الْفَصْلُ الثَّانِيْ
PASAL KEDUA
-26 (لم تتمّ دراسته)
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: (كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِيْ سَفَرٍ فَأَصْبَحْتُ يَوْمًا قَرِيْبًا مِنْهُ وَ نَحْنُ نَسِيْرُ فَ) قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَخْبِرْنِيْ بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَ يُبَاعِدْنِيْ عَنِ النَّارِ قَالَ: لَقَدْ سَأَلْتَنِيْ عَنْ عَظِيْمٍ وَ أَنَّهُ لِيَسِيْرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ عَلَيْهِ تَعْبُدُ اللهَ وَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَ تُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَ تُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَ تَصُوْمَ رَمَضَانَ وَ تَحُجَّ الْبَيْت ثُمَّ قَالَ أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَ الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةُ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ وَ صَلَاةُ الرَّجُلِ فِيْ جَوْفِ اللَّيْلِ ثُمَّ قَالَ: تَلَا (تَتَجَافَى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ) حَتَّى بَلَغَ (يَعْمَلُوْنَ)
ثُمَّ قَالَ: أَلَا أَدُلُّكَ بِرَأْسِ الْأَمْرِ وَ عَمُوْدِهِ وَ ذِرْوَةِ سَنَامِهِ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ وَ عَمُوْدُهُ الصَّلَاةُ وَ ذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ ثُمَّ قَالَ: أَلَا أُخْبِرُكَ بِمِلَاكِ ذلِكَ كُلِّهِ قُلْتُ: بَلَى يَا نَبِيَّ اللهِ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ فَقَالَ: كُفَّ عَلَيْكَ هذَا فَقُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ وَ إِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ: ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَ هَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ. رَوَاهُ أَحْمَدُ وَ التِّرْمِذِيُّ وَ ابْنُ مَاجَهْ
- Dari Mu‘ādz katanya: “Pernah aku berkata: “Ya Rasūlullāh, beritahukan padaku suatu amalan yang dapat memasukkan aku ke dalam syurga dan menjauhkan aku dari api neraka.” Jawab Rasūlullāh s.a.w.: “Sungguh kamu telah menanyakan suatu yang besar, akan tetapi akan mudah bagi yang diberi kemudian oleh Allah ta‘ālā: Sembahlah Allah, jangan mempersekutukan-Nya dengan apapun, dirikan shalat, tunaikan zakat, berpuasalah di bulan Ramadhān dan kerjakan haji ke Baitullāh. Kemudian melanjutkan: “Maukah kamu aku tunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai (Perisai yang dapat menjauhkan seorang yang berpuasa dari perbuatan dosa), sedekah itu dapat menghapuskkan dosa, sebagaimana air menghapuskan api, dan shalat seseorang di tengah malam, kemudian ia membaca ayat “Tatajāfā qulūbuhum ‘anil madhāji‘ī sampai Ya‘malūn(a)”. (as-Sajdah 16, 17). Kemudian beliau berkata: “Maukah kamu aku tunjukkan denan kepala segala sesuatu, tonggaknya dan puncak dari punggungnya?” Jawabku: “Mau, ya Rasūlullāh”. Jawab Nabi: “Kepala segala sesuatu adalah Islam, tonggaknya adalah shalat, dan puncak dari punggungnya adalah jihad.” Kemudian beliau bertanya: “Maukah saya beritahukan padamu yang paling penting dari seluruhnya itu?” Jawabku: “Mau ya Rasūlullāh”. Kata beliau sambil memegang lisan beliau: “Jagalah lidah ini”. Maka kataku: “Bagaimana kalau kita hendak berbicara wahai Nabiyallāh?” Jawab beliau: “Wahai Mu‘ādz, tidakkah kamu perhatikan bahwa banyak dari manusia yang terlempar ke dalam api neraka dikarenakan hasil perbuatan lidah mereka.” (HR. Aḥmad, Tirmidzī, dan Ibnu Mājah).
-27 (لم تتمّ دراسته)
وَ عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «مَنْ أَحَبَّ للهِ وَ أَبْغَضَ للهِ -[17]- وَ أَعْطَى للهِ وَ مَنَعَ للهِ فَقَدِ اسْتكْمَلَ الْإِيْمَانُ» . رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ
- Dari Abū Umāmah r.a. katanya: “Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda: “Barang siapa yang cinta, membenci/marah, memberi dan menolak hanya karena Allah, berarti ia benar-benar telah sempurna imannya.” (HR. Abū Dāwūd).
-28 (لم تتمّ دراسته)
رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ عَنْ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ مَعَ تَقْدِيْمٍ وَ تَأْخِيْرٍ وَ فِيْهِ: «فَقَدِ اسْتَكْمَلَ إِيْمَانُهُ».
- Tirmidzī juga meriwayatkan hadits di atas dari Mu‘ādz bin Anas hanya saja redaksinya sedikit berbeda dengan hadits di atas yaitu ada bagian yang didahulukan ada pula yang diakhirkan, dan bagian akhirnya adalah kiamat” berarti ia benar-benar telah sempurna imannya.”
-29 (لم تتمّ دراسته)
وَ عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ الْحُبُّ فِي اللهِ وَ الْبُغْضُ فِي اللهِ» . رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُد.
- Dari Abū Dzarr r.a. katanya: “Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda: “Sebaik-baik amalan adalah bercinta (mencintai, berkasih-sayang) karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR. Abū Dāwūd).
-30 (لم تتمّ دراسته)
وَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: «الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يَدِهِ وَ الْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَ أَمْوَالِهِمْ» . رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَ النَّسَائِيُّ.
وَ زَادَ الْبَيْهَقِيُّ فِيْ «شُعَبِ الْإِيْمَانِ» . بِرِوَايَةِ فَضَالَةَ: «وَ الْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِيْ طَاعَةِ اللهِ وَ الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ الْخَطَايَا وَ الذُّنُوْبَ».
- Dari Abū Hurairah r.a. katanya: “Rasūlullāh s.a.w. telah bersabda: “Seorang Muslim itu adalah yang dapat menyelamatkan kaum Muslimīn dari kejahatan lidah dan tangannya dan seorang Mu’min adalah seorang yang dapat mengamankan kaum Mu’minīn pada darah dan harta-bendanya.” (HR. Tirmidzī, Nasā’ī, ditambahkan oleh al-Baihaqī dalam bab Syu‘ab-ul-Īmān dengan riwayat Fadhālah: “Seorang Mujāhid adalah seorang yang dapat memerangi nafsunya dalam taat pada Allah, dan orang Muhājir adalah seorang yang dapat menjauhi segala bentuk perbuatan salah dan dosa.”).
-31 (حَسَنٌ)
وَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَلَّمَا خَطَبَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِلَّا قَالَ: «لَا إِيْمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ وَ لَا دِيْنَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ» . رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ فِيْ شُعَبِ الْإِيْمَانِ.
- Dari Anas r.a. katanya: “Ketika Rasūlullāh s.a.w. berkhuthbah, (tidak berkhuthbah) kecuali berkata: “Tidak sempurna seseorang yang tidak pandai menjaga amanat, dan tidak sempurna agama seseorang yang tak pandai menepati janji.” (HR. al-Baihaqī, dalam bab Syu‘ab-ul-Īmān).