْدَبَ بْنَ عَبْدِ اللهِ الْبَجَلِيَّ بَعَثَ إِلَى عَسْعَسِ بْنِ سَلَامَةَ زَمَنَ فِتْنَةِ ابْنِ الزُّبَيْرِ فَقَالَ اجْمَعْ لِيْ نَفَرًا مِنْ إِخْوَانِكَ حَتَّى أُحَدِّثَهُمْ فَبَعَثَ رَسُوْلًا إِلَيْهِمْ فَلَمَّا اجْتَمَعُوْا جَاءَ جُنْدَبٌ وَ عَلَيْهِ بُرْنُسٌ أَصْفَرُ فَقَالَ تَحَدَّثُوْا بِمَا كُنْتُمْ تَحَدَّثُوْنَ بِهِ حَتَّى دَارَ الْحَدِيْثُ فَلَمَّا دَارَ الْحَدِيْثُ إِلَيْهِ حَسَرَ الْبُرْنُسَ عَنْ رَأْسِهِ فَقَالَ إِنِّيْ أَتَيْتُكُمْ وَ لَا أُرِيْدُ أَنْ أُخْبِرَكُمْ عَنْ نَبِيِّكُمْ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بَعَثَ بَعْثًا مِنْ الْمُسْلِمِيْنَ إِلَى قَوْمٍ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ وَ إِنَّهُمْ الْتَقَوْا فَكَانَ رَجُلٌ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِذَا شَاءَ أَنْ يَقْصِدَ إِلَى رَجُلٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ قَصَدَ لَهُ فَقَتَلَهُ وَ إِنَّ رَجُلًا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ قَصَدَ غَفْلَتَهُ قَالَ وَ كُنَّا نُحَدَّثُ أَنَّهُ أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ فَلَمَّا رَفَعَ عَلَيْهِ السَّيْفَ قَالَ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ فَقَتَلَهُ فَجَاءَ الْبَشِيْرُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَسَأَلَهُ فَأَخْبَرَهُ حَتَّى أَخْبَرَهُ خَبَرَ الرَّجُلِ كَيْفَ صَنَعَ فَدَعَاهُ فَسَأَلَهُ فَقَالَ لِمَ قَتَلْتَهُ قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَوْجَعَ فِي الْمُسْلِمِيْنَ وَ قَتَلَ فُلَانًا وَ فُلَانًا وَ سَمَّى لَهُ نَفَرًا وَ إِنِّيْ حَمَلْتُ عَلَيْهِ فَلَمَّا رَأَى السَّيْفَ قَالَ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَقَتَلْتَهُ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَكَيْفَ تَصْنَعُ بِلَا إِلهَ إِلَّا اللهُ إِذَا جَاءَتْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ اسْتَغْفِرْ لِيْ قَالَ وَ كَيْفَ تَصْنَعُ بِلَا إِلهَ إِلَّا اللهُ إِذَا جَاءَتْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ فَجَعَلَ لَا يَزِيْدُهُ عَلَى أَنْ يَقُوْلَ كَيْفَ تَصْنَعُ بِلَا إِلهَ إِلَّا اللهُ إِذَا جَاءَتْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Shaḥīḥ Muslim 142: Telah menceritakan kepada kami Aḥmad bin al-Ḥasan bin Khirāsy telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin ‘Āshim telah menceritakan kepada kami Mu‘tamir dia berkata, aku mendengar bapakku menceritakan bahwa Khālid al-Atsbaj putera saudaraku, Shafwān bin Muḥriz, telah menceritakan dari Shafwān bin Muḥriz bahwa ia telah menceritakan, bahwa pada saat fitnah Ibnu Zubair terjadi, Jundab bin ‘Abdullāh al-Bajalī pernah mengirim utusan kepada ‘As‘as bin Salamah seraya berkata: “Kumpulkanlah beberapa orang dari saudara-saudara kalian hingga aku bisa menceritakan suatu kabar kepada mereka. Maka diutuslah salah seorang kepada mereka, dan ketika mereka telah berkumpul, datanglah Jundab dengan memakai penutup kepala berwarna kuning seraya berkata: “Bicarakanlah apa yang selama ini selalu kalian bicarakan”, hingga terjadilah pembicaraan tersebut di antara mereka. Dan ketika telah sampai pembicaraan padanya, dia menyingkap penutup kepalanya dan berkata: “Aku mendatangi kalian, bukan bermaksud untuk menyampaikan kabar dari Nabi kalian. Sesungguhnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus seorang utusan dari kaum muslimin kepada kaum musyrikin. Dan mereka benar-benar berhadap-hadapan sampai-sampai jikalau ada salah seorang dari kaum musyrikin yang ingin mengincar salah seorang dari kaum muslimin untuk dibunuh, niscaya dia bisa membunuhnya, dan demikian pun seorang dari kaum muslimin, dia bisa mengincarnya saat dia lengah.” Dia berkata: “Dan kami saat itu diberitahukan peristiwa Usāmah bin Zaid, yang mana ketika dia telah mengangkat pedangnya, tiba-tiba orang musyrik itu mengucap: “Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah”, namun dia tetap saja membunuhnya. Maka Basyīr pun mendatangi Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk mengadukan dan menanyakan hal itu kepada beliau. Dia menceritakannya kepada beliau dan apa yang diperbuat oleh lelaki tadi. Maka beliau pun memanggil Usāmah dan menanyainya: “Kenapa kamu membunuhnya?” Dia menjawab: “Wahai Rasūlullāh, dia telah melukai kaum muslimin, dia telah membunuh si fulan dan si fulan, dan dia menyebutkan sebuah nama kepadanya, dan sungguh telah menyimpan dendam terhadapnya, namun ketika dia melihat pedangku ini, dia mengucap: “Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah”. Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi: “Apakah kamu yang telah membunuhnya?” Dia menjawabnya: “Ya.” Beliau bertanya lagi: “Lalu apa yang hendak kamu perbuat dengan kalimat, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah’, jika di hari kiamat kelak ia datang (untuk minta pertanggung jawaban) pada hari kiamat nanti?”
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ada.