95 (96). Shalat Tidak Diterima Tanpa Wudhū’.
صحيح البخاري ١٣٢: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ الْحَنْظَلِيُّ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُوْلُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لَا تُقْبَلُ صَلَاةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ قَالَ رَجُلٌ مِنْ حَضْرَمَوْتَ مَا الْحَدَثُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ فُسَاءٌ أَوْ ضُرَاطٌ.
Shahih Bukhari 132: Telah menceritakan kepada kami Isḥāq bin Ibrāhīm al-Ḥanzhalī berkata, telah mengabarkan kepada kami ‘Abd-ur-Razzāq berkata: telah mengabarkan kepada kami Ma‘mar dari Hammām bin Munabbih bahwa ia mendengar Abū Hurairah berkata: “Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudhū.” Seorang laki-laki dari Ḥadhramaut berkata: “Apa yang dimaksud dengan hadats wahai Abū Hurairah?” Abū Hurairah menjawab: “Kentut baik dengan suara atau tidak.”
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: SB: 6440; SM: 330; SAD: 55; MA: 7732, 7875.
96 (97). Keutamaan Wudhū’ Dan Cahaya Di Wajah Karena Wudhū’.
صحيح البخاري ١٣٣: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ خَالِدٍ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ أَبِيْ هِلَالٍ عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجْمِرِ قَالَ رَقِيْتُ مَعَ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَلَى ظَهْرِ الْمَسْجِدِ فَتَوَضَّأَ فَقَالَ إِنِّيْ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ إِنَّ أُمَّتِيْ يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوْءِ فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيْلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ.
Shahih Bukhari 133: Telah menceritakan kepada kami Yaḥyā bin Bukair berkata, telah menceritakan kepada kami al-Laits dari Khālid dari Sa‘īd bin Abī Hilāl dari Nu‘aim bin al-Mujmir berkata: “Aku mendaki masjid bersama Abū Hurairah, lalu dia berwudhū’ dan berkata: “Aku mendengar Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada hari kiamat dengan wajah berseri-seri karena sisa air wudhū’, barang siapa di antara kalian bisa memperpanjang cahayanya hendaklah ia lakukan.”
Derajat: Ijma‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.
Pembanding: SM: 363; ST: 552; MA: 8061, 8828; MA: 10360.