Shahih Ibnu Hibban no.14 – Berpegang Teguh Pada Sunnah : Larangan untuk Membenci Sunnah Al-Mushthafa SAW

Shahih Ibnu Hibban
(Judul Asli: Shaḥīḥu Ibni Ḥibbān bi Tartībi Ibni Balbān)
Oleh: Amri ‘Ala’uddin ‘Ali bin Balban al-Farisi

Penerjemah: Mujahidin Muhayan, Saiful Rahman Barito
Penerbit: Pustakan Azzam

Rangkaian Pos: Shahih Ibnu Hibban Kitab 1 Bab 2 - Berpegang Teguh Pada Sunnah

Larangan untuk Membenci Sunnah al-Mushthafā shallallāhu ‘alaihi wa sallam, dalam perkataan dan perbuatan Beliau

Hadits Nomor: 14

رقم الحديث: 41
(حديث مرفوع) أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ خُزَيْمَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِيْ صَفْوَانَ الثَّقَفِيُّ، حَدَّثَنَا بَهْزُ بْنُ أَسَدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ نَفَرًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ سَأَلُوْا أَزْوَاجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَنْ عَمَلِهِ فِي السِّرِّ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لَا أَتَزَوَّجُ، وَ قَالَ بَعْضُهُمْ: لَا آكُلُ اللَّحْمَ، وَ قَالَ بَعْضُهُمْ: لَا أَنَامُ عَلَى فِرَاشٍ، فَحَمِدَ اللهَ وَ أَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: “مَا بَالُ أَقْوَامٍ قَالُوْا كَذَا وَ كَذَا، لَكِنِّيْ أُصَلِّيْ وَ أَنَامُ، وَ أَصُوْمُ وَ أُفْطِرُ، وَ أَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّيْ.”

  1. Muḥammad bin Isḥāq bin Khuzaimah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Muḥammad bin Abū Shafwān ats-Tsaqafī menceritakan kepada kami: Nahz bin Asad menceritakan kepada kami, dia berkata: Ḥammād bin Salamah menceritakan kepada kami, dari Tsābit, dari Anas bin Mālik, bahwa sekelompok orang dari sahabat Nabi s.a.w. bertanya kepada istri-istri Nabi s.a.w. tentang amal beliau dalam kesendirian. Lalu sebagian dari mereka berkata: “Aku tidak menikah.” Sebagian yang lain berkata: “Aku tidak makan daging (berpuasa).” Dan sebagian yang lain berkata: “Aku tidak tidur di atas ranjang.” Maka beliau memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya. Kemudian beliau bersabda: Kenapa sekelompok orang mengatakan demikian dan demikian? Akan tetapi, aku shalat dan tidur, berpuasa dan berbuka, serta menikahi perempuan. Siapa membenci Sunnahku, maka dia tidak termasuk golonganku. (2071).

Catatan:

  1. (207). Sanad-nya shaḥīḥ. Para periwayatnya adalah Para periwayat Muslim, selain Muḥammad bin Abī Shafwān, dan dia tsiqah.Diriwayatkan oleh Aḥmad (III/241, 259, dan 285); Muslim (1401) dalam kitab Pernikahan, bab Anjuran untuk menikah bagi orang yang jiwanya menginginkannya dan memiliki biaya; an-Nasā’ī (VI/60) dalam bab Pernikahan, bab Larangan untuk membujang; dan al-Baihaqī dalam as-Sunan (VII/77); melalui beberapa jalan dari Ḥammād bin Salamah, dengan sanad ini. Diriwayatkan oleh al-Bukhārī (5063) dalam kitab Pernikahan, bab Anjuran untuk menikah; al-Baihaqī dalam as-Sunan (VII/77); dan al-Baghawī dalam Syarḥ-us-Sunnah (96); melalui Muḥammad bin Ja‘far, dari Ḥumaid ath-Thawīl, dari Anas, dengan redaksi yang serupa.Sabda beliau: “Barang siapa membenci Sunnahku, maka dia tidak termasuk golonganku.” Dalam Fatḥ-ul-Bārī (IX/105), al-Ḥāfizh berkata: “Yang dimaksud dengan sunnah adalah jalan, bukan lawan dari fardhu. Maksudnya: Barang siapa meninggalkan jalanku dan mengambil jalan selainku, maka dia tidak termasuk golonganku. Dengan semua itu, beliau menyinggung jalan kerahiban. Sebab, merekalah yang telah mengada-adakan penyempitan, sebagaimana dideskripsikan oleh Allah s.w.t. Dan Allah mencela mereka karena mereka tidak menepati apa yang telah mereka tetapkan. Sementara jalan Nabi s.a.w. adalah (ḥanafiyyah) yang santun. Beliau berbuka agar kuat berpuasa. Beliau tidur agar kuat bangun malam. Dan beliau menikah untuk menghancurkan syahwat, menyucikan jiwa, dan memperbanyak keturunan.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *