Shahih Ibnu Khuzaimah Kitab Wudhu – 4 – Dileburnya Dosa Sebab Wudhu’

صَحِيحُ ابْنِ خُزَيْمَةَ
Shaḥīḥ Ibni Khuzaimah.

‏(‏4‏)‏ بَابُ ذِكْرِ حَطِّ الْخَطَايَا بِالْوُضُوْءِ مِنْ غَيْرِ ذِكْرِ صَلَاةٍ تَكُوْنُ بَعْدَهُ

Bab: Dileburnya Dosa-Dosa Sebab Wudhu’ Tanpa Menyebut Shalat yang Berada Sesudahnya.

    • أَخْبَرَنَا أَبُوْ طَاهِرٍ، ثَنَا أَبُوْ بَكْرٍ، ثَنَا يُوْنُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى الصَّدَفِيُّ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَنَّ مَالِكًا حَدَّثَهُ، عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِيْ صَالِحٍ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ‏:‏ ‏”‏ إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ ‏(‏أَوِ الْمُؤْمِنُ‏)‏ فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَتْ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيْئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ ‏(‏أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ‏)‏، فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كَانَ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ ‏(‏أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ‏)‏، فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيْئَةٍ مَشَتْهَا رِجْلَاهُ مَعَ الْمَاءِ ‏(‏أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ‏)‏ حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنَ الذُّنُوْبِ‏.‏
  1. Abū Thāhir mengabarkan kepada kami, Abū Bakar menceritakan kepada kami, Yūnus bin ‘Abd-ul-A‘lā ash-Shadafī menceritakan kepada kami, Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami bahwa Mālik menceritakan kepadanya dari Suhail bin Abī Shāliḥ dari ayahnya dari Abū Hurairah, bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: Bila seorang hamba muslim (atau mukmin) berwudhu’, lalu membasuh wajahnya, maka setiap dosa yang ia pandangi dengan kedua matanya keluar dari wajahnya bersama air (atau bersama tetes air terakhir). Ketika ia membasuh kedua tangannya, maka setiap dosa yang dilakukan kedua tangannya keluar dari kedua tangannya bersama air (atau bersama tetes air terakhir). Ketika ia membasuh kedua kakinya, maka setiap dosa yang dilakukan kedua kakinya keluar dari kedua kakinya bersama air (atau bersama tetes air terakhir) sampai akhirnya ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa.” (98 1)

 

Catatan:

  1. (98) Muslim, Bersuci, h.32, dari jalur Ibnu Wahb.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *