Shahih Bukhari no.48 dan 49 – Bab 37: Pertanyaan Malaikat Jibril dan Pertanyaan Heraklius tentang Iman

Dari Kitab:
Sahīh al-Bukhārī
Oleh: Abū ‘Abd Allāh Muhammad ibn Ismā‘īl ibn Ibrāhīm ibn al-Mughīrah ibn Bardizbah al-Ju‘fī al-Bukhārī

صحيح البخاري ٨٤: حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيْلُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ أَخْبَرَنَا أَبُوْ حَيَّانَ التَّيْمِيُّ عَنْ أَبِيْ زُرْعَةَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ جِبْرِيْلُ فَقَالَ: مَا الْإِيْمَانُ قَالَ: الْإِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَ مَلَائِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَ بِلِقَائِهِ وَ رُسُلِهِ وَ تُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ قَالَ: مَا الْإِسْلَامُ قَالَ: الْإِسْلَامُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَ لَا تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَ تُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَ تُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوْضَةَ وَ تَصُوْمَ رَمَضَانَ قَالَ: مَا الْإِحْسَانُ قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ: مَتَى السَّاعَةُ قَالَ: مَا الْمَسْئُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ وَ سَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتْ الْأَمَةُ رَبَّهَا وَ إِذَا تَطَاوَلَ رُعَاةُ الْإِبِلِ الْبُهْمُ فِي الْبُنْيَانِ فِيْ خَمْسٍ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللهُ ثُمَّ تَلَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ:{ إِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ }الْآيَةَ ثُمَّ أَدْبَرَ فَقَالَ: رُدُّوْهُ فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا فَقَالَ: هذَا جِبْرِيْلُ جَاءَ يُعَلِّمُ النَّاسَ دِيْنَهُم. قَالَ أَبُوْ عَبْد اللهِ: جَعَلَ ذلِك كُلَّهُ مِنْ الْإِيْمَانِ.

Shaḥīḥ Bukhari 48: Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata: Telah menceritakan kepada kami Ismā‘īl bin Ibrāhīm, telah mengabarkan kepada kami Abū Ḥayyān at-Taimī, dari Abū Zur‘ah, dari Abū Hurairah berkata: Bahwa Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari muncul kepada para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril a.s. yang kemudian bertanya: “Apakah iman itu?” Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-rasulNya, dan kamu beriman kepada hari berbangkit“. (Jibril a.s.) berkata: “Apakah Islam itu?” Jawab Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam: “Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, kamu tunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadhān“. (Jibril a.s.) berkata: “Apakah ihsan itu?” Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu“. (Jibril a.s.) berkata lagi: “Kapan terjadinya hari kiamat?” Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku akan terangkan tanda-tandanya; (yaitu); jika seorang budak telah melahirkan tuannya, jika para penggembala unta yang berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama lima masa, yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah“. Kemudian Nabi shallallāhu alaihi wa sallam membaca: “Sesungguhnya hanya pada Allah pengetahuan tentang hari kiamat” (QS. Luqmān: 34). Setelah itu Jibril a.s. pergi, kemudian Nabi shallallāhu alaihi wa sallam berkata: “hadapkan dia ke sini.” Tetapi para sahabat tidak melihat sesuatu pun, maka Nabi bersabda; “Dia adalah Malaikat Jibril datang kepada manusia untuk mengajarkan agama mereka.” Abū Abdullāh berkata: “Semua hal yang diterangkan Beliau shallallāhu alaihi wa sallam dijadikan sebagai iman.

Derajat: Ijma‘ ‘Ulama’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 4404; SM; 10; ST: 2535; SIM: 63, MA: 186, 352, 9137.

صحيح البخاري ٩٤: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ حَمْزَةَ قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ صَالِحٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ قَالَ: أَخْبَرَنِيْ أَبُوْ سُفْيَانَ بْنُ حَرْبٍ
أَنَّ هِرَقْلَ قَالَ لَهُ: سَأَلْتُكَ هَلْ يَزِيْدُوْنَ أَمْ يَنْقُصُوْنَ فَزَعَمْتَ أَنَّهُمْ يَزِيْدُوْنَ وَ كَذلِكَ الْإِيْمَانُ حَتَّى يَتِمَّ وَ سَأَلْتُكَ هَلْ يَرْتَدُّ أَحَدٌ سَخْطَةً لِدِيْنِهِ بَعْدَ أَنْ يَدْخُلَ فِيْهِ فَزَعَمْتَ أَنْ لَا وَ كَذلِكَ الْإِيْمَانُ حِيْنَ تُخَالِطُ بَشَاشَتُهُ الْقُلُوْبَ لَا يَسْخَطُهُ أَحَدٌ.

Shaḥīḥ Bukhari 49: Telah menceritakan kepada kami Ibrāhīm bin Hamzah berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibrāhīm bin Sa‘d, dari Shāliḥ, dari Ibnu Syihāb, dari ‘Ubaidillāh bin ‘Abdullāh bahwa ‘Abdullāh bin ‘Abbās mengabarkan kepadanya, bahwa dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Abū Sufyān bin Ḥarb bahwa Heraqlius berkata kepadanya: “Aku sudah bertanya kepadamu, apakah jumlah mereka bertambah atau berkurang? Maka kamu bertutur bahwa mereka bertambah, dan memang begitulah iman akan terus berkembang hingga sempurna. Dan aku bertanya kepadamu, apakah ada orang yang murtad karena dongkol pada agamanya? Kemudian kamu bertutur; tidak ada, maka begitu juga iman, bila sudah tumbuh bersemi dalam hati tidak akan ada yang dongkol kepadanya“.

Derajat: Ijma‘ ‘Ulama’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 2484.