Mustadrak 53 Islam Adalah Menyembah Allah dan Tidak Menyekutukan-Nya Dengan Sesuatu pun, Mendirikan Shalat, Menunaikan Zakat

Al-MUSTADRAK
(Judul Asli: Al-Mustadraku ‘alash-Shahihain)
Oleh: Imam al-Hakim

Penerjemah: Ali Murtadho
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

25 – الِإْسْلَامُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَ لَا تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَ تُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَ تُؤْتِي الزَّكَاةَ

1-25. Islam Adalah Menyembah Allah dan Tidak Menyekutukan-Nya Dengan Sesuatu pun, Mendirikan Shalat, Menunaikan Zakat.

53 – حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ إِسْحَاقَ، ثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي السَّرِيِّ، ثَنَا الْوَلِيْدُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ ثَوْرِ بْنِ يَزِيْدَ، عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ – عَنِ النَّبِيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – قَالَ: “الْإِسْلَامُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَ تُقِيْمَ الصَّلَاةَ، وَ تُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَ تَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَ تَحُجَّ الْبَيْتَ، وَ الْأَمْرُ بِالْمَعْرُوْفِ وَ النَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ، وَ تَسْلِيْمُكَ عَلَى أَهْلِكَ، فَمَنِ انْتَقَصَ شَيْئًا مِنْهُنَّ فَهُوَ سَهْمٌ مِنَ الْإِسْلَامِ يَدَعُهُ وَ مَنْ تَرَكَهُنَّ كُلَّهُنَّ فَقَدْ وَلَّى الْإِسْلَامَ ظَهْرَهُ”.

هذَا الْحَدِيثُ مِثْلُ الْأَوَّلِ فِي الْاِسْتِقَامَةِ .

53/53. Abū Bakar bin Isḥāq menceritakan kepada kami, ‘Ubaid bin ‘Abd-ul-Wāḥid menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Abis-Sarī menceritakan kepada kami, Walīd bin Muslim menceritakan kepada kami dari Tsaur bin Yazīd, dari Khālid bin Ma‘dān, dari Abū Hurairah r.a., dari Nabi s.a.w., beliau bersabda: “Islam adalah menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhān, berhaji ke Baitullah, amar ma‘ruf nahi mungkar, dan menyampaikan (berdakwah) kepada keluargmu. Barang siapa mengurangi salah satunya, maka itu merupakan bagian Islam yang dia tinggalkan. Barang siapa meninggalkannya secara keseluruhan, maka Islam telah melepaskan diri dari punggungnya (yaitu dia bukan orang Islam lagi).” (1141).

Hadits ini seperti hadits pertama dalam kelurusannya.

 

Catatan:

  1. (114). Adz-Dzahabī tidak mengomentarinya dalam at-Talkhīsh.

    Mengenai Tsaur bin Yazīd, Ibnu Ma‘īn berkata: “Aku tidak melihat seseorang yang meragukan bahwa ia seorang penganut Qadariyah, tapi haditsnya shaḥīḥ.

    Aḥmad bin Ḥanbal berkata: “Tsaur seorang penganut Qadariyah, penduduk Himsh mengusir dan mengeluarkannya.”

    Ibn-ul-Mubārak berkata: “Aku bertanya kepada Sufyān tentang (hukum) mengambil (hadits) dari Tsaur, lalu dia menjawab: “Ambillah hadits darinya, tapi takutlah dengan teman-temannya.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *