Mustadrak 19 – Pekerti (Kebiasaan Baik) yang Mewajibkan Seseorang Masuk Surga

Al-MUSTADRAK
(Judul Asli: Al-Mustadraku ‘alash-Shahihain)
Oleh: Imam al-Hakim

Penerjemah: Ali Murtadho
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

10 – الْخِصَالُ الْمُوْجِبَةُ لِدُخُوْلِ الْجَنَّةِ

1-10. Pekerti (Kebiasaan Baik) yang Mewajibkan Seseorang Masuk Surga.

19 – حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوْبَ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ الصَّغَانِيُّ، ثَنَا سَعِيْدُ بْنُ أَبِيْ مَرْيَمَ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ، عَنْ أَبِيْ يَحْيَى سُلَيْمِ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ الْبَاهِلِيَّ، يَقُوْلُ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – يَقُوْلُ يَوْمَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ: “اعْبُدُوْا رَبَّكُمْ، وَ صَلُّوْا خَمْسَكُمْ، وَ صُوْمُوْا شَهْرَكُمْ، وَ أَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ، وَ أَطِيْعُوْا ذَا أَمْرِكُمْ تَدْخُلُوْا جَنَّةَ رَبِّكُمْ”.

[ ص: 156] هذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ عَلَى شَرْطِ مُسْلِمٍ وَ لَا نَعْرِفُ لَهُ عِلَّةً وَ لَمْ يُخْرِجَاهُ، وَ قَدِ احْتَجَّ الْبُخَارِيُّ وَ مُسْلِمٌ بِأَحَادِيْثِ سُلَيْمِ بْنِ عَامِرٍ وَ سَائِرُ رُوَاتِهِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِمْ.

19/19. Abul-‘Abbās Muḥamamd bin Ya‘qūb menceritakan kepada kami, Muḥammad bin Isḥāq ash-Shaghānī menceritakan kepada kami, Sa‘īd bin Abī Maryam menceritakan kepada kami dari Mu‘āwiyah bin Shāliḥ, dari Abū Yaḥyā Sulaim bim ‘Āmir, dia berkata: Aku pernah mendengar Abū Umāmah al-Bāhilī berkata. Aku penah mendengar Rasūlullāh s.a.w. bersabda pada haji Wadā’: “Sembahlah Tuhan kalian, shalatlah lima waktu, berpuasalah pada bulan (Ramadhan), bayarlah zakat mal, dan taatilah pemimpin kalian, maka kalian akan masuk surga Tuhan kalian.” (761).

Hadits ini shaḥīḥ sesuai syarat Muslim. Kami tidak mengetahui ada ‘illat padanya. Al-Bukhārī dan Muslim tidak meriwayatkannya. Al-Bukhārī dan Muslim sama-sama berhujjah dengan hadits-hadits Sulaim bin ‘Āmir, dan para periwayat lainnya disepakati (ke-tsiqah-annya).

 

Catatan:

  1. (76). Adz-Dzahabī berkata dalam at-Talkhīsh: “Hadits ini sesuai syarat Muslim, dan kami tidak mengetahui ada ‘illat-nya.”

    H.R. Aḥmad (al-Musnad, 5/251, 262); ath-Thabrānī (al-Mu‘jam-ul-Kabīr, 8/181, 205); al-Bukhārī (Tārīkh-ul-Kabīr, 4/326); al-Khathīb (at-Tārīkh, 6/191); al-Ḥakīm (1/389, 473); dan Ibnu Katsīr (al-Bidāyatu wan-Nihāyah, 5/198).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *