Shahih Ibnu Khuzaimah Kitab Wudhu – 2 – Keistimewaan Wudhu’ (yang) Setelahnya Terdapat Shalat Wajib

صَحِيحُ ابْنِ خُزَيْمَةَ
Shaḥīḥ Ibni Khuzaimah.

(‏2‏)‏ بَابُ ذِكْرِ فَضَائِلِ الْوُضُوْءِ يَكُوْنُ بَعْدَهُ صَلَاةٌ مَكْتُوْبَةٌ

Bab: Menyebutkan Keistimewaan Wudhu’, Setelahnya Terdapat Shalat Wajib.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، ثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ الْقَطَّانُ، وَ ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ بْنِ كُرَيْبٍ، ثَنَا أَبُوْ أُسَامَةَ، وَ ثَنَا سَعِيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمَخْزُوْمِيُّ، ثَنَا سُفْيَانُ، كُلُّهُمْ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، حَدَّثَنِيْ أَبِيْ، عَنْ حُمْرَانَ بْنِ أَبَانٍ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ قَالَ‏:‏ رَأَيْتُ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ دَعَا بِوَضُوْءٍ فَتَوَضَّأَ عَلَى الْبَلَاطِ، فَقَالَ‏:‏ أُحَدِّثُكُمْ بِحَدِيْثٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ‏:‏ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ‏:‏ ‏”‏مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ، وَ صَلَّى غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَ بَيْنَ الصَّلَاةِ الْأُخْرَى” هذَا لَفْظُ حَدِيْثِ يَحْيَى بْنِ سَعِيْدٍ‏.‏

Muḥammad bin Basysyār menceritakan kepada kami, Yaḥyā bin Sa‘īd al-Qaththān menceritakan kepada kami; dan Muḥammad bin al-‘Alā’ bin Kuraib menceritakan kepada kami, Abū Usāmah menceritakan kepada kami; dan Sa‘īd bin ‘Abd-ur-Raḥmān al-Makhzūmī menceritakan kepada kami, Sufyān menceritakan kepada kami; Mereka semua dari Hisyām bin ‘Urwah, Ayahku menceritakan kepadaku dari Ḥumrān bin Abān, bahwa ia mengabarkan, ia berkata: “Aku melihat ‘Utsmān bin ‘Affān meminta air wudhu’, lalu ia berwudhu’ di atas lantai, lalu ia berkata: “Akan kuceritakan kepada kamu sebuah hadits yang kudengar dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam.” Ia berkata: “Aku mendengar Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: Barang siapa berwudhu’, membaguskan wudhu’nya dan melaksanakan shalat, maka dosa (yang dilakukannya) antara wudhu’ dan shalat lain diampuni baginya.

Ini redaksi hadits Yaḥyā bin Sa‘īd. (961)

 

 

Catatan:

  1. (96) Sanad-nya shaḥīḥ, Aḥmad hadits, no. 400 dari jalur Yaḥyā bin Sa‘īd al-Qaththān.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *