Khabar Lain yang Menunjukkan Kebenaran Pendapat Kita
Hadits Nomor: 30
رقم الحديث: 03
(حديث مرفوع) أَخْبَرَنَا ابْنُ زُهِيَرٍ بِتُسْتَرَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ إِشْكَابٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حَفْصٍ الْمَدَائِنِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ، عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: ” كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا، أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ.”
Hadits Nomor: 31
رقم الحديث: 13
(حديث مرفوع) أَخْبَرَنَا أَبُوْ خَلِيْفَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيْدِ، قَالَ: حَدَّثَنَا لَيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، قَالَ: “مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.”
Hadits Nomor: 32
رقم الحديث: 23
(حديث مرفوع) أَخْبَرَنَا ابْنُ قُتَيْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنِيْ مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ رَبِيْعَةَ بْنِ يَزِيْدَ، عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، يَقُوْلُ: “إِنَّ مِنْ أَعْظَمِ الْفِرْيَةِ ثَلَاثًا، أَنْ يَفْرِيَ الرَّجُلُ عَلَى نَفْسِهِ، يَقُوْلُ: رَأَيْتُ، وَ لَمْ يَرَ شَيْئًا فِي الْمَنَامِ، أَوْ يَتَقَوَّلَ الرَّجُلُ عَلَى وَالِدَيْهِ، فَيُدْعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيْهِ، أَوْ يَقُوْلَ: سَمِعَ مِنِّيْ، وَ لَمْ يَسْمَعْ مِنِّيْ.”
Hadits ini memiliki syāhid dari hadits Abū Umāmah yang diriwayatkan oleh al-Ḥakīm (II/2120). Dan sanad-nya ḥasan dengan dukungan hadits-hadits lainnya.
Diriwayatkan oleh Aḥmad (III/203 dan 209), putranya (III/278), dan ad-Dārimī (I/77), melalui beberapa jalan dari Ḥammād bin Abī Sulaimān, dari Anas.
Diriwayatkan oleh Aḥmad (III/98), dan Muslim (2) dalam Mukaddimah, melalui beberapa jalan dari ‘Abd-ul-‘Azīz bin Shuhaib, dari Anas.
Melalui jalan-jalan lain dari Anas, diriwayatkan oleh Ibnu Abī Syaibah (VIII/759), Aḥmad (III/113,172, 209, dan 280), putranya dalam az-Zawā’id ‘alal-Musnad (III/278 dan 279), dan ad-Dārimī (I/76 dan 77).
Hadits ini telah disebutkan pada nomor (28) dari hadits Abū Hurairah. Dan dalam takhrīj-nya di sana, saya telah menyebutkan siapa saja yang meriwayatkannya dari kalangan sahabat.
Diriwayatkan oleh Aḥmad (IV/106), al-Bukhārī (3509) dalam kitab Kemuliaan-kemuliaan, dan ath-Thabrānī dalam al-Kabīr (XXII/171-180), melalui beberapa jalur dari Harīz bin ‘Utsmān, dari ‘Abd-ul-Wāḥid bin ‘Abdullāh an-Nashrī, dari Wātsilah bin al-Asqā’.
Diriwayatkan oleh Aḥmad (IV/107), melalui Sa‘īd bin Ayyūb, dari Muḥammad bin ‘Ajlān, dari Nadhr bin ‘Abd-ur-Raḥmān bin ‘Abdullāh, dari Wātsilah.
Diriwayatkan oleh asy-Syāfi‘ī dalam ar-Risālah (1090) melalui ‘Abd-ul-‘Azīz bin Muḥammad ad-Dārawardī, dari Muḥammad bin ‘Ajlān, dari ‘Abd-ul-Wahhāb bin Bukhr, dari ‘Abd-ul-Wāḥid an-Nashrī, dari Wātsilah bin al-Asqā’.
Dalam hadits ini terdapat pengharaman untuk menafikan diri dari nasab yang dikenal dan mengklaim nasab lainnya. Muslim (61) meriwayatkan dari hadits Abū Dzarr: “Dan siapa mengklaim sesuatu yang bukan miliknya, maka dia tidak termasuk golongan kami.” Dari riwayat ini, Al-Ḥāfizh Ibnu Ḥajar mengambil pengharaman untuk mengklaim sesuatu yang bukan milik pengklaim. Termasuk di dalamnya seluruh klaim-klaim batil, berupa harta, ilmu, studi, nasab, kondisi, keshalihan, nikmat, kesetiaan, dan selain itu. Dan pengharaman bertambah dengan bertambahnya kerusakan yang diakibatkan oleh hal itu.