Shahih Bukhari no.331-333 : Tayamum Sebagai Alternatif (Wudhu)

Dari Kitab:
Sahīh al-Bukhārī
Oleh: Abū ‘Abd Allāh Muhammad ibn Ismā‘īl ibn Ibrāhīm ibn al-Mughīrah ibn Bardizbah al-Ju‘fī al-Bukhārī

Rangkaian Pos: Shahih Bukhari Kitab 7 Tayammum

232 (233). Tanah Yang Bersih Cukup Sebagai Sarana Bersuci Bagi Kaum Muslimīn.

صحيح البخاري ٣٣١: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنِيْ يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَوْفٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُوْ رَجَاءٍ عَنْ عِمْرَانَ قَالَ كُنَّا فِيْ سَفَرٍ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ إِنَّا أَسْرَيْنَا حَتَّى كُنَّا فِيْ آخِرِ اللَّيْلِ وَقَعْنَا وَقْعَةً وَ لَا وَقْعَةَ أَحْلَى عِنْدَ الْمُسَافِرِ مِنْهَا فَمَا أَيْقَظَنَا إِلَّا حَرُّ الشَّمْسِ وَ كَانَ أَوَّلَ مَنْ اسْتَيْقَظَ فُلَانٌ ثُمَّ فُلَانٌ ثُمَّ فُلَانٌ يُسَمِّيْهِمْ أَبُوْ رَجَاءٍ فَنَسِيَ عَوْفٌ ثُمَّ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ الرَّابِعُ وَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِذَا نَامَ لَمْ يُوْقَظْ حَتَّى يَكُوْنَ هُوَ يَسْتَيْقِظُ لِأَنَّا لَا نَدْرِيْ مَا يَحْدُثُ لَهُ فِيْ نَوْمِهِ فَلَمَّا اسْتَيْقَظَ عُمَرُ وَ رَأَى مَا أَصَابَ النَّاسَ وَ كَانَ رَجُلًا جَلِيْدًا فَكَبَّرَ وَ رَفَعَ صَوْتَهُ بِالتَّكْبِيْرِ فَمَا زَالَ يُكَبِّرُ وَ يَرْفَعُ صَوْتَهُ بِالتَّكْبِيْرِ حَتَّى اسْتَيْقَظَ بِصَوْتِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَلَمَّا اسْتَيْقَظَ شَكَوْا إِلَيْهِ الَّذِيْ أَصَابَهُمْ قَالَ لَا ضَيْرَ أَوْ لَا يَضِيْرُ ارْتَحِلُوْا فَارْتَحَلَ فَسَارَ غَيْرَ بَعِيْدٍ ثُمَّ نَزَلَ فَدَعَا بِالْوَضُوْءِ فَتَوَضَّأَ وَ نُوْدِيَ بِالصَّلَاةِ فَصَلَّى بِالنَّاسِ فَلَمَّا انْفَتَلَ مِنْ صَلَاتِهِ إِذَا هُوَ بِرَجُلٍ مُعْتَزِلٍ لَمْ يُصَلِّ مَعَ الْقَوْمِ قَالَ مَا مَنَعَكَ يَا فُلَانُ أَنْ تُصَلِّيَ مَعَ الْقَوْمِ قَالَ أَصَابَتْنِيْ جَنَابَةٌ وَ لَا مَاءَ قَالَ عَلَيْكَ بِالصَّعِيْدِ فَإِنَّهُ يَكْفِيْكَ ثُمَّ سَارَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَاشْتَكَى إِلَيْهِ النَّاسُ مِنَ الْعَطَشِ فَنَزَلَ فَدَعَا فُلَانًا كَانَ يُسَمِّيْهِ أَبُوْ رَجَاءٍ نَسِيَهُ عَوْفٌ وَ دَعَا عَلِيًّا فَقَالَ اذْهَبَا فَابْتَغِيَا الْمَاءَ فَانْطَلَقَا فَتَلَقَّيَا امْرَأَةً بَيْنَ مَزَادَتَيْنِ أَوْ سَطِيْحَتَيْنِ مِنْ مَاءٍ عَلَى بَعِيْرٍ لَهَا فَقَالَا لَهَا أَيْنَ الْمَاءُ قَالَتْ عَهْدِيْ بِالْمَاءِ أَمْسِ هذِهِ السَّاعَةَ وَ نَفَرُنَا خُلُوْفًا قَالَا لَهَا انْطَلِقِي إِذًا قَالَتْ إِلَى أَيْنَ قَالا إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَتْ الَّذِيْ يُقَالُ لَهُ الصَّابِئُ قَالَا هُوَ الَّذِيْ تَعْنِيْنَ فَانْطَلِقِيْ فَجَاءَا بِهَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ حَدَّثَاهُ الْحَدِيْثَ قَالَ فَاسْتَنْزَلُوْهَا عَنْ بَعِيْرِهَا وَ دَعَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بِإِنَاءٍ فَفَرَّغَ فِيْهِ مِنْ أَفْوَاهِ الْمَزَادَتَيْنِ أَوْ سَطِيْحَتَيْنِ وَ أَوْكَأَ أَفْوَاهَهُمَا وَ أَطْلَقَ الْعَزَالِيَ وَ نُوْدِيَ فِي النَّاسِ اسْقُوْا وَ اسْتَقُوْا فَسَقَى مَنْ شَاءَ وَ اسْتَقَى مَنْ شَاءَ وَ كَانَ آخِرُ ذَاكَ أَنْ أَعْطَى الَّذِيْ أَصَابَتْهُ الْجَنَابَةُ إِنَاءً مِنْ مَاءٍ قَالَ اذْهَبْ فَأَفْرِغْهُ عَلَيْكَ وَ هِيَ قَائِمَةٌ تَنْظُرُ إِلَى مَا يُفْعَلُ بِمَائِهَا وَ ايْمُ اللهِ لَقَدْ أُقْلِعَ عَنْهَا وَ إِنَّهُ لَيُخَيَّلُ إِلَيْنَا أَنَّهَا أَشَدُّ مِلْأَةً مِنْهَا حِيْنَ ابْتَدَأَ فِيْهَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ اجْمَعُوْا لَهَا فَجَمَعُوْا لَهَا مِنْ بَيْنِ عَجْوَةٍ وَ دَقِيْقَةٍ وَ سَوِيْقَةٍ حَتَّى جَمَعُوْا لَهَا طَعَامًا فَجَعَلُوْهَا فِيْ ثَوْبٍ وَ حَمَلُوْهَا عَلَى بَعِيْرِهَا وَ وَضَعُوا الثَّوْبَ بَيْنَ يَدَيْهَا قَالَ لَهَا تَعْلَمِيْنَ مَا رَزِئْنَا مِنْ مَائِكِ شَيْئًا وَ لكِنَّ اللهَ هُوَ الَّذِيْ أَسْقَانَا فَأَتَتْ أَهْلَهَا وَ قَدْ احْتَبَسَتْ عَنْهُمْ قَالُوْا مَا حَبَسَكِ يَا فُلَانَةُ قَالَتْ الْعَجَبُ لَقِيَنِيْ رَجُلَانِ فَذَهَبَا بِيْ إِلَى هذَا الَّذِيْ يُقَالُ لَهُ الصَّابِئُ فَفَعَلَ كَذَا وَ كَذَا فَوَاللهِ إِنَّهُ لَأَسْحَرُ النَّاسِ مِنْ بَيْنِ هذِهِ وَ هذِهِ وَ قَالَتْ بِإِصْبَعَيْهَا الْوُسْطَى وَ السَّبَّابَةِ فَرَفَعَتْهُمَا إِلَى السَّمَاءِ تَعْنِي السَّمَاءَ وَ الْأَرْضَ أَوْ إِنَّهُ لَرَسُوْلُ اللهِ حَقًّا فَكَانَ الْمُسْلِمُوْنَ بَعْدَ ذلِكَ يُغِيْرُوْنَ عَلَى مَنْ حَوْلَهَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ وَ لَا يُصِيْبُوْنَ الصِّرْمَ الَّذِيْ هِيَ مِنْهُ فَقَالَتْ يَوْمًا لِقَوْمِهَا مَا أُرَى أَنَّ هؤُلَاءِ الْقَوْمَ يَدْعُوْنَكُمْ عَمْدًا فَهَلْ لَكُمْ فِي الْإِسْلَامِ فَأَطَاعُوْهَا فَدَخَلُوْا فِي الإِسْلَامِ. قَالَ أَبُوْ عَبْد اللهِ صَبَأَ خَرَجَ مِنْ دِيْنٍ إِلَى غَيْرِهِ وَ قَالَ أَبُو الْعَالِيَةِ { الصَّابِئِيْنَ } فِرْقَةٌ مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ يَقْرَءُوْنَ الزَّبُوْرَ .

Shaḥīḥ Bukhārī 331: Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepadaku Yaḥyā bin Sa‘īd berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Auf berkata, telah menceritakan kepada kami Abū Rajā’ dari ‘Imrān berkata: “Kami pernah dalam suatu perjalanan bersama Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, kami berjalan di waktu malam hingga ketika sampai di akhir malam kami tidur, dan tidak ada tidur yang paling enak (nyenyak) bagi musāfir melebihi yang kami alami. Hingga tidak ada yang membangunkan kami kecuali panas sinar matahari. Dan orang yang pertama kali bangun adalah si fulan, lalu si fulan, lalu seseorang yang Abū ‘Auf mengenalnya namun akhirnya lupa. Dan ‘Umar bin al-Khaththāb adalah orang keempat saat bangun, sedangkan Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bila tidur tidak ada yang membangunkannya hingga beliau bangun sendiri, karena kami tidak tahu apa yang terjadi pada beliau dalam tidurnya.

Ketika ‘Umar bangun dan melihat apa yang terjadi di tengah banyak orang (yang kesiangan) -dan ‘Umar adalah seorang yang tegar penuh kesabaran-, maka ia bertakbīr dengan mengeraskan suaranya dan terus saja bertakbīr dengan keras hingga Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam terbangun akibat kerasnya suara takbīr ‘Umar. Tatkala beliau bangun, orang-orang mengadukan peristiwa yang mereka alami, maka beliau bersabda: “Tidak masalah, atau tidak apa dan lanjutkanlah perjalanan.” Maka beliau meneruskan perjalanan dan setelah beberapa jarak yang tidak jauh beliau berhenti lalu meminta segayung air untuk wudhū’, beliau lalu berwudhū’ kemudian menyeru untuk shalat. Maka beliau shalat bersama orang banyak. Setelah beliau selesai melaksanakan shalatnya, didapatinya ada seorang yang memisahkan diri tidak ikut shalat bersama orang banyak. Maka Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Wahai Fulan, apa yang menghalangimu untuk shalat bersama orang banyak?” Orang itu menjawab: “Aku lagi junub, sementara air tidak ada.” Beliau lantas menjelaskan: “Kamu cukup menggunakan debu.”

Kemudian Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam melanjutkan perjalanan hingga akhirnya orang-orang mengadu kepada beliau bahwa mereka kehausan. Maka Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam meminta seseorang yang bernama Abū Rajā’ -namun ‘Auf lupa- dan ‘Alī seraya memerintahkan keduanya: “Pergilah kalian berdua dan carilah air.

Maka keduanya berangkat hingga berjumpa dengan seorang wanita yang membawa kantung-kantung berisi air dengan untanya. Maka keduanya bertanya kepadanya: “Di mana ada air?” Wanita itu menjawab: “Terakhir aku lihat air di (daerah) ini adalah waktu sekarang ini. dan perjalanan kami ini juga dalam rangka mencari air.” Lalu keduanya berkata: “Kalau begitu pergilah”. Wanita itu bertanya: “Kalian mau ke mana?” Keduanya menjawab: “Menemui Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam.” Wanita itu bertanya: “Kepada orang yang dianggap telah keluar dari agama (Shābi’ī)?” Keduanya menjawab: “Ya dialah yang kamu maksud.” Kemudian kedua sahabat Nabi itu pergi bersama wanita tersebut menemui Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Keduanya kemudian menceritakan peristiwa yang baru saja dialami. Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda: “Turunkanlah dia dari untanya.” Kemudian Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam meminta bejana air, beliau lalu menuangkan di mulut kantung-kantung air (milik wanita itu), beliau lepas ikatan kantung-kantung air tersebut seraya berseru kepada orang banyak: “Ambillah air dan minumlah sesuka kalian!” Maka orang-orang memberi minum (tunggangan mereka) dan meminum sesuka mereka. Dan akhir, beliau memberi seember air kepada orang yang tadi terkena janābah. Beliau lalu berkata kepadanya: “Pergi dan mandilah.” Dan sambil berdiri wanita tersebut mengamati apa yang diperbuat terhadap air kepunyaannya. Demi Allah, kejadian tadi telah membuatnya terperanjat dan juga kami, kami saksikan airnya bertambah banyak dibanding saat yang pertama. Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda: “Kumpulkan (makanan) untuknya.” Maka orang-orang pun mengumpulkan makanan berupa kurma, tepung, sawīq (campuran antara susu dengan tepung) untuk wanita tersebut. makanan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kain, mereka menaikkan wanita tersebut di atas kendaraan dan meletakkan makanan tersebut di depannya. Kemudian Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam berkata kepada wanita tersebut: “Kamu mengetahui bahwa kami tidak mengurangi sedikit pun air milikmu, tetapi Allah yang telah memberi minum kepada kami.” Wanita tersebut kemudian pulang menemui keluarganya, mereka lalu bertanya: “Wahai fulānah, apa yang membuat kamu terlambat?” Wanita tersebut menjawab: “Suatu keajaiban! Aku bertemu dengan dua orang laki-laki yang kemudian membawaku bertemu dengan seorang yang disebut Shābi’ī, lalu laki-laki itu berbuat begini, begini. Demi Allah, dialah orang yang paling menakjubkan (membuat kejadian luar biasa) di antara yang ada ini dan ini.” Wanita tersebut berkata sambil memberi isyārat dengan mengangkat jari tengah dan telunjuknya ke arah langit, atau antara langit dan bumi. Maksudnya bersaksi bahwa dia adalah Utusan Allah yang ḥaqq.

Sejak saat itu Kaum Muslimīn selalu melindungi wanita tersebut dari Kaum Musyrikīn dan tidaklah Kaum Muslimīn merusak rumah atau kediaman wanita tersebut. Pada suatu hari wanita itu berkata kepada kaumnya: “Aku tidak memandang bahwa kaum tersebut membiarkan kalian dengan sengaja. Apakah kalian mau masuk Islām?” Maka kaumnya menaatinya dan masuk ke dalam Islām.” Abū ‘Abdullāh berkata: “Yang dimaksud dengan Shābi’ī adalah keluar dari suatu agama kepada agama lain.” Sedangkan Abū ‘Āliyah berkata: “Ash-Shābi’ūn adalah kelompok dari Ahl-ul-Kitāb yang membaca Kitāb Zabūr.”

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB:  335; SN: 319.

233 (234). Jika Seorang Yang Junub Khawatir Atas Dirinya Menjadi Sakit, Mati Atau Kehausan Bila Mandi, Maka Dia Boleh Bertayammum.

صحيح البخاري ٣٣٢: حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ هُوَ غُنْدَرٌ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِيْ وَائِلٍ قَالَ قَالَ أَبُوْ مُوْسَى لِعَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ إِذَا لَمْ يَجِدْ الْمَاءَ لَا يُصَلِّيْ قَالَ عَبْدُ اللهِ لَوْ رَخَّصْتُ لَهُمْ فِيْ هذَا كَانَ إِذَا وَجَدَ أَحَدُهُمْ الْبَرْدَ قَالَ هكَذَا يَعْنِيْ تَيَمَّمَ وَ صَلَّى قَالَ قُلْتُ فَأَيْنَ قَوْلُ عَمَّارٍ لِعُمَرَ قَالَ إِنِّيْ لَمْ أَرَ عُمَرَ قَنِعَ بِقَوْلِ عَمَّارٍ.

Shaḥīḥ Bukhārī 332: Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Khālid berkata; telah menceritakan kepada kami Muḥammad -Yaitu Ghundar- telah mengabarkan kepada kami Syu‘bah dari Sulaimān dari Abū Wā’il berkata, Abū Mūsā berkata kepada ‘Abdullāh bin Mas‘ūd: “Jika seseorang tidak menemukan air maka ia boleh tidak shalat.” ‘Abdullāh menjawab: “Jika aku beri keringanan kepada mereka dalam masalah ini, maka ketika salah seorang mendapati musim dingin pasti ia akan berkata seperti ini “: yakni Tayammum dan shalat”. Abū Mūsā berkata: “Maka aku katakan: “Kalau begitu di mana kedudukan ucapan ‘Ammār kepada ‘Umar?” ‘Abdullāh bin Mas‘ūd menjawab: “Aku menganggap bahwa ‘Umar tidak sepakat dengan pendapat ‘Ammār.”

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ada.

صحيح البخاري ٣٣٣: حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبِيْ قَالَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ سَمِعْتُ شَقِيْقَ بْنَ سَلَمَةَ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ عَبْدِ اللهِ وَ أَبِيْ مُوْسَى فَقَالَ لَهُ أَبُوْ مُوْسَى أَرَأَيْتَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمنِ إِذَا أَجْنَبَ فَلَمْ يَجِدْ مَاءً كَيْفَ يَصْنَعُ فَقَالَ عَبْدُ اللهِ لَا يُصَلِّيْ حَتَّى يَجِدَ الْمَاءَ فَقَالَ أَبُوْ مُوْسَى فَكَيْفَ تَصْنَعُ بِقَوْلِ عَمَّارٍ حِيْنَ قَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ يَكْفِيكَ قَالَ أَلَمْ تَرَ عُمَرَ لَمْ يَقْنَعْ بِذلِكَ فَقَالَ أَبُوْ مُوْسَى فَدَعْنَا مِنْ قَوْلِ عَمَّارٍ كَيْفَ تَصْنَعُ بِهذِهِ الْآيَةِ فَمَا دَرَى عَبْدُ اللهِ مَا يَقُوْلُ فَقَالَ إِنَّا لَوْ رَخَّصْنَا لَهُمْ فِيْ هذَا لَأَوْشَكَ إِذَا بَرَدَ عَلَى أَحَدِهِمْ الْمَاءُ أَنْ يَدَعَهُ وَ يَتَيَمَّمَ فَقُلْتُ لِشَقِيْقٍ فَإِنَّمَا كَرِهَ عَبْدُ اللهِ لِهذَا قَالَ نَعَمْ.

Shaḥīḥ Bukhārī 333: Telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin Ḥafsh berkata; telah menceritakan kepada kami Bapakku berkata; telah menceritakan kepada kami al-A‘masy berkata, aku mendengar Syaqīq bin Salamah berkata; aku pernah berada di dekat ‘Abdullāh bin Mas‘ūd dan Abū Mūsā, Abū Mūsā lalu berkata kepadanya: “Bagaimana pendapatmu wahai Abū ‘Abd-ir-Raḥmān bila seseorang mengalami junub dan tidak mendapatkan air. Apa yang harus ia lakukan?” ‘Abdullāh menjawab: “Ia tidak boleh shalat hingga mendapatkan air.” Abū Mūsā berkata: “Bagaimana engkau menyikapi perkataan ‘Ammār ketika Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya: “Cukup bagimu begini?” ‘Abdullāh: “Apakah kamu tidak tahu kalau ‘Umar tidak menerima pendapat tersebut?” Abū Mūsā kembali berkata: “Baik kita tinggalkan pendapat ‘Umar!” Tapi bagaimana sikapmu dengan ayat ini?” ‘Abdullāh tidak mengerti apa yang harus ia katakan, lalu ia berkata: “Jika kami beri keringanan mereka dalam masalah ini, dikhawatirkan jika mereka merasa dingin dengan air, maka mereka tidak mau menggunakan air dan akan melakukan tayammum.” Aku berkata kepada Syaqīq: “Hanya saja ‘Abdullāh tidak suka adalah karena hal ini.” Ia menjawab: “Benar”.”

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ada.