Shahih Bukhari 17 – Tanda-tanda Keimanan Adalah Mencintai Sahabat Anshār (2/2)

Dari Kitab:
Sahīh al-Bukhārī
Oleh: Abū ‘Abd Allāh Muhammad ibn Ismā‘īl ibn Ibrāhīm ibn al-Mughīrah ibn Bardizbah al-Ju‘fī al-Bukhārī

Rangkaian Pos: Shahih Bukhari Kitab 1 Bab 10 - Tanda-tanda Keimanan Adalah Mencintai Sahabat Anshar

صحيح البخاري ١٧: حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ: أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ: أَخْبَرَنِيْ أَبُوْ إِدْرِيْسَ عَائِذُ اللهِ بْنُ عَبْدِ اللهِ أَنَّ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

وَ كَانَ شَهِدَ بَدْرًا وَ هُوَ أَحَدُ النُّقَبَاءِ لَيْلَةَ الْعَقَبَةِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ وَ حَوْلَهُ عِصَابَةٌ مِنْ أَصْحَابِهِ بَايِعُوْنِيْ عَلَى أَنْ لَا تُشْرِكُوْا بِاللهِ شَيْئًا وَ لَا تَسْرِقُوْا وَ لَا تَزْنُوْا وَ لَا تَقْتُلُوْا أَوْلَادَكُمْ وَ لَا تَأْتُوْا بِبُهْتَانٍ تَفْتَرُوْنَهُ بَيْنَ أَيْدِيْكُمْ وَ أَرْجُلِكُمْ وَ لَا تَعْصُوْا فِيْ مَعْرُوْفٍ فَمَنْ وَفَى مِنْكُمْ فَأَجْرُهُ عَلَى اللهِ وَ مَنْ أَصَابَ مِنْ ذلِكَ شَيْئًا فَعُوْقِبَ فِي الدُّنْيَا فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ وَ مَنْ أَصَابَ مِنْ ذلِكَ شَيْئًا ثُمَّ سَتَرَهُ اللهُ فَهُوَ إِلَى اللهِ إِنْ شَاءَ عَفَا عَنْهُ وَ إِنْ شَاءَ عَاقَبَهُ فَبَايَعْنَاهُ عَلَى ذلِك

Shaḥīḥ Bukhari 17: Telah menceritakan kepada kami Abul-Yamān berkata: Telah mengabarkan kepada kami Syu‘aib dari az-Zuhrī berkata: Telah mengabarkan kepada kami Abū Idrīs ‘Ā’idzullāh bin ‘Abdullāh, bahwa ‘Ubādah bin ash-Shāmit adalah sahabat yang ikut perang Badar dan juga salah seorang yang ikut bersumpah pada malam ‘Aqabah, dia berkata: bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika berada di tengah-tengah sebagian sahabat: “Berbai‘atlah kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kalian, tidak membuat kebohongan yang kalian ada-adakan antara tangan dan kaki kalian, tidak bermaksiat dalam perkara yang ma‘rūf. Barang siapa di antara kalian yang memenuhinya maka pahalanya ada pada Allah dan barang siapa yang melanggar dari hal tersebut lalu Allah menghukumnya di dunia maka itu adalah kafarat baginya, dan barang siapa yang melanggar dari hal-hal tersebut kemudian Allah menutupinya (tidak menghukumnya di dunia) maka urusannya kembali kepada Allah, jika Dia mau, dimaafkannya atau disiksanya“. Maka kami membai‘at Beliau untuk perkara-perkara tersebut.

Derajat: Ijma‘ ‘Ulama’: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 3603, 3604, 3698, 4515, 6286, 6303, 6365, 6673, 6914; SM: 3223, 3224, 3225; ST: 1359, 2657, 3069; SN: 4010, 4091, 4107, 4139, 4916, 6554, 17397, 19866, 19867, 21616, 21622, 21692, 25816, 25882, 26046; SD: 2345.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *