Shahih Bukhari no.122 s.d 126 : Manajemen Ilmu

Dari Kitab:
Sahīh al-Bukhārī
Oleh: Abū ‘Abd Allāh Muhammad ibn Ismā‘īl ibn Ibrāhīm ibn al-Mughīrah ibn Bardizbah al-Ju‘fī al-Bukhārī

Rangkaian Pos: Shahih Bukhari Kitab 3 (Kitab Ilmu)

صحيح البخاري ٢٢١: حَدَّثَنَا قَيْسُ بْنُ حَفْصٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ قَالَ: حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ سُلَيْمَانُ بْنُ مِهْرَانَ عَنْ إِبْرَاهِيْمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ:بَيْنَا أَنَا أَمْشِيْ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِيْ خَرِبِ الْمَدِيْنَةِ وَ هُوَ يَتَوَكَّأُ عَلَى عَسِيْبٍ مَعَهُ فَمَرَّ بِنَفَرٍ مِنَ الْيَهُودِ فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: سَلُوْهُ عَنِ الرُّوْحِ وَ قَالَ بَعْضُهُمْ: لَا تَسْأَلُوْهُ لَا يَجِيْءُ فِيْهِ بِشَيْءٍ تَكْرَهُوْنَهُ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لَنَسْأَلَنَّهُ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْهُمْ فَقَالَ: يَا أَبَا الْقَاسِمِ مَا الرُّوْحُ فَسَكَتَ فَقُلْتُ: إِنَّهُ يُوْحَى إِلَيْهِ فَقُمْتُ فَلَمَّا انْجَلَى عَنْهُ قَالَ:{وَ يَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّيْ }وَ مَا أُوتُوْا مِنْ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيْلًا.قَالَ الْأَعْمَشُ هكَذَا فِيْ قِرَاءَتِنَا.

Shahih Bukhari 122: Telah menceritakan kepada kami Qais bin Ḥafsh berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Abd-ul-Wāḥid berkata: Telah menceritakan kepada kami al-A‘masy Sulaimān bin Mihrān dari Ibrāhīm dari ‘Alqamah dari ‘Abdullāh berkata: “Ketika aku berjalan bersama Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam di sekitar pinggiran Kota Madīnah, saat itu beliau membawa tongkat dari batang pohon kurma. Beliau lalu melewati sekumpulan orang Yahudi, maka sesama mereka saling berkata: “Tanyakanlah kepadanya tentang ruh!” Sebagian yang lain berkata: “Janganlah kalian bicara dengannya hingga ia akan mengatakan sesuatu yang kalian tidak menyukainya.” Lalu sebagian yang lain berkata: “Sungguh, kami benar-benar akan bertanya kepadanya.” Maka berdirilah seorang laki-laki dari mereka seraya bertanya: “Wahai Abul-Qāsim, ruh itu apa?” Beliau diam. Maka aku pun bergumam: “Sesungguhnya beliau sedang menerima wahyu.” Ketika orang itu berpaling, beliau pun membaca: “(Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Rabbku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit)” (Qs. Al-Isrā’: 85). Al-A‘masy berkata: “Seperti inilah dalam qirā‘ah kami.”

Derajat: Ijmā‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 4352, 6902, 6908; SM: 5002; ST: 3066; MA: 2195, 3505, 3703, 4027.

88 (89). Meninggalkan Sebagian Ikhtiar Karena Khawatir Sebagian Manusia Tidak Memahaminya Sehingga Melakukan Kesalahan Yang Lebih Besar.

صحيح البخاري ٣٢١: حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُوْسَى عَنْ إِسْرَائِيْلَ عَنْ أَبِيْ إِسْحَاقَ عَنِ الْأَسْوَدِ قَالَ: قَالَ لِي ابْنُ الزُّبَيْرِ كَانَتْ عَائِشَةُ تُسِرُّ إِلَيْكَ كَثِيْرًا فَمَا حَدَّثَتْكَ فِي الْكَعْبَةِ قُلْتُ: قَالَتْ لِي:قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: يَا عَائِشَةُ لَوْ لَا قَوْمُكِ حَدِيْثٌ عَهْدُهُمْ قَالَ ابْنُ الزُّبَيْرِ بِكُفْرٍ لَنَقَضْتُ الْكَعْبَةَ فَجَعَلْتُ لَهَا بَابَيْنِ بَابٌ يَدْخُلُ النَّاسُ وَ بَابٌ يَخْرُجُوْنَ فَفَعَلَهُ ابْنُ الزُّبَيْرِ.

Shahih Bukhari 123: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullāh bin Mūsā dari Isrā‘īl dari Abū Isḥāq dari al-Aswad berkata, Ibnuz-Zubair berkata kepadaku,” ‘Ā’isyah banyak merahasiakan (hadits) kepadamu. Apa yang pernah dibicarakannya kepadamu tentang Ka‘bah?” Aku berkata: “‘Ā’isyah berkata kepadaku: “Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku: “Wahai ‘Ā’isyah, kalau bukan karena kaummu masih dekat zaman mereka.” az-Zubair menyebutkan: “…. (masih dekated.) dengan kekufuran, maka Ka‘bah akan aku rubah, lalu aku buat dua pintu untuk orang-orang masuk dan satu untuk mereka keluar.” Di kemudian hari hal ini dilaksanakan oleh Ibnu Zubair.”

Derajat: Ijmā‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: MA: 23568, 24266.

89 (90). Mengkhususkan Sebagian Ilmu Kepada Sebagian Orang Karena Khawatir Yang Lainnya Tidak Dapat Memahami.

صحيح البخاري ٤٢١: وَ قَالَ عَلِيٌّ:حَدِّثُوا النَّاسَ بِمَا يَعْرِفُوْنَ أَتُحِبُّوْنَ أَنْ يُكَذَّبَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُوْسَى عَنْ مَعْرُوْفِ بْنِ خَرَّبُوْذٍ عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ عَنْ عَلِيٍّ بِذلِكَ.

Shahih Bukhari 124: Dan ‘Alī berkata: “Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan kadar pemahaman mereka, apakah kalian ingin jika Allah dan Rasūl-Nya didustakan?” Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullāh bin Mūsā dari Ma‘rūf bin Kharrabūdz dari Abuth-Thufail dari ‘Alī seperti itu.”

Derajat: Ijmā‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: Tidak ada.

صحيح البخاري ٥٢١: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ قَالَ: حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ قَالَ: حَدَّثَنِيْ أَبِيْ عَنْ قَتَادَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ مُعَاذٌ رَدِيْفُهُ عَلَى الرَّحْلِ قَالَ: يَا مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ قَالَ: لَبَّيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ سَعْدَيْكَ قَالَ: يَا مُعَاذُ قَالَ: لَبَّيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ سَعْدَيْكَ ثَلَاثًا قَالَ: مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَفَلَا أُخْبِرُ بِهِ النَّاسَ فَيَسْتَبْشِرُوْا قَالَ: إِذًا يَتَّكِلُوْا وَ أَخْبَرَ بِهَا مُعَاذٌ عِنْدَ مَوْتِهِ تَأَثُّمًا.

Shahih Bukhari 125: Telah menceritakan kepada kami Isḥāq bin Ibrāhīm berkata: Telah menceritakan kepada kami Mu‘ādz bin Hisyām berkata: Telah menceritakan kepadaku Bapakku dari Qatādah berkata: Telah menceritakan kepada kami Anas bin Mālik bahwa Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam menunggang kendaraan sementara Mu‘ādz membonceng di belakangnya. Beliau lalu bersabda: “Wahai Mu‘ādz bin Jabal!” Mu‘ādz menjawab: “Wahai Rasūlullāh, aku penuhi panggilanmu.” Beliau memanggil kembali: “Wahai Mu‘ādz!” Mu‘ādz menjawab: “Wahai Rasūlullāh, aku penuhi panggilanmu.” Hal itu hingga terulang tiga kali, beliau lantas bersabda: “Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muḥammad adalah Rasūlullāh, tulus dari dalam hatinya, kecuali Allah akan mengharamkan baginya neraka.” Mu‘ādz lalu bertanya: “Apakah boleh aku memberitahukan hal itu kepada orang, sehingga mereka bergembira dengannya?” Beliau menjawab: “(Jikalau begitued.) Nanti mereka jadi malas (untuk beramal).” Mu‘ādz lalu menyampaikan hadits itu ketika dirinya akan meninggal karena takut dari dosa.”

Derajat: Ijmā‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 3180; SM: 42, 47; ST: 627, 2562; SN: 2085, 2086, 3905; SIM: 1642, 3786; MA: 13417, 20993, 20996, 21620, 21653; MM: 375.

صحيح البخاري ٦٢١: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ قَالَ: سَمِعْتُ أَبِيْ قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ: ذُكِرَ لِيْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: لِمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ مَنْ لَقِيَ اللهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ قَالَ: أَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ قَالَ: لَا إِنِّيْ أَخَافُ أَنْ يَتَّكِلُوْا.

Shahih Bukhari 126: Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata: Telah menceritakan kepada kami Mu‘tamir berkata: Aku mendengar Bapakku berkata: Aku mendengar Anas bin Mālik berkata: “Disebutkan kepadaku bahwa Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Mu‘ādz bin Jabal: “Barang siapa berjumpa Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, maka dia akan masuk surga.” Mu‘ādz bertanya: “Bolehkah jika itu aku sampaikan kepada manusia?” Beliau menjawab: “Jangan, karena aku khawatir mereka akan jadi malas (untuk beramal).

Derajat: Ijmā‘ ‘Ulamā’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 1161, 5797; SM: 135, 136, 1654; SIM: 2608; MA: 3442, 3833, 4011, 6297, 8382, 12145, 13071, 13964, 14184, 14485, 16741, 17568, 20491, 21019, 21069, 21077, 21427, 22458, 22489, 26251.