Shahih Ibnu Hibban 9 – Berpegang Teguh Pada Sunnah (7/25)

Shahih Ibnu Hibban
(Judul Asli: Shaḥīḥu Ibni Ḥibbān bi Tartībi Ibni Balbān)
Oleh: Amri ‘Ala’uddin ‘Ali bin Balban al-Farisi

Penerjemah: Mujahidin Muhayan, Saiful Rahman Barito
Penerbit: Pustakan Azzam

Rangkaian Pos: Shahih Ibnu Hibban Kitab 1 Bab 2 - Berpegang Teguh Pada Sunnah

ذِكْرُ الْإِخْبَارِ عَمَّا يَجِبُ عَلَى الْمَرْءِ مِنْ لُزُوْمِ هَدْيِ الْمُصْطَفَى بِتَرْكِ الِانْزِعَاجِ عَمَّا أُبِيْحَ مِنْ هذِهِ الدُّنْيَا لَهُ بِإِغْضَائِهِ

Pemberitahuan tentang Kewajiban untuk Menetapi Ajaran al-Mushthafā shallallāhu ‘alaihi wa sallam dengan Meninggalkan Kecemasan terhadap apa yang dibolehkan baginya dari Dunia ini

Hadits Nomor: 9

رقم الحديث: 9
(حديث مرفوع) أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ قُتَيْبَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي السَّرِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: دَخَلَتِ امْرَأَةُ عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُوْنٍ، وَ اسْمُهَا خَوْلَةُ بِنْتُ حَكِيْمٍ عَلَى عَائِشَةَ وَ هِيَ بَذَّةُ الْهَيْئَةِ، فَسَأَلَتْهَا عَائِشَةُ: مَا شَأْنُكِ؟، فَقَالَتْ: زَوْجِيْ يَقُوْمُ اللَّيْلَ، وَ يَصُوْمُ النَّهَارَ، فَدَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، فَذَكَرَتْ عَائِشَةُ ذلِكَ لَهُ فَلَقِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عُثْمَانَ بْنَ مَظْعُوْنٍ، فَقَالَ: «يَا عُثْمَانُ، إِنَّ الرَّهْبَانِيَّةَ
لَمْ تُكْتَبْ عَلَيْنَا، أَمَا لَكَ فِيَّ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ؟ فَوَاللهِ إِنِّيْ لَأَخْشَاكُمْ للهِ، وَ أَحْفَظُكُمْ لِحُدُوْدِهِ» صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ. [66: 3]

  1. Muḥammad bin Ḥasan bin Qutaibah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Ibnu Abis-Sarī (1981)menceritakan kepada kami, dia berkata: ‘Abd-ur-Razzāq menceritakan kepada kami, dia berkata: Ma‘mar mengabarkan kepada kami, dari az-Zuhrī dari ‘Urwah, dari ‘Ā’isyah radhiyallāhu ‘anhā, dia berkata: Istri ‘Utsmān bin Mazh‘ūn -dan namanya adalah Khaulah binti al-Ḥakīm- mengunjungi ‘Ā’isyah dengan kondisi yang lusuh. Maka ‘Ā’isyah bertanya kepadanya: “Ada apa denganmu?, Dia menjawab: “Suamiku beribadah malam hari dan berpuasa pada siang hari.” Lalu Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam masuk. ‘Ā’isyah pun menceritakan hal itu kepada beliau. Maka Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam menemui ‘Utsmān bin Mazh‘ūn dan berkata: “Wahai ‘Utsmān, sesungguhnya kerahiban itu tidak ditetapkan atas kita. Tidakkah kamu memiliki teladan yang baik dalam diriku? Demi Allah, aku adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian dan paling menjaga hukum-hukum-Nya di antara kalian ” Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada beliau. [3: 66]

Catatan:

  1. (198) Abis-Sarrī: Dia adalah Muḥammad bin Mutawakkil bin ‘Abd-ur-Raḥmān bin Ḥassān al Hāsyimī-budak Bani Hāsyim- Abū ‘Abdullāh al-Asqalānī. Dalam at-Tarqīb, al-Ḥāfizh berkata: “Dia shadūq namun memiliki banyak kesalahan.” Sementara para periwayat lainnya semuanya tsiqah. Hadits ini ada dalam Mushannaf ‘Abd-ur-Razzāq dengan nomor (10375). Melalui jalur ‘Abd-ur-Razzāq, diriwayatkan oleh Aḥmad (VI/226) dan al-Bazzār (1458). Dan sanad-nya shaḥīḥ. Anggota sanad-nya adalah Para periwayat al-Bukhārī dan Muslim.Diriwayatkan oleh Aḥmad (VI/268) dan al-Bazzār (l457) melalui Ya‘qūb bin Ibrāhīm, dari bapaknya, dari Ibnu Isḥāq: Hisyām bin ‘Urwah menceritakan kepadaku… Dan ini adalah sanad yang kuat. Ibnu Isḥāq menyatakan dengan jelas bentuk taḥdīts (penceritaan) dalam riwayat Aḥmad.

    Dikeluarkan dengan maknanya oleh Aḥmad (VI/106) melalui Mu’ammal bin Ismā‘īl, dari Ḥammād, dari Isḥāq bin Suwaid, dari Yaḥyā bin ‘Umar, dari ‘Ā’isyah…Dan ini adalah sanad yang ḥasan dengan dukungan hadits-hadits lainnya. Sebab, Mu’ammal buruk hapalannya.

    Dalam alMajma‘ (IV/301), al-Haitsamī berkata: “Sanad-sanad Aḥmad para periwayatnya tsiqah. Hanya saja, jalur riwayat: ‘Sesungguhnya orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian dan paling menjaga hukum-hukumNya di antara kalian adalah aku,’ di-musnad-kan oleh Aḥmad dan di-sambung-kan (muttashil) oleh al-Bazzār dengan para periwayat yang tsiqah.”

    Hadits bab ini juga diriwayatkan dari Abū Mūsā al-Asy‘arī. Al-Haitsamī berkata: “Diriwayatkan oleh Abū Ya‘lā dan ath-Thabrānī dengan beberapa sanad. Dan sebagian dari sanad-sanad-nya ath-Thabrānī itu para anggotanya tsiqah.”

    Diriwayatkan dari Abū ‘Umāmah. Lihat AlMajma‘. (IV/302).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *