Hati Senang

Shahih Ibnu Hibban no.15 – Berpegang Teguh Pada Sunnah : Kisah Cincin Dari Emas

Shahih Ibnu Hibban
(Judul Asli: Shaḥīḥu Ibni Ḥibbān bi Tartībi Ibni Balbān)
Oleh: Amri ‘Ala’uddin ‘Ali bin Balban al-Farisi


Penerjemah: Mujahidin Muhayan, Saiful Rahman Barito
Penerbit: Pustakan Azzam

Penjelasan bahwa al-Mushthafā shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Memerintahkan Umatnya dengan Apa yang Mereka Butuhkan dalam Urusan Agama Mereka Melalui Perkataan dan Perbuatan sekaligus.

Hadits Nomor: 15

رقم الحديث: 51
(حديث مرفوع) أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمنِ الدَّغُوْلِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الذُّهْلِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِيْ مَرْيَمَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ أَبِيْ كَثِيْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنِيْ إِبْرَاهِيْمُ بْنُ عُقْبَةَ، عَنْ كُرَيْبٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَأَى خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ فِيْ يَدِ رَجُلٍ، فَنَزَعَهُ فَطَرَحَهُ، فَقَالَ: “يَعْمِدُ أَحَدُهُمْ إِلَى جَمْرَةٍ مِنَ النَّارِ، فَيَجْعَلُهَا فِيْ يَدِهِ”، فَقِيْلَ لِلرَّجُلِ بَعْدَمَا ذَهَبَ: خُذْ خَاتَمَكَ، فَانْتَفِعْ بِهِ، فَقَالَ: لَا وَ اللهِ لَا آخُذُهُ أَبَدًا وَ قَدْ طَرَحَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ.

  1. Muḥammad bin ‘Abd-ur-Raḥmān ad-Daghūlī mengabarkan kepada kami: Muḥammad bin Yaḥyā adz-Dzuhlī menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu Abī Maryam menceritakan kepada kami, dia berkata: Muḥammad bin Ja‘far bin Abī Katsīr, dia berkata: Ibrāhīm bin ‘Uqbah meriwayatkan kepadaku, dari Kuraib maula (mantan budak) Ibnu ‘Abbās, dari Ibnu ‘Abbās; bahwa Rasūlullāh s.a.w. melihat sebuah cincin dari emas di tangan seorang laki-laki. Maka beliau melepaskannya dan melemparkannya. Lalu beliau bersabda: Seorang dari mereka dengan sengaja mengambil bara api dari neraka, lalu meletakkannya di tangannya.” Lalu dikatakan kepada laki-laki itu setelah beliau pergi: “Ambillah cincinmu dan manfaatkanlah.” Laki-laki itu berkata: “Tidak, demi Allah. Aku tidak akan mengambilnya selama-lamanya, di mana Rasūlullāh s.a.w. telah melemparkannya.” (2081).

 

Catatan:

  1. (208). Sanad-nya shaḥīḥ berdasarkan syarat shaḥīḥ. Ibnu Abī Maryam adalah Sa‘īd bin Ḥakam Abū Muḥammad al-Mishrī. Diriwayatkan oleh Muslim (2090) dalam kitab Pakaian, Bab Pengharaman cincin emas bagi para laki-laki dan penasakhan pembolehannya pada awal Islam, melalui Muḥammad bin Sahl at-Tamīmī; ath-Thabrānī dalam al-Kabīr (12175) melalui Yaḥyā bin Ayyūb al-Allāf; dan al-Baihaqī dalam as-Sunan (II/424) melalui ‘Ubaid bin Syarīk. Ketiganya dari Ibnu Abī Maryam, dengan sanad ini. Dalam Syarḥu Muslim (XIV/65), an-Nawawi berkata: “Seandainya pemiliknya mengambilnya, maka tidak diharamkan baginya untuk mentransaksikannya dengan menjualnya dan lainnya. Akan tetapi, dia menjauhkan diri untuk mengambil dan ingin menyedekahkannya bagi orang yang membutuhkannya. Sebab, Nabi s.a.w. tidak melarangnya untuk mentransaksikannya dengan segala bentuk. Beliau hanya melarangnya untuk memakainya-untuk lelaki-ed, dan transaksi lainnya tetap dibolehkan.”
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.