Pasal Pertama – Kitab-ul-Iman – Misykat-ul-Mashabih

مِشْكَاتُ الْمَصَابِيْحِ
MISYKĀT-UL-MASHḤBĪḤ
Piala Lampu-lampu Penerang (Jilid I)
Oleh: Syaikh al-Farra’ al-Baghawi
 
 
Penerjemah: Yunus Ali al-Muhdhar
 
Diterbitkan oleh: Penerbit CV. Asy-Syifa’ Semarang

كِتَابُ الْإِيْمَانِ

KITĀB-UL-ĪMĀN

الْفَصْلُ الْأَوَّلُ
PASAL PERTAMA

 

(مُتَّفق عَلَيْهِ)
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «إِنَّمَا الْأَعْمَال بِالنِّيَّاتِ وَ إِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ رَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ رَسُوْلِهِ وَ مَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ»

(Catatan: Hadits ini merupakan hadits tambahan dari Teks lain:

“Dari ‘Umar bin al-Khaththāb r.a. berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya setiap perbuatan (‘amal ‘ibādah) (11) tergantung niatnya (22). Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya (33) karena (ingin mendapatkan keridhāan) Allah dan Rasūl-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhāan) Allah dan Rasūl-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

 

-1 (صَحِيح)
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَ لَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَ وَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخْذَيْهِ وَ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الْإِسْلَامِ قَالَ: ” الْإِسْلَامُ: أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَ تُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَ تُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَ تَصُوْمَ رَمَضَانَ وَ تَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا “. قَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَ يُصَدِّقُهُ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الْإِيْمَانِ. قَالَ: «أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَ مَلَائِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَ رُسُلِهِ وَ الْيَوْمِ الْآخِرِ وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ» . قَالَ صَدَقْتَ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الْإِحْسَانِ. قَالَ: «أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ» . قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ. قَالَ: «مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ» . قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا. قَالَ: «أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَ أَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ» . قَالَ: ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِيْ: «يَا عُمَرُ أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِلُ»؟ قُلْتُ: اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: «فَإِنَّهُ جِبْرِيْلَ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكمْ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ
(مُتَّفق عَلَيْهِ)
وَ رَوَاهُ أَبُوْ هُرَيْرَة مَعَ اخْتِلَافٍ وَ فِيْهِ: “وَ إِذَا رَأَيْتَ الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الصُّمَّ الْبُكْمَ مُلُوْكَ الْأَرْضِ فِيْ خَمْسٍ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللهُ. ثُمَّ قَرَأَ: (إِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَ يُنَزِّلُ الْغَيْثَ)
الْآيَة

  1. Dari ‘Umar bin al-Khaththāb r.a. berkata: “Ketika kami sedang duduk di majlis Rasūlullāh s.a.w. di suatu hari, maka datanglah seorang lelaki dengan berpakaian yang amat putih dan berambut amat hitam sedikitpun tak terlihat padanya tanda-tanda dari perjalanan dan tak seseorangpun dari kami yang mengenalnya, lalu ia duduk di hadapan Nabi s.a.w. sambil merapatkan kedua lututnya kepada kedua lutut Nabi s.a.w. dan meletakkan kedua telapak tangannya kepada kedua paha beliau. Kemudian lelaki itu berkata: “Wahai Muḥammad, beritahukan padaku tentang Islām.” Jawab Nabi s.a.w.: “Hendaknya kamu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muḥammad adalah utusan Allah, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, berpuasalah di bulan Ramadhān, dan kerjakan haji bila kamu dapat sampai ke sana.” Kata lelaki itu: “Benar engkau”. Kami semua merasa heran, ia yang bertanya, tapi ia pula yang membenarkannya. Kemudian lelaki itu berkata: “Beritakan padaku tentang Īmān.” Jawab Nabi s.a.w.: “Hendaknya kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitāb-kitābNya, rasūl-rasūlNya, hari akhir dan beriman pada baik buruknya taqdīr.” Jawab lelaki itu: “Benar engkau”. Kemudian lelaki itu berkata: “Kabarkan padaku tentang Iḥsān”. Jawab Nabi s.a.w.: “Hendaknya kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihatnya, jika kamu tak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah senantiasa melihatmu.” Kemudian lelaki itu berkata: “Kabarkan padaku tentang hari kiamat.” Jawab Nabi s.a.w.: “Tidaklah orang yang ditanya lebih tahu dari yang bertanya”. Kata lelaki itu: “Kalau begitu kabarkan tentang tanda-tandanya!” Jawab Nabi s.a.w.: “Jika seorang budak wanita telah mampu melahirkan juragan (tuan)nya, dan bila kamu lihat para jembel yang hina telah mampu berlomba membangun gedung-gedung tinggi.” Kemudian lelaki itu segera pergi dan akupun (Kata ‘Umar) segera mengikutinya dengan pandangan mata. Kemudian Nabi s.a.w. berkata: “Wahai ‘Umar, tahukah kamu siapakah lelaki itu? Jawabku: “Hanya Allah dan Rasūl-Nya yang lebih tahu.” Kata Nabi s.a.w.: “Itulah Jibrīl yang sengaja datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.” (HR. Muslim).

Abū Hurairah juga meriwayatkan dengan sedikit berbeda yaitu dengan tambahan lafazh: “Jika kamu melihat orang-orang miskin dan bodoh mereka menjadi raja, dan ada lima hal lagi yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah.” Kemudian Nabi s.a.w. membacakan ayat: “Innallāha ‘indahu ‘ilm-us-sā’ati wa yanazzil-ul-ghaitsa” al-āyah. (Muttafaqun ‘alaih).

-2 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: “بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ إِقَامِ الصَّلَاةِ وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَ الْحَجِّ وَ صَوْمِ رَمَضَانَ “

  1. Dari Ibnu ‘Umar r.a. katanya: “Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Islām didirikan di atas lima pondasi: Bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muḥammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, mengerjakan haji, dan berpuasa Ramadhān.” (Muttafaqun ‘alaih)

-3 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ:” الْإِيْمَانُ بِضْعٌ وَ سَبْعُوْنَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا: قَوْلُ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَدْنَاهَا: إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ وَ الْحَيَاةُ شُعْبَةٌ مِنَ الْاِيْمَانِ.”

  1. Dari Abū Hurairah r.a: Katanya: “Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda: “Keimanan itu ada tujuh puluh lebih cabang-cabangnya, yang paling afdhal (utama) adalah ucapan Lā ilāha illallāh dan yang paling kecil adalah menyingkirkan gangguan dari tengah jalan, maka itu termasuk salah satu cabang keimanan.” (Muttafaqun ‘alaih).

-4 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ «الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يَدِهِ وَ الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ» هذَا لَفْظُ الْبُخَارِيِّ وَ لِمُسْلِمٍ قَالَ:” إِنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: أَيُّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرٌ؟ قَالَ: مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يَدِهِ “

  1. Dari ‘Abdullāh bin ‘Amru r.a. katanya: “Telah bersabda Rasūlullāh s.a.w.: “Seorang Muslim adalah seorang yang dapat menjaga kaum Muslimīn dari kejahatan tangan dan lidahnya, dan seorang muhājir adalah seorang yang mampu menjauhi apa yang dilarang oleh Allah daripadanya.” Hadits ini redaksi menurut versi Bukhārī. Menurut Muslim dikatakan: “Telah datang seorang lelaki kepada Rasūlullāh s.a.w. seraya berkata: “Siapakah dari umat Islam yang terbaik?” Jawab Nabi s.a.w.: “Yaitu seorang yang dapat menjauhkan kaum Muslimīn dari kejahatan tangan dan lidahnya.”

-5 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَ وَلَدِهِ وَ النَّاسِ أَجْمَعِيْنَ»

  1. Dari Anas r.a. berkata: “Telah bersabda Rasūlullāh s.a.w.: “Tidak sempurna iman salah seorang dari kamu sampai ia mencintai aku lebih dari ia mencintai ayahnya, putranya dan sekalian manusia.” (Muttafaqun ‘alaih).

-6 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ:” ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: مَنْ كَانَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَ مَنْ أَحَبَّ عَبْدًا لَا يُحِبُّهُ إِلَّا للهِ -[11]- وَ مَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ “

  1. Dari Anas, katanya: “Telah bersabda Rasūlullāh s.a.w.: “Tiga perkara yang jika ada pada diri seseorang tentu ia akan merasakan kelezatan (manisnya) iman: Seorang yang mencintai Allah dan Rasūl-Nya melebihi kecintaannya kepada selain keduanya, seorang yang mencintai orang lain hanya semata-mata karena Allah dan seorang yang benci kembali kepada kekafiran, sebagaimana bencinya bila ia dilemparkan ke dalam api.” (Muttafaqun ‘alaih)

-7 (صَحِيْحٌ)
وَ عَنِ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «ذَاقَ طَعْمَ الْإِيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا وَ بِالْإِسْلَامِ دِيْنًا وَ بِمُحَمَّدٍ رَسُوْلًا» . رَوَاهُ مُسْلِمٌ

  1. Dari al-‘Abbās bin ‘Abd-il-Muththalib katanya: “Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda: “Pasti akan merasakan kelezatan iman seorang yang benar-benar rela menjadikan Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya, dan Muḥammad s.a.w. sebagai rasūlnya.” (HR. Muslim).

-8 (صَحِيحٌ)
وَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «وَ الَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هذِهِ الْأُمَّةِ يَهُوْدِيٌّ وَ لَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوْتُ وَ لَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِيْ أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ من أَصْحَاب النَّارِ» . رَوَاهُ مُسْلِمٌ

  1. Dari Abū Hurairah r.a. katanya: “Telah bersabda Rasūlullāh s.a.w.: “Demi Dzāt yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak seorangpun dari umat ini baik ia Yahudi ataupun Nashrani, kemudian ia mati sedang ia tak beriman dengan agama yang aku diutus untuk menyampaikannya, kecuali ia pasti menjadi penghuni neraka.” (HR. Muslim).

-9 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنْ أَبِيْ مُوْسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: ” ثَلَاثَةٌ لَهُمْ أَجْرَانِ: رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمَنَ بِنَبِيِّهِ وَ آمَنَ بِمُحَمَّدٍ وَ الْعَبْدُ الْمَمْلُوْكُ إِذَا أَدَّى حَقَّ اللهِ وَ حَقَّ مَوَالِيْهِ وَ رَجُلٌ كَانَتْ عِنْدَهُ أَمَةٌ يَطَؤُهَا فَأَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ تَأْدِيْبَهَا وَ عَلَّمَهَا فَأَحْسَنَ تَعْلِيْمِهَا ثُمَّ أَعْتَقَهَا فَتَزَوَّجَهَا فَلَهُ أَجْرَانِ “

  1. Dari Abū Mūsā al-Asy‘arī r.a. katanya: “Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda: “Tiga orang yang oleh Allah akan diberi dua pahala: “Seorang dari ahl-ul-kitāb yang percaya kepada Nabinya dan percaya pula padaku/Muḥammad, seorang budak sahaya yang mau menunaikan hak Allah dan hak majikannya dengan baik, dan seorang yang memiliki budak wanita lalu dididiknya dan diajarkan dengan sebaik-baiknya kemudian ia memerdekakannya lalu segera dikawininya, maka diberikan baginya dua pahala.” (Muttafaqun ‘alaih).

10 -(مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَ يُقِيْمُوا الصَّلَاةَ وَ يُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوْا ذلِكَ عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَ أَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ وَ حِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ.”

  1. Dari Ibnu ‘Umar r.a. katanya: “Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda: “Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mau bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muḥammad Rasūlullāh, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Bila mereka telah melakukan hal itu niscaya mereka terjaga dari aku darah dan harta mereka, selain untuk hak Islam dan perhitungan mereka hanyalah pada Allah.” (Muttafaqun ‘alaih).

-11 (صَحِيْحٌ)
وَ عَنْ أَنَسٍ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «مَنْ صَلَّى صَلَاتَنَا وَ اسْتَقْبَلَ قِبْلَتَنَا وَ أَكَلَ ذَبِيْحَتَنَا فَذلِكَ الْمُسْلِمُ الَّذِيْ لَهُ ذِمَّةُ اللهِ وَ ذِمَّةُ رَسُوْلِهِ فَلَا تُخْفِرُوا اللهَ فِيْ ذمَّته» . رَوَاهُ البُخَارِيُّ

  1. Dari Anas katanya: “Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda: “Barang siapa telah melakukan shalat seperti kami, berqiblat seperti kami dan memakan sembelihan kami, niscaya baginya mendapatkan hak perlindungan Allah dan Rasūl-Nya, karena itu jangan kamu rusak Allah dalam perlindungan-Nya.” (HR. Bukhārī).

-12 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: أَتَى أَعْرَابِيٌّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ: دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ. قَالَ: «تَعْبُدُ اللهَ وَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَ تُقِيْمُ الصَّلَاةَ الْمَكْتُوْبَةَ -[12]- وَ تُؤَدِّي الزَّكَاةَ الْمَفْرُوْضَةَ وَ تَصُوْمُ رَمَضَانَ» . قَالَ: وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَا أَزِيْدُ عَلَى هذَا شَيْئًا وَ لَا أَنْقُصُ مِنْهُ. فَلَمَّا وَلَّى قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجنَّة فَلْيَنْظُرْ إِلَى هذَا»

  1. Dari Abū Hurairah r.a. katanya: “Ada seorang ‘Arab dusun datang pada Nabi s.a.w. seraya berkata: “Tunjukkan padaku suatu amalan yang jika aku kerjakan aku dapat masuk syurga.” Jawab Nabi: “Sembahlah Allah jangan kamu persekutukan Dia dengan apapun, dirikan shalat fardhu, tunaikan zakat yang difardhukan, berpuasalah di bulan Ramadhān”. Kata ‘Arab dusun itu: “Demi Dzāt yang jiwaku ada di tangan-Nya, aku tak akan menambah dan tak akan menguranginya dari ini.” Ketika lelaki itu pergi, Nabi s.a.w. bersabda: “Siapa yang ingin melihat penduduk surga, maka lihatlah pada orang ini.” (Muttafaqun ‘alaih).

-13 (صَحِيْحٌ)
وَ عَن سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِيْ فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ وَ فِيْ رِوَايَةٍ: غَيْرَكَ قَالَ:” قُلْ: آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

  1. Dari Sufyān bin ‘Abdillāh ats-Tsaqafī katanya: “Pernah aku berkata kepada Rasūlullāh s.a.w.: “Wahai Rasūlullāh, ajarkan padaku suatu kalimat yang tak akan aku tanyakan lagi pada orang lain sepeninggalmu.” Kata Rasūlullāh s.a.w.: “Katakan, aku beriman kepada Allah dan kemudian berpegang teguhlah pada ajaran-Nya.” (HR. Muslim).

-14 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ ثَائِرُ الرَّأْسِ نَسْمَعُ دَوِيَّ صَوْتِهِ وَ لَا نَفَقَهُ مَا يَقُوْلُ حَتَّى دَنَا مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُ عَنِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَ اللَّيْلَةِ» . فَقَالَ: هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُنَّ؟ فَقَالَ: ” لَا إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: وَ صِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ “. قَالَ: هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُ؟ قَالَ: «لَا إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ» . قَالَ: وَ ذَكَرَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الزَّكَاةَ فَقَالَ: هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا؟ فَقَالَ: ” لَا إِلَّا أَنْ تَطَّوَّعَ. قَالَ: فَأَدْبَرَ الرَّجُلُ وَ هُوَ يَقُوْلُ: وَاللهِ لَا أَزِيْدُ عَلَى هذَا وَ لَا أَنْقُصُ مِنْهُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «أَفْلَحَ الرَّجُلُ إِنْ صَدَقَ»

  1. Dari Thalḥah bin ‘Ubaidillāh katanya: “Pernah ada seorang lelaki dari penduduk Najed dengan rambut yang tak terurus dan suaranya bergema tapi sukar untuk difahami ucapannya datang kepada Rasūlullāh s.a.w. seraya bertanya tentang Islam. Kata Rasūlullāh s.a.w.: “Kerjakan shalat lima waktu dalam sehari semalam.” Tanya lelaki itu: “Adakah kewajiban lain selain itu?” Jawab Nabi s.a.w.: “Tidak ada, kecuali jika kamu mau mengerjakan shalat-shalat sunnah.” Kemudian Nabi bersabda: “Kerjakan puasa Ramadhān”. Tanya lelaki itu: “Ada kewajiban lain bagiku?” Jawab Nabi: “Tidak, kecuali jika kamu mau mengerjakan puasa-puasa sunnah.” Kemudian Nabi s.a.w. berkata: “Tunaikan zakat”. Tanya lelaki itu: “Adakah kewajiban lain bagiku?” Jawab Nabi: “Tidak, kecuali jika kamu membayarkan sedekah-sedekah yang sunnah. Kata lelaki itu sambil pergi: “Demi Allah, aku tak akan menambah atau menguranginya dari yang ini.” Kata Rasūlullāh s.a.w.: “Sungguh akan beruntung lelaki itu, bila ia menepati apa yang diucapkannya.” (Muttafaqun ‘alaih).

-15 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: إِنَّ وَفْدَ عَبْدِ الْقَيْسِ لَمَّا أَتَوُا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: ” مَنِ الْقَوْمُ؟ أَوْ: مَنِ الْوَفْدُ؟ ” قَالُوْا: رَبِيْعَةُ. قَالَ: ” مَرْحَبًا بِالْقَوْمِ أَوْ: بِالْوَفْدِ غَيْرَ خَزَايَا وَ لَا نَدَامَى “. قَالُوْا:: يَا رَسُوْل الله إِنَّا لَا نَسْتَطِيْعُ أَنْ نَأْتِيَكَ إِلَّا فِي الشَّهْرِ الْحَرَامِ وَ بَيْنَنَا وَ بَيْنَكَ هذَا الْحَيُّ مِنْ كُفَّارِ مُضَرَ فَمُرْنَا بِأَمْرٍ فَصْلٍ نُخْبِرُ بِهِ مَنْ وَرَاءَنَا وَ نَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ وَ سَأَلُوْهُ عَنِ الْأَشْرِبَةِ. فَأَمَرَهُمْ بِأَرْبَعٍ وَ نَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ: -[13]- أَمَرَهُمْ بِالْإِيْمَانِ بِاللهِ وَحْدَهُ قَالَ: «أَتَدْرُوْنَ مَا الْإِيْمَانُ بِاللهِ وَحْدَهُ؟» قَالُوْا: اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: «شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَ إِقَامِ الصَّلَاةِ وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَ صِيَامِ رَمَضَانَ وَ أَنْ تُعْطُوْا مِنَ الْمَغْنَمِ الْخُمُسَ»
وَ نَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنِ الْحَنْتَمِ وَ الدُّبَّاءِ وَ النَّقِيْرِ وَ الْمُزَفَّتِ وَ قَالَ: «احْفَظُوْهُنَّ وَ أَخْبِرُوْا بِهِنَّ مَنْ وَرَاءَكُمْ» وَ لَفْظُهُ لِلْبُخَارِيِّ

  1. Dari Ibnu ‘Abbās r.a. katanya: “Pernah serombongan utusan dari suku ‘Abd-ul-Qais datang kepada Nabi s.a.w. Nabi menanya mereka: “Dari manakah rombongan ini?” Jawab mereka: “Kami dari suku Rabī‘ah”. Kata Nabi: “Selamat datang bagi kaum di tempat kami dengan segala kesenangan dan penghormatan”. Kata mereka: “Wahai Rasūlullāh, kami tak dapat datang kepadamu selain di bulan haram, sebab di antara kita dengan suku Mudhar yang kafir terdapat permusuhan, karena itu ajarkan kepada kami dengan suatu ajaran yang dapat kami sampaikan pada orang-orang yang di belakang kami dan kamipun dapat masuk syurga bila kami mengerjakannya. Kemudian mereka bertanya tentang jenis-jenis minuman. Dan Rasūlullāh mengajarkan mereka empat perkara dan melarang mereka dari empat perkara. Mereka disuruh beriman kepada Allah Yang Maha Esa. Tanya Nabi: “Tahukah kamu, apakah yang dimaksud dengan beriman kepada Allah Yang Maha Esa?” Kata mereka: “Hanya Allah dan Rasūl-Nya saja yang lebih tahu”. Kata Nabi s.a.w.: “Hendaknya kalian bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muḥammad adalah utusan Allah, dirikan shalat, tunaikan zakat, berpuasalah Ramadhān dan berikan dari ghanīmah khumusnya, dan merekapun dilarang dari empat perkara, dari empat macam minuman: Ḥantam, Dubbā’, Naqīr dan Muzaffat”. Pesan Nabi kepada mereka: “Perhatikanlah baik-baik apa yang kuajarkan dan sampaikan kepada orang-orang yang ada di belakangmu.” (Muttafaqun ‘alaih).

-16 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ حَوْلَهُ عِصَابَةٌ مِنْ أَصْحَابِهِ: ” بَايَعُوْنِيْ عَلَى أَنْ لَا تُشْرِكُوْا بِاللهِ شَيْئًا وَ لَا تَسْرِقُوْا وَ لَا تَزْنُوْا وَ لَا تَقْتُلُوْا أَوْلَادَكُمْ وَ لَا تَأْتُوْا بِبُهْتَانٍ تَفْتَرُوْنَهُ بَيْنَ أَيْدِيْكُمْ وَ أَرْجُلِكُمْ وَ لَا تَعْصُوْا فِيْ مَعْرُوْفٍ فَمَنْ وَفَى مِنْكُمْ فَأَجْرُهُ عَلَى اللهِ وَ مَنْ أَصَابَ مِنْ ذلِكَ شَيْئًا فَعُوْقِبَ بِهِ فِي الدُّنْيَا فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ وَ مَنْ أَصَابَ مِنْ ذلِكَ شَيْئًا ثُمَّ سَتَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا فَهُوَ إِلَى اللهِ: إِنْ شَاءَ عَفَا عَنْهُ وَ إِنْ شَاءَ عَاقَبَهُ ” فَبَايَعْنَاهُ عَلَى ذلِكَ

  1. Dari ‘Ubādah ibnu Shāmit katanya: “Pernah ketika di hadapan para sahabatnya Rasūlullāh s.a.w. bersabada kepada mereka: “Hendaklah kalian membai‘atku jangan menyekutukan Allah dengan sesuatupun, jangan mencuri, berzina, membunuh putra-putra kamu, jangan mendatangi perbuatan cabul dan jangan melanggarku dalam kebajikan, barang siapa yang dapat memenuhi bai‘atnya itu, maka ia akan diberi pahalanya oleh Allah, barang siapa yang melanggarnya, lalu ia diberi sanksi oleh Allah di dunia ini, maka hal itu adalah sebagai penghapus dosanya, dan barang siapa yang melanggarnya lalu Allah menutupi dosa itu, maka urusannya di akhirat hanyalah di tangan Allah, mungkin ia dimaafkan atau mungkin pula disiksanya kelak.” Maka kamipun segera membai‘atnya dengan hal itu. (Muttafaqun ‘alaih).

-17 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِيْ أَضْحًى أَوْ فِطْرٍ إِلَى الْمُصَلَّى فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّيْ أُرِيْتُكُنَّ أَكْثَرَ -[14]- أَهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ وَ بِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَ تَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَ دِيْنٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ قُلْنَ وَ مَا نُقْصَانُ دِيْنِنَا وَ عَقْلِنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ أَلَيْسَ شَهَادَةُ الْمَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذلِكَ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تَصِلِّ وَ لَمْ تَصُمْ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذلِكَ مِنْ نُقْصَانِ دِيْنِهَا

  1. Dari Abū Sa‘īd al-Khudrī r.a. katanya: “Ketika Nabi hendak keluar ke tempat shalat di hari raya ‘Īd-ul-Adhḥā atau ‘Īd-ul-Fithri beliau sempat lewat di bagian tempat kaum wanita. Di tempat itu beliau bersabda: “Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kalian, sesungguhnya aku diperlihatkan bahwa sebagian besar penduduk neraka adalah kaum wanita” Tanya mereka: “Apakah yang menyebabkan hal itu, wahai Rasūlullāh?” Kata beliau s.a.w.: “Dikarenakan kalian banyak mengutuk/mengumpat dan tidak tahu berterima-kasih, tidak pernah aku lihat yang lebih lemah akal dan agamanya lebih dari kalian”. Tanya mereka: “Apakah tanda-tandanya lemahnya akal dan agama kami ya Rasūlullāh?” Jawab beliau s.a.w.: “Bukankah kesaksian seorang wanita separuh dari kesaksian seorang lelaki? Itu adalah bukti lemahnya akal mereka, bukankah bila sedang datang bulan (menstruasi), wanita tak boleh bersembahyang dan berpuasa?” Jawab mereka: “Benar”. Kata Rasūlullāh s.a.w.: “Itulah bukti lemahnya agama kaum wanita.” (Muttafaqun ‘alaih).

-18 (صَحِيْحٌ)
وَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: ” قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ اللهُ: كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ ذلِكَ وَ شَتَمَنِيْ وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ ذلِكَ فَأَمَّا تَكْذِيْبُهُ إِيَّايَ لَنْ يُعِيْدَنِيْ كَمَا بَدَأَنِيْ وَ لَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بَأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ (أَوْ فِيْ نُسْخة: أَنْ يَقُوْلُ إِنِّيْ لَنْ أُعِيْدُهُ كَمَا بَدَأْتُهُ) وَ أَمَّا شَتْمَهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ (أَنْ يَقُوْلَ) اتَّخَذَ اللهَ وَلَدًا وَ أَنَا الصَّمَدُ الَّذِيْ لَمْ أَلِدْ وَ لَمْ أُوْلَدْ وَ لَمْ يَكُنْ لِيْ كُفُؤًا أَحَدٌ (لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُوْلَدْ وَ لَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُؤًا أَحَدٌ)
كُفُؤًا وَ كَفِيْئًا وَ كِفَاءً وَاحِدٌ
(صَحِيْحٌ)
فِيْ رِوَايَةٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: ” وَ أَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لِيْ وَلَدٌ وَ سُبْحَانِيْ أَنْ أَتَّخِذَ صَاحِبَةً أَوْ وَلَدًا “

  1. Dari Abū Hurairah r.a. katanya: “Telah bersabda Rasūlullāh s.a.w.: “Allah ta‘ālā telah berfirman: “Telah mendustakan Aku hamba-Ku dan ia tak berhak untuk itu, dan telah mencaci-Ku hamba-Ku dan ia pun tak pantas untuk itu. Adapun pendustaannya kepada-Ku adalah ucapannya: “sekali-kali tidaklah bakal dikembalikan sebagaimana aku dijadikan awal mulanya.” Adapun caciannya kepada-Ku adalah ucapannya: “Allah telah mengambil anak”, padahal Aku adalah Yang Maha Esa, tempat untuk berharap yang tidak ada anak bagi-Ku dan tidak pula Aku dilahirkan, dan tidak ada sesuatupun yang sebanding dengan Aku.”

Dalam riwayat yang disampaikan oleh Ibnu ‘Abbās disebutkan: “Adapun caciannya kepada-Ku adalah ucapannya: “Allah menjadikan bagi-Nya istri atau anak”. (Bukhārī).

-19 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: ” قَالَ اللهُ تَعَالَى: يُؤْذِيْنِي ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَ أَنَا الدَّهْرُ بِيَدِيَ الْأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَ النَّهَارَ “

  1. Dari Abū Hurairah r.a. katanya: “Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda: “Allah ta‘ālā telah berfirman: “Telah menyakiti Aku putra Ādam, ia mencaci – masa – padahal Akulah (yang menciptakan) masa, di tangan-Ku setiap urusaan, Aku bakal balikkan malam dan siang.” (Muttafaqun ‘alaih).

-20 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنْ أَبِيْ مُوْسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «مَا أَحَدٌ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى يَسْمَعُهُ مِنَ اللهِ يَدْعُوْنَ لَهُ الْوَلَدَ ثُمَّ يُعَافِيْهِمْ وَ يَرْزُقُهُمْ»

  1. Dari Abū Mūsā al-Asy‘arī katanya: “Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda: “Tidak satupun yang lebih sabar dari Allah ketika Dia mendengar ucapan yang amat menyakitkan yaitu ketika dikatakan bahwa Dia menjadikan bagi-Nya seorang anak, akan tetapi Allah masih bersikap toleran bagi mereka dan memberi mereka rizki.” (Muttafaqun ‘alaih).

-21 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنْ مُعَاذٍ رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ لَيْسَ بَيْنِيْ وَ بَيْنَهُ إِلَّا مُؤْخِرَةُ الرَّحْلِ: (يُقَالُ لَهُ عَفِيْرٌ) فَقَالَ: يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِيْ حَقُّ اللهِ عَلَى عِبَادِهِ وَ مَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ؟ قُلْتُ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوْهُ وَ لَا يُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا وَ حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ قَالَ لَا تُبَشِّرُهُمْ فَيَتَّكِلُوْا

  1. Dari Mu‘ādz katanya: “Pernah aku membonceng di belakang Nabi s.a.w. ketika beliau menunggangi seekor keledai dan antara aku dengan beliau tak ada lagi tempat selain bagian akhir dari kendaraan beliau itu. Kata beliau s.a.w.: “Wahai Mu‘ādz tahukah kamu, apakah hak Allah atas para hamba-Nya, apakah hak para hamba-Nya atas Allah?” Jawabku: “Hanya Allah dan Rasūl-Nya saja yang lebih tahu”. Kata beliau: “Hak Allah atas hamba-hambaNya hendaknya mereka menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan apapun, dan hak hamba-hambaNya atas Allah, Allah tak akan menyiksa orang-orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.” Kataku: “Wahai Rasūlullāh, bolehkah aku beritakan berita gembira ini kepada manusia?” Kata Rasūlullāh: “Jangan, agar mereka tidak bermalas-malasan/meremehkan hak Allah.” (Muttafaqun ‘alaih).

-22 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ مُعَاذٌ رَدِيْفُهُ عَلَى الرَّحْلِ قَالَ: «يَا مُعَاذُ بْنَ جَبَلٍ قَالَ لَبَّيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ سَعْدَيْكَ قَالَ: يَا مُعَاذُ قَالَ لَبَّيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ سَعْدَيْكَ ثَلَاثًا قَالَ: مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَفَلَا أُخْبِرُ بِهِ النَّاس فَيَسْتَبْشِرُوْا قَالَ: إِذَا يَتْكِلُوْا فَأَخْبِرُ بِهَا مُعَاذٌ عِنْدَ مَوْتِهِ تَأَثُّمًا»

  1. Dari Anas katanya: “Pernah ketika Mu‘ādz membonceng di belakang Nabi s.a.w., beliau berkata: “Wahai Mu‘ādz!” Jawab Mu‘ādz, labbaika yā Rasūlallāh”. Lalu Nabi mengulangi panggilannya sebanyak tiga kali dan Mu‘ādzpun menjawabnya sebanyak tiga kali pula. Kemudian beliau s.a.w. bersabda: “Tidak seorang pun bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muḥammad adalah utusan Allah, dengan sepenuh hati, niscaya Allah akan mengharamkan api neraka untuk melalapnya”. Tanya Mu‘ādz: “Wahai Rasūlallāh! Bolehkah aku kabarkan kepada manusia agar mereka bergembira?” Jawab Nabi: “Jangan, agar mereka tidak meremehkan Allah.” Kabar itu baru diberitakan oleh Mu‘ādz menjelang saat kematiannya, karena takut dengan ancaman sebagai orang yang menyembunyikan ‘ilmu.” (Muttafaqun ‘alaih).

-23 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ عَلَيْهِ ثَوْبٌ أَبْيَضُ وَ هُوَ نَائِمٌ ثُمَّ أَتَيْتُهُ وَ قَدِ اسْتَيْقَظَ فَقَالَ: «مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ قُلْتُ: وَ إِنْ زَنَى وَ إِنْ سَرَقَ قَالَ: وَ إِنْ زَنَى وَ إِنْ سَرَقَ قُلْتُ: وَ إِنْ زَنَى وَ إِنْ سَرَقَ قَالَ: وَ إِنْ زَنَى وَ إِنْ سَرَقَ قُلْتُ: وَ إِنْ زَنَى وَ إِنْ سَرَقَ قَالَ: وَ إِنْ زَنَى وَ إِنْ سَرَقَ عَلَى رَغْمِ أَنْفِ أَبِيْ ذَرٍّ وَ كَانَ أَبُوْ ذَرٍّ إِذَا حَدَّثَ بِهذَا قَالَ: وَ إِنْ رَغِمَ أَنْفُ أَبِيْ ذَرٍّ»

  1. Dari Abū Dzarr katanya: “Pernah aku mendatangi Nabi s.a.w. kudapatkan beliau sedang tidur, pada beliau terdapat kain putih, kemudian aku mendatanginya lagi ketika beliau telah bangun, kemudian setelah itu beliau bersabda: “Tidak seorangpun mengucapkan “Lā ilāha illallāh” kemdian ia mati di atas ucapan itu, melainkan Allah akan memasukkannya ke dalam syurga.” Kataku: “Walaupun ia telah berzina dan mencuri” Jawab Nabi: “Walaupun ia telah berzina dan mencuri” Dan ketika aku ulangi lagi: “Walaupun ia telah berzina dan mencuri”. Jawab Nabi: “Walaupun ia telah berzina dan mencuri dan walaupun Abū Dzarr tidak menyenanginya”. Dan jika ia memberitakan hadits tersebut, maka Abū Dzarr selalu mengiringinya dengan ucapan “Walaupun Abū Dzarr tidak menyenanginya” (Muttafaqun ‘alaih).

-24 (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
وَ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: «مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ أَنَّ عِيْسَى عَبْدُ اللهِ وَ رَسُوْلُهُ وَ ابْنُ أَمَتِهِ وَ كَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَ رُوْحٌ مِنْهُ وَ الْجَنَّةُ وَ النَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَل»

  1. Dari ‘Ubādah bin ash-Shāmit r.a. katanya: “Telah bersabda Rasūlullāh s.a.w.: “Barang siapa bersaksi bahwa tak ada tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan tidak menyekutukan bagi-Nya, dan bersaksi bahwa Muḥammad adalah hamba Allah dan Rasūl-Nya, dan ‘Īsā adalah hamba Allah dan Rasūl-Nya, putra hamba-Nya dan kalimat-Nya yang diletakkan pada Maryam dan roh daripada-Nya, serta syurga dan nereka itu adalah benar, maka ia akan dimasukkan ke dalam syurga di atas amalan itu.” (Muttafaqun ‘alaih).

-25 (صَحِيْحٌ)
وَ عَنْ عَمْرِو بْن الْعَاصِ قَالَ: «أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقُلْتُ ابْسُطْ يَمِيْنَكَ فَلَأُبَايِعُكَ -[16]- فَبَسَطَ يَمِيْنَهُ فَقَبَضْتُ يَدِيْ فَقَالَ مَا لَكَ يَا عَمْرُو قُلْتُ أَرَدْتُ أَنْ أُشْتُرِطَ قَالَ تَشْتَرِطُ مَاذَا قَالَ (قُلْتُ) أَنْ يَغْفَرَ لِيْ قَالَ: أَمَا عَلِمْتَ يَا عَمْرُو أَنَّ الْإِسْلَامَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ وَ أَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهَا وَ أَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ» ؟ رَوَاهُ مُسْلِمٌ
(وَ الْحَدِيْثَانِ الْمَرْوِيَّانِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: ” قَالَ اللهُ تَعَالَى: «أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ» . و الاخر: «الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِيْ» سَنَذْكُرُهُمَا فِيْ بَابِ الرِّيَاءِ وَ الْكِبْرِ إِنْ شَاءَ الله تَعَالَى)

  1. Dari ‘Amru Ibn-ul-‘Āsh katanya: “Aku mendatangi Nabi s.a.w. lalu aku berkata: “Ulurkan tangan kananmu, aku akan membai‘at” (Bai‘at untuk masuk Islam). Waktu beliau mengulurkan tangan kanannya, akupun menarik tanganku. Tanya beliau s.a.w.: “Mengapa kamu berlaku demikian wahai ‘Amru?” Jawabku: “Aku mau bila aku diberi syarat”. “Tanya apa yang kamu inginkan?” Jawabku: “Aku mau bila aku diampunkan oleh Allah.” Jawab Nabi s.a.w.: “Tahukah kamu wahai ‘Amru, bahwa Islam menghancurkan dosa-dosa yang terdahulu, hijrahpun juga menghancurkan dosa-dosa yang terdahulu dan hajipun menghancurkan dosa-dosa yang terdahulu.” (HR. Muslim).

https://al-maktaba.org/book/8360/37#p1

Catatan:

  1. 1). Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imām Aḥmad dan Imām Syāfi‘ī berkata : Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ‘ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan (‘amal ‘ibādah) hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. Diriwayatkan dari Imām Syāfi‘ī bahwa dia berkata : Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ‘ulamā’ bahkan ada yang berkata: Hadits ini merupakan sepertiga Islam.
  2. 2). Asbāb-ul-Wurūd: Ada seseorang yang hijrah dari Makkah ke Madīnah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama: “Ummu Qais” bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhājir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).
  3. 3). Hijrah secara bahasa artinya : meninggalkan, sedangkan menurut syarī‘at artinya: meninggalkan negeri kafir menuju negeri Islam dengan maksud menyelamatkan agamanya. Yang dimaksud dalam hadits ini adalah perpindahan dari Makkah ke Madīnah sebelum Fatḥu Makkah (Penaklukan kota Makkah th. 8 H).)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *