رقم الحديث: 11
(حديث مرفوع) أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ الْمُثَنَّى، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُوْ خَيْثَمَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ حُصَيْنِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: “إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً، وَ إِنَّ لِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةً، فَمَنْ كَانَتْ شِرَّتُهُ إِلَى سُنَّتِيْ فَقَدْ أَفْلَحَ، وَ مَنْ كَانَتْ شِرَّتُهُ إِلَى غَيْرِ ذلِكَ فَقَدْ هَلَكَ “.
Diriwayatkan dari Yaḥyā bin Ja‘dah oleh Aḥmad(V/509) dan ath-Thahawī dalam Musykil al-Ātsār (II/88), dan sanad-nya shaḥīḥ.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās oleh ath-Thahawī dalam Musykil al-Ātsār (II/88) dengan redaksi: “Sesungguhnya setiap amal itu memiliki keaktifan. Kemudian keaktifan akan berubah menjadi kelesuan. Siapa yang kelesuannya adalah (mengikuti) kepada Sunnahku, maka dia telah tersesat.” Al-Haitsamī berkata: “Diriwayatkan oleh al-Bazzār, dan para periwayatnya adalah para periwayat ash-Shaḥīḥ.”
Diriwayatkan oleh Ja‘d bin Hubairah oleh ath-Thahawī juga (II/81) dengan redaksi yang serupa dengan redaksi Ibnu ‘Abbās. Al-Haitsamī berkata: “Diriwayatkan oleh ath-Thabrānī dalam al-Kabīr. Di dalamnya terdapat Bisyr bin Numair, dan dia dha’īf. Lihat al-Majma‘ (II/258-259).
Sabda Nabi s.a.w.: “Siapa yang keaktifannya (syirratuhu) adalah kepada Sunnahku.” Demikian dalam naskah asli dan at-Taqāsimu wal-Anwā’ (I/lembaran 564). Sementara dalam sumber-sumber lainnya: “Siapa yang kelesuannya.” Sirrah artinya keinginan terhadap sesuatu, aktif, dan rajin. Ath-Thahawī berkata: “Berdasarkan hai itu, kita menyepakati bahwa artinya adalah intensivitas dalam perkara-perkara yang diinginkan oleh kaum muslim dari diri mereka dalam amal-amal mereka yang dengannya mereka mendekatkan diri kepada Tuhan mereka s.w.t., dan bahwa Rasūlullāh s.a.w. mencintai mereka di dalamnya, tanpa intensivitas yang mereka harus membatasi diri darinya dan keluar darinya menuju yang lain. Dan beliau memerintahkan mereka agar berpegang teguh pada amal-amal shāliḥ yang mereka boleh mengerjakannya dengan terus-menerus dan menetapinya sampai mereka bertemu dengan Tuhan mereka s.w.t.”