Mustadrak Bab 72 no.181 : Wasiat untuk Orang yang Ingin Bepergian (Penjelasan Menjauhi Perbuatan Keji-2)

Al-MUSTADRAK
(Judul Asli: Al-Mustadraku ‘alash-Shahihain)
Oleh: Imam al-Hakim

Penerjemah: Ali Murtadho
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Mustadrak Kitab 1 Bab 72

181 – حَدَّثَنَاهُ عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ الْحَسَنِ الْقَاضِيْ، ثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ الْحُسَيْنِ، ثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِيْ إِيَاسٍ، ثَنَا شُعْبَةُ. وَ أَخْبَرَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ إِسْحَاقَ، أَنْبَأَ مُحَمَّدُ بْنُ غَالِبٍ، ثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ، ثَنَا شُعْبَةُ، ثَنَا مَنْصُوْرٌ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، فِيْ هذِهِ الْآيَةِ (إِلَّا اللَّمَمَ) قَالَ: الَّذِيْ يُلِمُّ بِالذَّنْبِ ثُمَّ يَدَعُهُ، أَلَمْ تَسْمَعْ قَوْلَ الشَّاعِرِ : إِنْ تَغْفِرِ اللَّهُمَّ تَغْفِرْ جَمَّا وَ أَيُّ عَبْدٍ لَكَ لَا أَلَمَّا
وَ هذَا التَّوْقِيْفُ لَا يُوْهِنُ السَّنَدَ الْأَوَّلَ، فَإِنَّ زَكَرِيَّا بْنَ إِسْحَاقَ حَافِظٌ ثِقَةٌ، وَ قَدْ حَدَّثَ بِهِ رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، عَنْ زَكَرِيَّا، وَ قَدْ ذَكَرْتُ فِيْ شَرَائِطِ هذَا الْكِتَابِ إِخْرَاجَ التَّفَاسِيْرِ عَنِ الصَّحَابَةِ.

181/181. ‘Abd-ur-Raḥmān bin Ḥasan al-Qādhī menceritakannya kepada kami, Ibrāhīm bin al-Ḥusain menceritakan kepada kami, Ādam bin Abī Iyās menceritakan kepada kami, Syu‘bah menceritakan kepada kami. Abū Bakar bin Isḥāq mengabarkan kepada kami, Muḥammad bin Ghālib memberitakan (kepada kami), ‘Affān bin Muslim menceritakan kepada kami, Syu‘bah menceritakan kepada kami, Manshūr menceritakan kepada kami dari Mujāhid, dari Ibnu ‘Abbās, tentang ayat ini: Yang selain dari kesalahan-kesalahan (dosa-dosa) kecil. (Qs. An-Najm [53]: 32), dia berkata: “Maksudnya adalah orang yang melakukan dosa kecil, kemudian meninggalkannya.” Tidakkah kamu mendengar ucapan seorang penyair:

Jika Engkau memberi ampunan waahai Allah

Maka Engkau memberi ampunan yang banyak.

Siapakah hamba-Mu yang tidak pernah melakukan dosa?” (2421).

Status mauqūf hadits ini (2432).tidak melemahkan sanad yang pertama, karena Zakariyyā bin Isḥāq adalah periwayat ḥāfizh tsiqah. Rauḥ bin ‘Ubādah meriwayatkan hadits dari Zakariyyā. Aku telah menjelaskan syarat-syaratnya dalam kitab ini, yaitu (bolehnya) meriwayatkan penafsiran dari para sahabat.

Catatan:

  1. (242). Lih. Hadits no. 180.
  2. (243). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Hadits ini sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *