Mustadrak 89 Thiyar Itu Berjalan Sesuai Takdir

Al-MUSTADRAK
(Judul Asli: Al-Mustadraku ‘alash-Shahihain)
Oleh: Imam al-Hakim

Penerjemah: Ali Murtadho
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

39 – الطِّيَرُ تَجْرِيْ بِقَدَرٍ

1-39. Thiyar (Merasa Bernasib Sial Karena Suatu Yang Dilihat, Didengar, Diketahui dll.) Itu Berjalan Sesuai Takdir.

89 – حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ بَالَوَيْهِ، ثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ مَيْمُوْنٍ، ثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ، ثَنَا حَسَّانُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ الْكَرْمَانِيُّ، ثَنَا سَعِيْدُ بْنُ مَسْرُوْقٍ، عَنْ [ ص: 191 ] يُوْسُفَ بْنِ أَبِيْ بُرْدَةَ بْنِ أَبِيْ مُوْسَى، عَنْ أَبِيْ بُرْدَةَ قَالَ: أَتَيْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ: يَا أُمَّاهُ، حَدِّثِيْنِيْ بِشَيْءٍ سَمِعْتِيْهِ، مِنْ رَسُوْلِ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – : “الطَّيْرُ تَجْرِيْ بِقَدَرٍ”، وَ كَانَ يُعْجِبُهُ الْفَأْلُ الْحَسَنُ.

قَدِ احْتَجَّ الشَّيْخَانِ بِرُوَاةِ هذَا الْحَدِيْثِ عَنْ آخِرِهِمْ، غَيْرَ يُوْسُفَ بْنِ أَبِيْ بُرْدَةَ، وَ الَّذِيْ عِنْدِيْ أَنَّهُمَا لَمْ يُهْمِلَاهُ بِجَرْحٍ وَ لَا بِضَعْفٍ بَلْ لِقِلَّةِ حَدِيْثِهِ فَإِنَّهُ عَزِيْزُ الْحَدِيْثِ جِدًّا.

89/89. Abū Bakar Muḥammad bin Aḥmad bin Bālawaih menceritakan kepada kami, Isḥāq bin Ḥusain bin Maimūn menceritakan kepada kami, ‘Affān bin Muslim menceritakan kepada kami, Ḥassān bin Ibrāhīm al-Kirmānī menceritakan kepada kami, Sa‘īd bin Masrūq menceritakan kepada kami dari Yūsuf bin Abī Burdah bin Abī Mūsā, dari Abū Burdah, dia berkata: Aku mendatangi ‘Ā’isyah dan berkata: “Wahai ‘Ā’isyah, ceritakanlah kepadaku sesuatu yang pernah engkau dengar dari Rasūlullāh s.a.w.” Dia berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Thiyar (Merasa bernasib sial karena suatu) berjalan sesuai takdir Allah.” Beliau menyukai optimisme (fa’l = tafa’’ul = fāl) yang baik.” (1501).

Al-Bukhārī dan Muslim berhujjah dengan para periwayat hadits ini dari yang terakhi, kecuali Yūsuf bin Abī Burdah.

Menurutku, al-Bukhārī dan Muslim tidak meremehkannya, baik dengan menilainya cacat maupun dha‘īf. Bahkan sekalipun dia sedikit hadtisnya, namun haditsnya tergolong sangat ‘azīz (kuat).

Catatan:

  1. (150). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Al-Bukhārī dan Muslim tidak meriwayatkan Yūsuf, seorang periwayat ‘azīz.”
    Al-Munawī berkata dalam al-Faidh: “Al-Bazzār meriwayatkannya dengan redaksi tersebut dari ‘Ā’isyah. Selain itu, dia berkata: “Dia tidak meriwayatkan kecuali dengan sanad ini.”
    Al-Haitsamī berkata: “Para periwayatnya adalah periwayat shaḥīḥ kecuali Yūsuf, tapi dia dinilai tsiqah oleh Ibnu Ḥibbān.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *