Mustadrak 33 Bukanlah Seorang Mu’min yang Suka Banyak Mencela, Mengutuk, Berbuat Keji, dan yang Suka Berkata Kotor (5/8)

Al-MUSTADRAK
(Judul Asli: Al-Mustadraku ‘alash-Shahihain)
Oleh: Imam al-Hakim

Penerjemah: Ali Murtadho
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Mustadrak Kitab 1 Bab 16

33 – أَخْبَرَنَاهُ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الصَّفَّارُ، ثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عِيْسَى الْقَاضِيْ، ثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ، ثَنَا هِشَامُ بْنُ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِيْ كَثِيْرٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ سَلَّامٍ، عَنْ جَدِّهِ مَمْطُوْرٍ، عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – سَأَلَهُ رَجُلٌ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا الْإِيْمَانُ؟ قَالَ: “إِذَا سَرَّتْكَ حَسَنَتُكَ وَ سَاءَتْكَ سَيِّئَتُكَ فَأَنْتَ مُؤْمِنٌ”. فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا الْإِثْمُ؟ قَالَ: “إِذَا حَاكَ فِيْ صَدْرِكَ شَيْءٌ فَدَعْهُ”.

وَ هكَذَا رَوَاهُ عَلِيُّ بْنُ الْمُبَارَكِ، وَ مَعْمَرُ بْنُ رَاشِدٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِيْ كَثِيْرٍ.

أَمَّا حَدِيْثُ عَلِيِّ بْنِ الْمُبَارَكِ فَحَدَّثَنَاهُ

33/33. Abū ‘Abdillāh Muḥammad bin ‘Abdullāh ash-Shaffār mengabarkannya kepada kami, Aḥmad bin Muḥammad bin ‘Īsā al-Qādhī menceritakan kepada kami, Muslim bin Ibrāhīm menceritakan kepada kami, Hisyām bin Abī ‘Abdillāh menceritakan kepada kami dari Yaḥyā bin Abī Katsīr, dari Zaid bin Sallām, dari kakeknya Mamthūr, dari Abū Umāmah, bahwa Rasūlullāh s.a.w. pernah ditanya oleh seorang laki-laki: “Wahai Rasūlullāh, apakah iman itu?” Beliau menjawab: “Apabila kamu merasa senang ketika melakukan kebaikan dan sedih ketika melakukan kejahatan, maka kamu adalah seorang mu’min.” Dia bertanya lagi: “Wahai Rasūlullāh, apakah dosa itu?” Beliau menjawab: “Apabila sesuatu berkecamuk di dadamu. Oleh karena itu, tinggalkanlah!” (931).

Hadits ini juga diriwayatkan oleh ‘Alī bin al-Mubārak dan Ma‘mar bin Rāsyid dari Yaḥyā bin Abī Katsīr.

Hadits ‘Alī bin al-Mubārak adalah:

Catatan:

  1. (93). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Dia disetujui oleh Ma‘mar dan ‘Alī bin al-Mubārak, dan hadits ini sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim.”

    Al-Munawī berkata dalam al-Faidh: “Al-‘Irāqī berkata dalam al-Amalī: “Hadits ini shaḥīḥ”. Dalam tempat lain, dia berkata: “Hadits ini shaḥīḥ sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *