Mustadrak 170 Malu Adalah Bagian Dari Iman (1/3)

Al-MUSTADRAK
(Judul Asli: Al-Mustadraku ‘alash-Shahihain)
Oleh: Imam al-Hakim

Penerjemah: Ali Murtadho
Penerbit: PUSTAKA AZZAM

Rangkaian Pos: Mustadrak Kitab 1 Bab 69

69 – الْحَيَاءُ مِنَ الْإِيْمَانِ

1-69. Malu adalah bagian dari Iman.

170 – أَخْبَرَنِيْ أَبُو الْحَسَنِ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَلَمَةَ الْعَنَزِيُّ، ثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيْدٍ الدَّارِمِيُّ، ثَنَا سَعِيْدُ بْنُ أَبِيْ مَرْيَمَ الْمِصْرِيُّ، ثَنَا أَبُوْ غَسَّانَ، عَنْ حَسَّانِ بْنِ عَطِيَّةَ، عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ – : “الْعِيُّ وَ الْحَيَاءُ: شُعْبَتَانِ مِنَ الْإِيْمَانِ، وَ الْبَذَاءُ وَ الْجَفَاءُ: شُعْبَتَانِ مِنَ النِّفَاقِ”.
وَ هذَا حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ، وَ لَمْ يُخْرِجَاهُ.
وَ لَهُ شَاهِدٌ صَحِيْحٌ عَلَى شَرْطِهِمَا.

170/170. Abul-Ḥasan Aḥmad bin Muḥammad bin Salamah al-‘Anazī mengabarkkan kepadaku, ‘Utsmān bin Sa‘īd ad-Dārimī menceritakan kepada kami, Sa‘īd bin Abī Maryam al-Mishrī menceritakan kepada kami, Abū Ghassān menceritakan kepada kami, dari Ḥassān bin ‘Athiyyah, dari Abū Umāmah al-Bāhilī, dia berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Sedikit bicara dan malu adalah dua cabang dari iman, sedangkan kata-kata kotor dan tabiat kasar merupakan dua bagian dari munāfiq.” (2311).

Hadits ini shaḥīḥ sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkannya. Hadits ini juga memiliki syāhid yang shaḥīḥ sesuai syarat keduanya.

 

Catatan:

  1. (231). Al-Ḥākim menyebutkannya (no. 17) dengan sanad yang lain (Abul-‘Abbās Muḥammad bin Ya‘qūb menceritakan kepada kami, Abū Ja‘far Muḥammad bin ‘Ubaidillāh bin Abī Dāūd al-Munādī menceritakan kepada kami, Yazīd bin Hārūn menceritakan kepada kami, Abū Ghassān Muḥammad bin Muthraf memberitakan…..). Redaksi seterusnya sama, hanya saja beliau bersabda: (الْبَيَانُ) “Bicara berlebih-lebihan,” sebagai ganti (الْجَفَاءُ) “Perangai (tabi‘at) yang kasar.”

    Adz-Dzahabī lalu berkata di sana: “Hadits ini shaḥīḥ, sesuai syarat al-Bukhārī dan Muslim.”

    Dalam tempat ini, al-Ḥākim tidak berkomentar.

    Akan tetapi kami melihat al-Munawī berkata dalam al-Faidh: “At-Tirmidzī berkata: “Hadits ini ḥasan”. Al-Ḥāfizh al-‘Irāqī berkata dalam al-Amalī: “Hadits ini ḥasan”. Sedangkan adz-Dzahabī berkata: “Hadits ini shaḥīḥ.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *