145 (146). Apakah Perlu Berkumur-kumur Setelah Meminum Susu?
صحيح البخاري ٢٠٤: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ وَ قُتَيْبَةُ قَالَا حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُتْبَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ شَرِبَ لَبَنًا فَمَضْمَضَ وَ قَالَ إِنَّ لَهُ دَسَمًا تَابَعَهُ يُوْنُسُ وَ صَالِحُ بْنُ كَيْسَانَ عَنِ الزُّهْرِيِّ.
Shahih Bukhari 204: Telah menceritakan kepada kami Yaḥyā bin Bukair dan Qutaibah keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami al-Laits dari ‘Uqail dari Ibnu Syihāb dari ‘Abdullāh bin ‘Abdillāh bin ‘Utbah dari Ibnu ‘Abbās, bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam minum susu kemudian berkumur-kumur, beliau lalu bersabda: “Sesungguhnya susu mengandung lemak.” Hadits ini dikuatkan oleh Yūnus dan Shāliḥ bin Kaisān dari az-Zuhrī.
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: SM: 537; ST: 82; SIM: 494; MA: 1850, 1903, 2893, 3357.
146 (147). Wudhū’ Karena Ngantuk (Saat Shalat).
صحيح البخاري ٢٠٥: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يُوْسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ وَ هُوَ يُصَلِّيْ فَلْيَرْقُدْ حَتَّى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى وَ هُوَ نَاعِسٌ لَا يَدْرِيْ لَعَلَّهُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبُّ نَفْسَهُ.
Shahih Bukhari 205: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullāh bin Yūsuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Mālik dari Hisyām bin ‘Urwah dari Bapaknya dari ‘Ā’isyah, bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika salah seorang dari kalian mengantuk saat shalat hendaklah ia tidur hingga hilang kantuknya, karena bila shalat dalam keadaan mengantuk ia tidak menyadari, mungkin ia bermaksud beristighfār padahal bisa jadi ia mencaci dirinya.”
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: SM: 1309; SAD: 1115; ST: 323; SIM: 1360; MA: 11993, 23152, 24481, 25031; MM: 239; SD: 1348.
صحيح البخاري ٢٠٦: حَدَّثَنَا أَبُوْ مَعْمَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا أَيُّوْبُ عَنْ أَبِيْ قِلَابَةَ عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلَاةِ فَلْيَنَمْ حَتَّى يَعْلَمَ مَا يَقْرَأُ.
Shahih Bukhari 206: Telah menceritakan kepada kami Abū Ma‘mar berkata, telah menceritakan kepada kami ‘Abd-ul-Wārits telah menceritakan kepada kami Ayyūb dari Abū Qilābah dari Anas dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Jika salah seorang dari kalian mengantuk saat shalat, hendaklah tidur (dahulu) hingga ia mengetahui apa yang ia baca.”
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: SM: 1309; SAD: 1115; SN: 439; MA: 11533, 11993, 12062, 13120.
147 (148). Berwudhū’ Bukan Karena Berhadats.
صحيح البخاري ٢٠٧: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوْسُفَ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ ح و حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ سُفْيَانَ قَالَ حَدَّثَنِيْ عَمْرُو بْنُ عَامِرٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَتَوَضَّأُ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ قُلْتُ كَيْفَ كُنْتُمْ تَصْنَعُوْنَ قَالَ يُجْزِئُ أَحَدَنَا الْوُضُوْءُ مَا لَمْ يُحْدِثْ.
Shahih Bukhari 207: Telah menceritakan kepada kami Muḥammad bin Yūsuf berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyān dari ‘Amru bin ‘Āmir berkata, aku mendengar Anas bin Mālik berkata. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yaḥyā dari Sufyān berkata, telah menceritakan kepadaku ‘Amru bin ‘Āmir berkata, aku mendengar Anas bin Mālik berkata: “Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam berwudhū’ setiap kali akan shalat.” Aku bertanya: “Bagaimana cara kalian melaksanakannya?” Anas bin Mālik menjawab: “Setiap orang dari kami mencukupkan dengan sekali wudhū’ selama tidak berhadats (batal).”
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: ST: 54; MA: 11896. 11916.
صحيح البخاري ٢٠٨: حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ قَالَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ قَالَ حَدَّثَنِيْ يَحْيَى بْنُ سَعِيْدٍ قَالَ أَخْبَرَنِيْ بُشَيْرُ بْنُ يَسَارٍ قَالَ أَخْبَرَنِيْ سُوَيْدُ بْنُ النُّعْمَانِ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَامَ خَيْبَرَ حَتَّى إِذَا كُنَّا بِالصَّهْبَاءِ صَلَّى لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الْعَصْرَ فَلَمَّا صَلَّى دَعَا بِالْأَطْعِمَةِ فَلَمْ يُؤْتَ إِلَّا بِالسَّوِيْقِ فَأَكَلْنَا وَ شَرِبْنَا ثُمَّ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِلَى الْمَغْرِبِ فَمَضْمَضَ ثُمَّ صَلَّى لَنَا الْمَغْرِبَ وَ لَمْ يَتَوَضَّأْ.
Shahih Bukhari 208: Telah menceritakan kepada kami Khālid bin Makhlad berkata, telah menceritakan kepada kami Sulaimān bin Bilāl telah menceritakan kepadaku Yaḥyā bin Sa‘īd berkata, telah mengabarkan kepadaku Busyair bin Yasār berkata, telah mengabarkan kepadaku Suwaid bin an-Nu‘mān berkata: Kami pernah keluar bersama Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam pada tahun penaklukan Khaibar, hingga ketika kami sampai di suatu tempat bernama Shahbā’, beliau mengimami kami shalat ‘Ashar. Selesai shalat beliau saw minta disajikan makanan, namun tidak ada kecuali makanan yang terbuat dari kurma dan gandum, lalu kami makan dan minum. Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam beranjak untuk melaksanakan shalat Maghrib, beliau berkumur lalu memimpin kami melaksanakan shalat maghrib tanpa berwudhū’ lagi.”
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: Tidak ada.