Shahih Bukhari no.170-174 : Batal Wudhū’

Dari Kitab:
Sahīh al-Bukhārī
Oleh: Abū ‘Abd Allāh Muhammad ibn Ismā‘īl ibn Ibrāhīm ibn al-Mughīrah ibn Bardizbah al-Ju‘fī al-Bukhārī

Rangkaian Pos: Shahih Bukhari Kitab 4 (Kitab Wudhu')

127 (128). Mereka Yang Berpendapat Bahwa Wudhū’ Tidak Batal Selain Dari Apa Yang Keluar Dari Dua Jalan, Melalui Qubul (Kemaluan) Atau Dubur.

صحيح البخاري ١٧٠: حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِيْ إِيَاسٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِيْ ذِئْبٍ حَدَّثَنَا سَعِيْدٌ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لَا يَزَالُ الْعَبْدُ فِيْ صَلَاةٍ مَا كَانَ فِي الْمَسْجِدِ يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ مَا لَمْ يُحْدِثْ فَقَالَ رَجُلٌ أَعْجَمِيٌّ مَا الْحَدَثُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ الصَّوْتُ يَعْنِي الضَّرْطَةَ.

Shahih Bukhari 170: Telah menceritakan kepada kami Ādam bin Abī Iyās berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abī Dzi’b telah menceritakan kepada kami Sa‘id al-Maqburī dari Abū Hurairah berkata: “Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang hamba akan selalu dihitung shalat selama ia di masjid menunggu shalat dan tidak berhadats.” Lalu ada seorang laki-laki non-‘Arab berkata: “Apa yang dimaksud dengan hadats wahai Abū Hurairah?” Abū Hurairah menjawab: “Suara.” Yaitu kentut.

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SM: 1061, 1062; SAD: 398; SN: 726; SIM: 791; MA: 7296, 7553, 7898, 8756, 9005, 9917, 10413, 10461, 11471, 21746; MM: 345.

صحيح البخاري ١٧١: حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيْدِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عَبَّادِ بْنِ تَمِيْمٍ عَنْ عَمِّهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ لَا يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيْحًا.

Shahih Bukhari 171: Telah menceritakan kepada kami Abū-l-Walīd berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyān bin ‘Uyainah dari az-Zuhrī dari ‘Abbād bin Tamīm dari Pamannya dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Janganlah kamu pergi hingga engkau mendengar suara atau mencium bau.

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 1915; SM: 540; SAD: 150; SN: 160; SIM: 506, 507; MA: 158055.

صحيح البخاري ١٧٢: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ قَالَ حَدَّثَنَا جَرِيْرٌ عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ مُنْذِرٍ أَبِيْ يَعْلَى الْثَّوْرِيِّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَنَفِيَّةِ قَالَ قَالَ عَلِيٌّ كُنْتُ رَجُلًا مَذَّاءً فَاسْتَحْيَيْتُ أَنْ أَسْأَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَمَرْتُ الْمِقْدَادَ بْنَ الْأَسْوَدِ فَسَأَلَهُ فَقَالَ فِيْهِ الْوُضُوْءُ وَ رَوَاهُ شُعْبَةُ عَنِ الْأَعْمَشِ.

Shahih Bukhari 172: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa‘īd berkata, telah menceritakan kepada kami Jarīr dari al-A‘masy dari Mundzir Abū Ya‘lā ats-Tsaurī dari Muḥammad bin al-Ḥanafiyyah ia berkata, ‘Alī berkata: “Aku adalah seorang laki-laki yang mudah mengeluarkan madzi, karena malu untuk bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka aku suruh Miqdād bin al-Aswad untuk bertanya. Lalu ia pun bertanya, beliau kemudian menjawab: “Cukup baginya berwudhū’.” Syu‘bah juga meriwayatkan dari al-A‘masy.”

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SN: 152, 157, 432; MA: 848.

صحيح البخاري ١٧٣: حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنْ يَحْيَى عَنْ أَبِيْ سَلَمَةَ أَنَّ عَطَاءَ بْنَ يَسَارٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ زَيْدَ بْنَ خَالِدٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَأَلَ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قُلْتُ أَرَأَيْتَ إِذَا جَامَعَ فَلَمْ يُمْنِ قَالَ عُثْمَانُ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلَاةِ وَ يَغْسِلُ ذَكَرَهُ قَالَ عُثْمَانُ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَسَأَلْتُ عَنْ ذلِكَ عَلِيًّا وَ الزُّبَيْرَ وَ طَلْحَةَ وَ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ فَأَمَرُوْهُ بِذلِكَ.

Shahih Bukhari 173: Telah menceritakan kepada kami Sa‘d bin Ḥafsh telah menceritakan kepada kami Syaibān dari Yaḥyā dari Abū Salamah bahwa ‘Athā’ bin Yasār mengabarkan kepadanya, bahwa Zaid bin Khālid mengabarkan kepadanya, bahwa ia pernah bertanya ‘Utsmān bin ‘Affān r.a., Aku bertanya: “Apa pendapatmu jika seorang laki-laki berhubungan badan dengan istrinya namun tidak keluar air mani?” ‘Utsmān menjawab: “Hendaknya ia berwudhū’ seperti wudhū’nya untuk shalat, lalu membasuh kemaluannya.” ‘Utsmān melanjutkan: “Aku mendengarnya dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, aku menanyakan hal itu kepada ‘Alī, Zubair, Thalḥah, dan Ubay bin Ka‘b r.a.. Mereka semua menyuruh untuk melakukannya.”

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 283; SM: 524; MA: 420, 428.

صحيح البخاري ١٧٤: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ قَالَ أَخْبَرَنَا النَّضْرُ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْحَكَمِ عَنْ ذَكْوَانَ أَبِيْ صَالِحٍ عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَرْسَلَ إِلَى رَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ فَجَاءَ وَ رَأْسُهُ يَقْطُرُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لَعَلَّنَا أَعْجَلْنَاكَ فَقَالَ نَعَمْ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِذَا أُعْجِلْتَ أَوْ قُحِطْتَ فَعَلَيْكَ الْوُضُوْءُ تَابَعَهُ وَهْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَبُوْ عَبْد اللهِ وَ لَمْ يَقُلْ غُنْدَرٌ وَ يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ الْوُضُوْءُ.

Shahih Bukhari 174: Telah menceritakan kepada kami Isḥāq berkata, telah mengabarkan kepada kami an-Nadhr berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu‘bah dari al-Ḥakam dari Dzakwān Abū Shāliḥ dari Abū Sa‘īd al-Khudrī, bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengirim seorang utusan kepada seorang laki-laki Anshār. Maka laki-laki Anshār itu pun datang sementara kepalanya basah. Lalu Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Sepertinya kami telah membuat kamu tergesa-gesa?” Laki-laki Anshār itu menjawab: “Benar.” Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda: “Jika kamu dibuat tergesa-gesa atau tertahan (tidak mengeluarkan mani), maka cukup bagimu berwudhū’.” Hadits ini dikuatkan juga oleh Wahhāb ia berkata, telah menceritakan kepada kami Syu‘bah. Abū ‘Abdillāh berkata, riwayat Ghundar dan Yaḥyā dari Syu‘bah tidak menyebutkan wudhū’.”

Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ada.