Mustadrak 49 Larangan Keras Tentang Membunuh Orang Mu’min (3/3)

Al-MUSTADRAK
(Judul Asli: Al-Mustadraku ‘alash-Shahihain)
Oleh: Imam al-Hakim

Penerjemah: Ali Murtadho
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Mustadrak Kitab 1 Bab 23

49 – حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ يَحْيَى الْآدَمِيُّ، بِبَغْدَادَ، ثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِي الْعَوَّامِ، ثَنَا يَزِيْدُ بْنُ هَارُوْنَ، أَنْبَأَنَا هَمَّامٌ.

وَ حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ سَلْمَانَ الْفَقِيْهُ، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عِيْسَى، ثَنَا مُوْسَى بْنُ إِسْمَاعِيْلَ

حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ إِسْحَاقَ، أَنْبَأَ مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ حِبَّانَ الْأَنْصَارِيُّ، أَنْبَأَ أَبُو الْوَلِيْدِ، وَ مُوْسَى بْنُ إِسْمَاعِيْلَ، قَالَا: ثَنَا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِيْ طَلْحَةَ قَالَ: حَدَّثَنِيْ شَيْبَةُ الْخُضَرِيُّ، أَنَّهُ شَهِدَ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ، يُحَدِّثُ عُمَرَ بْنَ عَبْدِ الْعَزِيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – قَالَ: “ثَلَاثٌ أَحْلِفُ عَلَيْهِنَّ: لَا يَجْعَلُ اللهُ مَنْ لَهُ سَهْمٌ فِي الْإِسْلَامِ كَمَنْ لَا سَهْمَ لَهُ، وَ سِهَامُ الْإِسْلَامِ: الصَّوْمُ وَ الصَّلَاةُ وَ الصَّدَقَةُ، وَ لَا يَتَوَلَّى اللهُ عَبْدًا فَيُوَلِّيْهِ غَيْرَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَ لَا يُحِبُّ رَجُلٌ قَوْمًا إِلَّا جَعَلَهُ اللهُ مَعَهُمْ، وَ الرَّابِعَةُ إِنْ حَلَفْتُ عَلَيْهَا رَجَوْتُ أَنْ لَا آثَمَ: مَا يَسْتُرُ اللهُ عَلَى عَبْدٍ فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَ عَلَيْهِ فِيْ [ ص: 172 ] الْآخِرَةِ”. فَقَالَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيْزِ: إِذَا سَمِعْتُمْ مِثْلَ هذَا الْحَدِيْثِ يُحَدِّثُ عُرْوَةُ، عَنْ عَائِشَةَ فَاحْفَظُوْهُ.

( حَدِيثُ ) شَيْبَةَ الْحَضْرَمِيِّ قَدْ خَرَّجَهُ الْبُخَارِيُّ، وَ قَالَ فِي التَّارِيْخِ: وَ يُقَالُ الْخُضَرِيُّ سَمِعَ عُرْوَةَ وَ عُمَرَ بْنَ عَبْدِ الْعَزِيْزِ، وَ هذَا الْحَدِيْثُ صَحِيْحُ الْإِسْنَادِ وَ لَمْ يُخْرِجَاهُ”.

49/49. Aḥmad bin ‘Utsmān bin Yaḥyā al-Ādamī menceritakan kepada kami di Baghdād, Abū Bakar bin Abul-‘Awwām menceritakan kepada kami, Yazīd bin Hārūn menceritakan kepada kami, Hammām mengabarkan kepada kami,

Abū Bakar Aḥmad bin Salmān al-Faqīh menceritakan kepada kami, Aḥmad bin Muḥammad bin ‘Īsā menceritakan kepada kami, Mūsā bin Ismā‘īl menceritakan kepada kami,

Abū Bakar bin Isḥāq menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Muḥammad bin Ḥibbān al-Anshārī memberitakan (kepada kami), Abul-Walīd dan Mūsā bin Ismā‘īl memberitakan (kepada kami), keduanya berkata: Hammām bin Yaḥyā menceritakan kepada kami dari Isḥāq bin ‘Abdillāh bin Abī Thalḥah, dia berkata: Syaibah al-Khudharī menceritakan kepadaku, bahwa dia pernah menyaksikan ‘Urwah bin Zubair menceritakan kepada ‘Umar bin ‘Abd-ul-‘Azīz dari ‘Ā’isyah, bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Tiga macam orang yang aku bersumpah atas (eksistensi) mereka: Allah tidak akan menjadikan orang yang memiliki saham (bagian) dalam Islam seperti orang yang tidak memiliki saham. Saham-saham Islam adalah puasa, shalat, dan sedekah. Tidakkah Allah mengurus seorang hamba (di dunia) lalu dia menjadikan orang lain mengurusnya pada Hari Kiamat, [dan tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali Allah akan menjadikannya bersama mereka]. (1091) Yang keempat, aku bersumpah atas (eksistensinya) dan aku berharap aku tidak berdosa: Tidaklah Allah menutupi (keburukan) seorang hamba di dunia kecuali Dia akan menutupinya di akhirat.

‘Umar bin ‘Abd-ul-‘Azīz berkata: “Apabila kalian mendengar hadits ini, yang diriwayatkan dari ‘Urwah dari ‘Ā’isyah, maka hafalkanlah!” (1102).

Syaibah al-Ḥadhramī telah diriwayatkan oleh al-Bukhārī. Dia berkata dalam at-Tārīkh: “Ia disebut al-Khudharī, pernah mendengar ‘Urwah dan ‘Umar bin ‘Abd-ul-‘Azīz.

Sanad hadits ini shaḥīḥ, tapi al-Bukhārī dan Muslim tidak meriwayatkannya.

Catatan:

  1. (109). Antara dua tanda kurung siku ini hilang pada manuskrip asli, dan begitu pula dalam manuskrip al-Talkhīsh. Kami mendapatkannya dari riwayat lain yang terdapat dalam Kitāb-ul-Ḥudūd, al-Faidh, al-Jāmi‘-ush-Shaghīr, dan kitab-kitab inti lainnya.
  2. (110). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Tidak ada yang meriwayatkannya (yaitu Syaibah al-Ḥadhramī) pada hadits ini selain an-Nasā’ī. Dia (Syaibah) adalah periwayat majhūl (tidak diketahui identitasnya).

    Al-Munawī berkata dalam al-Faidh: “Di dalamnya juga terdapat Ḥammām bin Yaḥyā, yang disebutkan adz-Dzahabī dalam adh-Dhu‘afā’, dia berkata: “Dia (Ḥammām) termasuk periwayat ash-Shaḥīḥain, tetapi al-Qaththān berkata: “Hafalannya tidak disetujui.”

    H.R. al-Ḥakīm (4/384); Aḥmad (al-Musnad, 6/145); dan ath-Thabrānī (al-Kabīr,); dan al-Ashbahānī (at-Targhību wat-Tarhīb, no. 1438).

    Al-Ḥakīm tidak mengomentari hadits tersebut dan adz-Dzahabī juga tidak berkomentar dalam at-Talkhīsh.

    Al-Haitsamī (al-Majma‘, 1/37) berkata: “Para periwayatnya tsiqah.”

    Al-Albanī memaparkannya dalam as-Silsilat-ush-Shaḥīḥah (no. 1387).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *