Hati Senang

Mustadrak 90 Tidak Beriman Seorang Hamba Sampai Dia Beriman Kepada Empat Hal (1/3)

Al-MUSTADRAK
(Judul Asli: Al-Mustadraku ‘alash-Shahihain)
Oleh: Imam al-Hakim

Penerjemah: Ali Murtadho
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

40 – لَا يُؤْمِنُ الْعَبْدُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِأَرْبَعٍ

1-40. Tidak Beriman Seorang Hamba Sampai Dia Beriman Kepada Empat Hal.

90 – أَخْبَرَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ تَمِيْمٍ الْحَنْظَلِيُّ، بِبَغْدَادَ، ثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الرَّقَاشِيُّ، ثَنَا أَبُوْ عَاصِمٍ، ثَنَا سُفْيَانُ.

وَ أَخْبَرَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ الْمَحْبُوْبِيُّ، بِمَرْوَ، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَيَّارٍ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيْرٍ، قَالَا: ثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ مَنْصُوْرٍ، عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ، عَنِ النَّبِيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – قَالَ: “لَا يُؤْمِنُ الْعَبْدُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِأَرْبَعٍ حَتَّى يَشْهَدَ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ بَعَثَنِيْ بِالْحَقِّ، وَ يُؤْمِنُ بِالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ، وَ يُؤْمِنُ بِالْقَدَرِ”.

هذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، وَ قَدْ قَصَّرَ بِرِوَايَتِهِ بَعْضُ أَصْحَابِ الثَّوْرِيِّ، وَ هذَا عِنْدَنَا مِمَّا لَا يُعْبَأُ.

90/90. Abul-Ḥusain Muḥammad bin Aḥmad bin Tamīm al-Ḥanzhalī mengabarkan kepada kami di Baghdād, ‘Abd-ul-Mālik bin Muḥammad bin ‘Abdulillāh ar-Raqāsyī menceritakan kepada kami, Abū ‘Āshim menceritakan kepada kami, Sufyān menceritakan kepada kami,

Abul-‘Abbās Muḥammad bin Aḥmad al-Maḥbūbī mengabarkan kepada kami di Marwa, Aḥmad bin Sayyār dan Muḥammad bin Katsīr menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Sufyān menceritakan kepada kami dari Manshūr, dari Rib‘ī bin Ḥirāsy, dari ‘Alī bin Abī Thālib, dari Nabi s.a.w., beliau bersabda: “Tidak beriman seorang hamba sampai dia beriman kepada empat hal, yaitu: (1). Bersaksi (mengakui atau menyatakan) bahwa tidak ada tuhan selain Allah, (2). (bersaksi bahwa) aku adalah utusan Allah yang diutus dengan (membawa) kebenaran. (3). Beriman kepada Hari Kebangkitan setelah mati, dan (4). Beriman kepada takdir.” (1511).

Hadits ini shaḥīḥ sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim. Sebagian sahabat ats-Tsaurī telah memperpendek (meringkas) periwayatannya, dan menurut kami hal ini tidak perlu dihiraukan.

Catatan:

  1. (151). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Hadits ini sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim. Abū ‘Āshim dan Muḥammad bin Katsīr juga meriwayatkannya dari Sufyān.”
    Abū Ḥudzaifah berkata (no. 91): “Dari Sufyān, dari Manshūr, dari Rib‘ī, dari seorang laki-laki, dari ‘Alī. Jarīr juga meriwayatkannya (no. 92) dari Manshūr seperti pada yang pertaman (yakni no. 90).”
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.